Persamaan Banjir Bangkok dan Banjir Jakarta
Jakarta - Banjir besar yang melanda Bangkok disebabkan oleh ekploitasi air tanah besar-besaran yang menyebabkan turunnya permukaan tanah. Diperkirakan air akan terus menggenangi kota untuk jangka waktu lama. Penduduk Kota Bangkok tinggal di tanah endapan (delta) yang dibentuk oleh Sungai Chao Phraya. Di bawah delta ini terdapat lapisan akifer yang menjadi tandon air raksasa bagi penduduk kota. Selama puluhan tahun terakhir penduduk Bangkok hanya menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih.
"Padahal terdapat hubungan antara konsumsi air tanah dan penurunan permukaan tanah," kata peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Robert M. Delinom dalam percakapannya dengan Tempo usai pengukuhan dirinya menjadi profesor riset di Jakarta, Jumat, 11 November 2011.
Menurut pria yang aktif meneliti delta Sungai Chao Phraya ini, penurunan permukaan tanah Kota Bangkok sampai posisi terendah Oktober lalu. Ketika itu permukaan air sungai lebih tinggi dari permukaan tanah, mengakibatkan air sungai meluap ke kota.
Banjir akibat penurunan permukaan tanah berdampak fatal. Berbeda dengan banjir umumnya, sangat sulit menguras air agar keluar dari kota. "Penanganannya butuh kerja luar biasa. Banjir bisa berlangsung hingga beberapa pekan bahkan beberapa bulan mendatang," tutur dia.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membangun bendungan kuat di pinggir sungai. Cara ini berfungsi menahan bertambahnya air sungai masuk ke kota. Setelah itu barulah pemerintah menciptakan drainase baru untuk memompa air dari darat ke sungai atau laut.
Bangkok sendiri memiliki kemiripan dengan Jakarta. Kedua ibu kota negara ini sama-sama terbentuk dari tanah endapan sungai. Beruntung, Jakarta memiliki struktur geologi lebih kompleks sehingga penurunan permukaan tanah tak akan sehebat yang terjadi di Bangkok.
Meski tak akan mengalami banjir akibat penurunan tanah, banjir Jakarta berasal dari penyebab berbeda. Penyebab pertama datang dari air kiriman dari Bogor. Hal ini wajar terjadi mengingat terjadinya penurunan luasan daerah resapan air di Kota Hujan.
Penyebab kedua banjir Jakarta berasal dari kemunculan bendungan bawah tanah yang memanjang dari barat ke timur di selatan Jakarta. Bendungan ini terbentuk oleh struktur geologi kedap air yang menghalangi turunnya air tanah dari kawasan tinggi ke laut. Akibatnya, kawasan di atas bendungan alam seperti Cibubur, Depok, Pasar Minggu, dan Serpong lebih cepat mengalami kejenuhan dan air akan meluncur deras dari kawasan ini.
Pemerintah Kota Jakarta bisa mencegah terjadinya banjir dengan menciptakan sistem drainase yang lebih bagus sehingga membantu air mengalir ke laut. Selain itu Pemerintah Jakarta diingatkan untuk menjadikan daerah resapan air sebagai bagian vital dalam manajemen kota.
Beberapa daerah resapan kini mengalami alih fungsi menjadi kawasan perkantoran dan perumahan, sehingga volume air yang masuk melalui daerah penyerap air berkurang drastis. Dari sinilah terbentuk genangan yang kemudian meluas menjadi banjir Jakarta. ANTON WILLIAM TEMPOINTERAKTI