VIVAnews.com - Baru setahun pasca erupsi akhir 2010 lalu, kini kantung magma Gunung Merapi sudah kembali terisi. Proses terisinya kembali kantung magma sangat cepat, lebih cepat dibandingkan pengisian magma sejumlah gunung api di Jepang.
Yang menjadi tanda tanya besar, akankah Merapi bakal kembali meletus?
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo menjelaskan, berdasarkan pengamatan dengan beberapa metode, seperti seismik, deformasi, serta kimia gas belum terlihat adanya peningkatan aktivitas.
"Sehingga dipastikan dalam waktu dekat ini belum akan ada erupsi kembali," kata Subandriyo, Kamis 3 November 2011.
Gunung Merapi, dia menambahkan, merupakan gunung api di dunia yang sering meletus. Namun, siklusnya tidak bisa ditebak, tak teratur.
"Kalau diambil statistik. kebetulan erupsi Merapi terjadi pada tahun 2006 ke 2010 sehingga ada waktu jeda selama 4 tahun. Namun demikian, dari data, Merapi pernah meletus dalam kurun waktu satu tahun dari letusan sebelumnya dan pernah beristirahat selama 18 tahun. Sehingga kejadian meletusnya Merapi sangat tak teratur," kata dia.Sebagai gambaran, letusan Merapi yang besar seperti tahun 2010 kemarin pernah terjadi pada tahun 1872. Kala itu, Merapi kembali bererupsi dahsyat dalam waktu enam tahun, yakni pada 1888.
Sedangkan erupsi Merapi yang lebih kecil lagi pernah terjadi pada tahun 1931, kemudian tiga tahun kemudian kembali terjadi. "Jadi tidak ada cara untuk memprediksi kapan Merapi akan erupsi lagi. Hanya statistik saja erupsi Merapi terjadi 4 tahun sekali. Namun itu bukan patokan."
Lebih lanjut Subandriyo menyatakan, gejala awal erupsi Merapi bisa terpantau, sejauh alat pantau yang terpasang bekerja dengan baik.
"Kami telah memasang 4 GPS untuk monitoring Gunung Merapi, 3 di atas atau di puncak, 1 di Yogyakarta. Merapi akan dipantau lebih baik. Jumlah magmanya bisa terdeteksi dalam tubuh gunung Merapi itu," katanya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono mengatakan, kawasan lereng Merapi saat ini ibarat jalan tol.
Hutan dan tumbuhan belum kembali tumbuh, yang bisa menahan laju awan panas dan lahar. Begitu juga dengan jurang serta sungai-sungai untuk menampung muntahan material merapi. Sehingga bisa menimbulkan ancaman yang lebih besar jika terjadi erupsi berikutnya.
"Letusan berikutnya awan panas itu akan tertampung dimana? Itu (kawasan merapi) sudah seperti jalan tol saja," kata Surono, Kepala Badan Vulkanologi Mitigasi Klimatologi dan Geologi (BVMKG), saat ditemui VIVAnews.com, Yogyakarta, Selasa 1 November 2011.