"Sejak kemarin, kegempaan masih didominasi gempa embusan dibanding dengan gempa vulkanik yang frekuensi sebelumnya jauh lebih banyak," kata Warno, staf Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Sulut, Sabtu (5/11).
Dia mengatakan amplitudo embusan yang terjadi kerap mencapai 45 milimeter mengindikasikan intensitas asap yang keluar dari kawah Tompaluan, Gunung Lokon, masih disertai debu vulkanik cukup banyak.
Dia menjelaskan frekuensi gempa embusan yang terjadi kemarin sebanyak 21 kali, sedangkan gempa vuklanik dangkal yang terekam hanya sembilan kali dan dua kali gempa tektonik.
Pada periode sembilan jam sejak pukul 00.00 Wita hingga 09.00 Wita hari ini, Sabtu (5/11), terjadi tiga kali gempa embusan, satu kali gempa vulkanik,dan satu kali gempa tektonik.
"Embusan terjadi terus-menerus dari dalam kawah mengindikasikan tidak terjadi sumbatan. Bila hal ini terus terjadi, potensi letusan besar tidak akan terjadi," kata Warno.
Yang harus dikhawatirkan, ujar dia, bila tidak terjadi embusan dan kegempaan didominasi gempa vulkanik, itu akan memicu terjadinya letusan.
"Asap kawah yang terus terlihat tebal ada kaitannya dengan curah hujan cukup tinggi beberapa hari belakangan ini. Air masuk ke dalam kawah kemudian bersentuhan dengan suhu panas sehingga memunculkan asap putih tebal," kata dia.
Tremor terus-menerus masih terekam dengan amplitudo 0,5 milimeter hingga sembilan milimeter, menurut dia, ada kaitannya dengan embusan yang terus menerobos keluar dari dalam.
"Secara keseluruhan aktivitas Gunung Lokon masih di atas normal, apalagi hingga kini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung masih menetapkan status siaga level III," katanya.
Warga, ujar Warno, harus tetap bersiaga dan tidak memasuki radius bahaya 2,5 kilometer dari kawah Tompaluan karena sewaktu-waktu bisa terjadi letusan disertai lontaran material pijar. (Ant/OL-10)