JAKARTA, KOMPAS.com- Kementerian Kesehatan akan memprioritaskan pemantauan kondisi kesehatan masyarakat korban banjir di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Hal ini terutama untuk mengantisipasi kejadian luar biasa penyakit yang biasa ditemukan pascabanjir.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menyampaikan hal itu melalui surat elektronik yang diterima Kompas, Senin (7/11/2011), di Jakarta.
Menurut Tjandra, pihaknya akan mengintensifkan pemantauan kondisi kesehatan di lokasi bencana banjir. "Peningkatan kasus diare dan ISPA akan dipantau ketat. Kami sudah mendistribusikan oralit, tablet zink dan obat-obat ISPA," kata dia.
Akibat banjir, sempat lemari vaksin terencam air di 4 puskesmas sehingga rusak dan vaksin juga rusak. Karena itu, pihaknya akan segera mengupayakan penggantiannya.
Tjandra menjelaskan, Senin (7/11) ini, tim dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian ESDM akan turun untuk memantapkan surveilans, penguatan tata laksana diare dan ISPA, serta perawatan luka. Tim lingkungan akan turun mendata akses air bersih, dan tempat pembuangan sampah.
"Kami sedang mengupayakan personal hygiene kit dan air rahmat untuk memenuhi kebutuhan air bersih," kata dia.
Selain itu, pihaknya akan mulai melaksanakan surveilans rutin harian dan dan analisa data harian penyakit setiap hari oleh SubDirektorat Surveilans dan SubDirektorat Matra P2PL pusat.
Data menunjukkan, tidak ada tempat pengungsian karena pada umumnya warga lari ke rumah saudara yang masih bisa ditempati. Adapun jalan masih terputus sepanjang 700 meter.
Laporan Bidang Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Sumatera Barat menyebutkan, Dinas Kesehatan Provinsi sudah mengefektifkan unit-unit pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Pustu serta Pos Kesehatan Nagari yang tidak terkena banjir.
Untuk membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, sejak tanggal 3 November 2011 Tim Penanggulangan Bencana Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat diturunkan. Hal ini dilakukan dengan mengerahkan 1 unit mobil operasional, 1 mobil Klinik lengkap dengan peralatan dan logistik yang diperlukan dan 1 mobil ambulans double gardan untuk menjangkau lokasi sulit dan terparah