VIVAnews.com - Bahaya sekunder erupsi Merapi yaitu banjir lahar dingin kini mengintai warga yang berada di bantaran sungai yang berhulu di Merapi saat musim hujan berlangsung. Bahaya dan kerugian juga menanti bagi sekitar 5.000 pelanggan air bersih yang ada di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Ancaman untuk pelanggan PDAM ini karena sumber air dari Sungai Progo dan Sungai Opak dipenuhi material sisa erupsi. Kedua sungai tersebut di saat musim hujan mendapatkan limpahan material merapi berupa pasir dan lumpur akibatnya instalasi untuk pengambilan air yang mengalami kerusakan.
“Saat banjir lahar dingin awal tahun 2011 kemarin dua instalasi pengambilan air yang kita punyai rusak karena pekatnya lumpur dan
pasir yang dibawa oleh arus sungai,” kata Agung Darmadi, Direktur PDAM Kabupaten Bantul, DIY, Sabtu, 12 November 2011.
Akibat kerusakan alat instalasi pengambilan air yang terbakar karena dipenuhi lumpur dan pasir, pasokan air untuk sekitar 5.000 sambungan rumah (pelanggan PDAM) tersendat. “Saat siang hari, instalasi kami bersihkan dari lumpur namun malam harinya sudah penuh dengan lumpur. Akibatnya alatnya sampai terbakar,” katanya.
Untuk pengamanan, PDAM menyiapkan langkah dini atau sementara dengan membuat pengaman sementara di sekitar Instalasi pengambilan air baku. ”Kami menggunakan batu yang dimasukkan dalam bronjong-bronjong kawat. Harapan kami, lumpur akan tertahan,” katanya.
Namun, Agung kembali mengingatkan bahwa langkah ini adalah langkah tanggap darurat saja. ”Jika gagal, kami tidak bisa berbuat banyak,” kata Agung.
Agung menyatakan, jika mengandalkan air sumur yang ada, tidak akan mampu menyuplai kebutuhan air bersih warga Bantul. Untuk itu, diperlukan upaya regionalisasi pengelolaan air minum. ”Bisa dengan kerjasama dengan kabupaten atau provinsi lain,” kata dia.