tempo.com- Pemerintah Kota Ternate, Maluku Utara, dianggap belum maksimal dalam penanganan para korban erupsi Gunung Gamalama. Tidak hanya penyediaan bahan makanan dan obat-obatan bagi pengungsi, kinerja buruk Pemkot juga terlihat dalam menanggulangi bencana susulan seperti banjir lahar dingin.
Badan Penanggulangan Bencana Alam (BPBA) Kota Ternate terlihat tidak bisa berbuat banyak di lapangan. Seperti terjadi di Kelurahan Tubo, Ternate Utara, warga dengan swadaya bergotong royong membersihkan lingkungan dari material lahar dingin. Mereka menyewa eskavator secara swadaya.
Seorang warga bahkan sempat mengamuk karena hingga pukul 10.00 WIT, bantuan alat berat belum dikirim pemerintah setempat. Padahal warga sangat membutuhkan alat berat tersebut untuk membersihkan kali mati yang tersumbat material lahar dingin.
“Jika tidak dikeruk, apabila terjadi hujan banjir akan meluap dan dikhawatirkan kembali merusak permukiman kami. Terpaksa kami harus cari sendiri alat berat (eksavator) untuk mengeruk lumpur,” cetus seorang ibu, warga Tubo.
Sementara itu aktivitas vulkanik Gunung Gamalama sampai sore hari tadi masih tinggi. Ditambah hujan yang mengguyur beberapa kawasan di Ternate. Banjir lahar dingin mengintai permukiman warga, terutama yang mendiami sungai-sungai yang berhulu di Gunung Gamalama.
Hingga hari ini, 14 rumah hancur diterjang material lahar dingin dan puluhan lainnya rusak berat.