tempointeraktif.com - Gunung Anak Krakatau yang terletak di Perairan Selat Sunda terus menunjukkan aktivitasnya dengan status Siaga atau level III sejak 30 September 2011. Selain gempa, Gunung Anak Krakatau ini terus mengeluarkan embusan asap tebal. Bahkan gunung itu pun masih mengeluarkan material vulkanik.
Dari informasi yang dihimpun di Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau mencapai 3. 388 kali dalam sehari.
Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau, Anton Tripambudi, mengatakan aktivitas gunung yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera tersebut hingga saat ini terus terjadi. Namun perubahan fisik Gunung Anak Krakatau sulit dipantau. Sebab Gunung Anak Krakatau yang terletak di Perairan Selat Sunda itu selalu tertutupi cuaca buruk setiap harinya. "Kalau untuk wujudnya, tidak terlihat karena tertutup berkabut," kata Anton, Kamis, 3 November.
Menurut dia, Gunung Anak Krakatau saat ini memang mengeluarkan lahar panas. Namun kondisi tersebut tidak membahayakan selama masyarakat mengikuti larangan mendekat ke gunung itu dengan radius 2 kilometer. “Selama kita tidak mendekati radius 2 kilometer, itu masih aman,” ujar dia.
Mia, 29 tahun, warga Desa Bandulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, mengatakan tidak terpengaruh dengan aktivitas gunung tersebut. Sebab warga sudah tidak lagi mendengar suara letusan yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau itu. "Di sini aman-aman saja tidak ada kepanikan warga akibat aktivitas gunung itu," ujar Mia.
Menurutnya Gunung Anak Krakatau pada 2008 lalu pernah mengeluarkan suara letusan. "Namun karena kami sudah terbiasa mendengar suara letusan itu, jadi tidak panik," kata dia.
Gunung dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut tersebut meletus pada Agustus 1883. Suara dentumannya terdengar sejauh 4.600 kilometer, muntahan vulkanis gunung mencapai 80 kilometer, korban diperkirakan 36 ribu jiwa akibat tsunami.
Pada 1927 atau 40 tahun setelah Gunung Krakatau meletus, mulai muncul kembali gunung api dari kawah yang menandakan gunung itu masih aktif. Pertumbuhan gunung api itu 20 inci per bulan. Gunung api ini dikenal dengan nama Gunung Anak Krakatau dengan ketinggian 315 meter.