Lumajang (beritajatim.com) - Akibat penambangan pasir yang tidak memerhatikan lingkungan sungai Rejali aliran gunung Semeru di Kecamatan Pasirian. Sebanyak 6 titik tanggul penahan lahar dingin ambrol dan runtuh.
Jebolnyanya tanggul bisa mengancam pada lahan pertanian warga yang berada disebelah sungai Rejali yang ramai dengan penambang pasir tradisional tanpa ijin dan pengusahan pasir berijin.
"Tanggul jebol dan ambruk, karena penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan serta dampaknya," kata Kepala Pengedali Lahar Semeru, Chairul Kausta'al pada beritajatim.com, Kamis(22/12/2011).
Dia menuturkan, para penambang yang merusak tanggul penahan lahar dingin itu, dikarenakan melakukan pengalian yang salah. Sehingga, tumpukan pasir di sekitar tanggul ikut ditambang dan menyebabkan pondasi tidak kuat saat lahar dingin datang. "Kalau menambang disekitar tanggul, saat lahar dingin menerjang dengan bebatuan, tanggul bisa pecah dan ambruk," jelasnya.
Pegendali lahar semeru di Lumajang mengaku sudah beberapa kali memperingatkan pada penambang tetapi tidak selalu diindahkan. Meski saat diberikan himbau, penambang mau pindah, tetapi beberapa hari kemudian kembali lagi. "Jadi mereka mencari pasir disekitar tanggul meski tidak ada airnya, padahal dialiran airnya masih banyak pasir yang dibawa arus," ungkap Kausta'al.
Rusaknya 6 titik tanggul di aliran sungai Rejali dari taksir kerugian atau perbaikan mencapai puluhan milyar. Jika tidak dilakukan perbaikan bisa merusak tanggul lainya atau menghantam lahan pertanian warga.