Banda Aceh - Mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton kembali mengunjungi Aceh, Sabtu (19/7). Pascagempa dan tsunami Aceh tahun 2004 lalu, Clinton pernah datang yaitu pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh.
Kedatangan mantan untusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Penanggulangan Tsunami itu ke Aceh, merupakan rangkaian kunjungannya ke sejumlah negara di Asia-Pasific. Di Aceh, Clinton ingin melihat proses pemulihan dan kemajuan yang sudah dicapai dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascatsunami, di dua daerah, yaitu Banda Aceh dan Aceh Besar.
Sebelum Bill Clinton tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, dari Jakarta, sekitar pukul 10.00 WIB, puluhan mahasiswa dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh melakukan demo di jalan luar bandara, mereka menolak kedatangan Clinton ke Aceh karena dinilai AS mendukung zionis Israel membombardir Palestina.
Namun, aksi para mahasiswa tidak berlangsung lama lantaran dibubarkan aparat kepolisian karena dinilai tidak memiliki izin. Aksi mereka juga mengundang perhatian pengguna jalan, karena mahasiswa juga membakar bendera Israel dan AS.
Clinton bersama rombongan pertama mengunjungi Desa Lambung, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, sekitar pukul 11. 30 WIB. Tidak ada warga sekitar yang menunggu kedatangannya, hanya terlihat aparat keamanan berjaga-jaga di setiap sudut perkampungan itu.
Turun dari bus berwarna ungu bertuliskan “Wonderful Indonesia”, Clinton yang mengenakan kemeja hitam dan celana hitam langsung menuju sebuah rumah berlantai dua yang rusak diterjang tsunami, serta melihat daftar nama korban tsunami yang ditempel di rumah itu. Rumah bercat kuning tua itu kini dijadikan tempat wisata tsunami, karena sudah dipasang besi penyangga.
Disambut Kuntoro
Kemudian, Clinton menuju Escape Building (gedung penyelamatan tsunami), yang tak jauh dari rumah tersebut dengan berjalan kaki. Sebelum naik ke gedung itu, Clinton disambut Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Kuntoro Mangkusubroto, mereka terlihat akrab.
Di lantai dua Escape Building bantuan Jepang itu, Clinton disambut Gubernur Aceh, Zaini Abdullah dan Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haitar. Di gedung itu, Clinton melihat sejumlah foto yang menggambarkan hantaman tsunami, serta sebuah foto Clinton saat mengunjungi masjid di Lampuuk, Aceh Besar.
Clinton mengatakan kepada Kuntoro yang juga mantan Kepala Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh/Nias bahwa bencana alam telah membuat NGO internasional bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk pembangunan kembali Aceh.
“Setiap dana yang terkumpul dipublikasikan di website, setiap orang bisa memantau sehingga bisa terbebas dari tindak korupsi,” kata Clinton kepada Kuntoro.
Kuntoro menjawab, tapi tanpa bantuan Presiden Clinton kita tidak akan bisa seperti ini. Terima kasih atas bantuannya, ujar Kuntoro. Dan Clinton pun membalas, “saya yang bekerja untuk dia (Kuntoro). Keduanya pascatsunami ikut terlibat dalam membantu pembangunan Aceh.
Dalam kunjungan nonformal itu, setelah beberapa menit berada di Escape Building, Clinton bersama gubernur Aceh, Wali Nanggroe, Kuntoro dan rombongan dengan menumpang bus menuju ke kapal PLTD Apung, Punge Blang Cut.
Selanjutnya, rombongan menuju Desa Lhokseudu, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, yakni tempat pelelangan ikan (TPI). Di sini Clinton bertemu dengan para nelayan. Kemudian, mengunjungi kuburan massal tsunami di Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, meletakan karangan bunga. Dan terakhir mengunjungi Masjid Rahmatullah Lampuuk, bangunan yang tak jauh dari bibir pantai yang tersisa ketika diterjang ombak tsunami.