KUDUS, suaramerdeka.com - Bila dirunut, penyebab banjir di Kota Keretek disebabkan karena tiga faktor utama, yakni peningkatan debit, kondisi geografis lahan serta kekuatan sarana dan prasarana pengairan yang ada. Selain itu sejumlah perilaku publik ditengarai juga mempengaruhi potensi terjadinya banjir.
Kepala Seksi Penanggulangan Dampak Banjir dan Kekeringan pada Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (PSDA Seluna), Hadi Paryanto, menyebut banjir yang terjadi pekan lalu berasal dari dua potensi, yakni kiriman dari lereng Gunung Muria dan debit air dari Sungai Serang, melalui Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan.
Hanya saja, gelontoran curah hujan dari kawasan atas dinilai lebih banyak berperan kali ini. "Beberapa anak sungai yang berhulu di lereng Gunung Muria meluap dan melimpas ke sejumlah daerah di sekitarnya," jelasnya.
Tidak hanya menggenangi ribuan rumah penduduk, banjir juga sempat memutus akses Pantura Timur di sekitar Ngembalrejo. Saat banjir akhir pekan lalu, kemacetan panjang terjadi karena banyak kendaraan roda empat terjebak di tempat itu. Pada saat bersamaan, kiriman debit dari Sungai Serang melalui BPBWL juga mengalami peningkatan.
Data dari PSDA menyebutkan puncak kiriman terjadi pada Sabtu (3/12) pukul 11.00, yakni sekitar 775 meter kubik per detik. Debit sebesar itu bertahan sekitar tujuh jam lamanya.
Catatan pada bencana banjir besar tahun 2007, debit dari Sungai Serang mencapai 1.100 meter kubik, sehingga mengakibatkan tanggul kanan Sungai Wulan bobol pada beberapa titik. Selain mengarah ke Wulan, sebagian air juga mengarah ke sembilan pintu air di BPBWL dan memenuhi Sungai Juwana.
Kondisi tersebut mengakibatkan ribuan rumah warga terendam begitu sawah petani yang siap panen. "Namun saat sekarang penyebab banjir akibat kiriman dari lereng Muria dianggap lebih mendominasi," tandasnya.
Dari sisi kondisi geografis, Hadi menyebut banyak wilayah yang mempunyai ketinggian di bawah enam meter di atas permukaan laut (dpl). Pada kondisi seperti itu, potensi terjadi genangan sangat besar. Selain mudah tergenang, air juga mudah terperangkat pada lahan seperti itu.
Wilayah yang seperti itu berada di empat kecamatan yakni Undaan, Jati, Mejobo, Jekulo dan Kaliwungu. Pada saat musim penghujan, kawasan tersebut yang paling berpotensi terjadinya banjir.
Penyebab ketiga, yakni kondisi sejumlah tanggul yang ada pada sejumlah wilayah dianggap masih kritis. Tak hanya itu, penahan debit yang berada di luar wilayah Kota Keretek tetapi jika terjadi kerusakan juga mengakibatkan banjir di Kudus, juga menjadi ancaman tersendiri.
Data yang dihimpun PSDA Seluna, sebanyak 41 lokasi tanggul di Sungai Serang, Wulan, Gelis dan Logung dalam beberapa bulan terakhir longsor dan kondisinya kritis. Mengenai penyebab kerusakan tanggul-tanggul tersebut dia menyebut karena faktor alam, misalnya gerusan air di sungai sekitarnya. Namun begitu, perilaku warga di sekitar tanggul diyakini juga mempercepat tingkat kerusakan yang ada.