Jakarta (ANTARA News) - Dewan Direksi Eksekutif Bank Dunia menyetujui keterlibatan dalam proyek rehabilitasi sejumlah kanal dan waduk untuk mendukung sistem manajemen banjir DKI Jakarta.
"Studi menunjukkan bahwa langkah yang paling membawa manfaat bagi mitigasi banjir di Jakarta adalah merehabilitasi sistem manajemen banjir kota, agar kembali pada kapasitas semula. Selain pengerukan, perawatan rutin juga akan membantu mitigasi banjir," ujar Spesialis Bank Dunia kantor Jakarta urusan air dan sanitasi, Fook Chuan Eng dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Proyek Mitigasi Banjir Darurat Jakarta akan melakukan pengerukan pada sebelas saluran air sepanjang 67,5 km serta empat waduk seluas 65 hektar, untuk membantu mengembalikan kapasitas aliran air.
Rencana yang disebut juga "Jakarta Emergency Dredging Initiative" ini akan merehabilitasi sekitar 42 km bantaran sungai dan semua kegiatan akan dilakukan pada titik-titik prioritas sistem manajemen banjir Jakarta.
Menurut Chuan, sekitar 3,4 juta kubik meter sedimen akan dikeruk dari kanal dan waduk dan semua lokasi proyek akan diuji sedimennya sebelum pengerukan dilakukan.
"Sedimen yang tidak berbahaya akan dipindahkan dan dibuang di fasilitas tertutup di Ancol, Jakarta Utara. Apabila ditemukan limbah padat dan bahan berbahaya akan dibuang ke fasilitas pembuangan khusus yang terpisah," katanya.
Proyek ini akan semaksimal mungkin mengurangi jumlah penduduk yang terkena dampak banjir, sedangkan relokasi sebagai dampak kegiatan ini akan mengikuti Kerangka Kebijakan Permukiman Kembali dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Kerangka Kebijakan ini konsisten dengan praktik terbaik internasional untuk proses permukiman kembali dan mereka yang akan direlokasi oleh proyek ini akan memperoleh akses perumahan yang memadai.
Menurut Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, apabila relokasi berdampak pada mata pencaharian penduduk, dukungan selama perpindahan lokasi juga akan diberikan.
Ia mengatakan relokasi penduduk diperkirakan akan terjadi pada enam dari 15 lokasi proyek.
"Proyek ini menandai keterlibatan pertama Bank Dunia dengan Pemda DKI Jakarta dalam membantu memecahkan masalah banjir dan pembangunan kota yang kompleks," ujarnya.
Stefan menambahkan aspek fisik proyek ini tidak terlalu besar namun akan membantu beberapa tantangan teknis mitigasi banjir di Jakarta.
"Sebagai contoh, proyek ini akan memperkenalkan mekanisme pendanaan baru yang memungkinkan pemerintah Indonesia mendanai proyek yang diprakarsai oleh pemerintah daerah," ujarnya.
Ia mengatakan usaha untuk menjaga aspek lingkungan hidup dan sosial juga diterapkan dan dengan membantu dalam isu-isu tersebut.
"Bank Dunia berharap dapat berkontribusi dalam upaya DKI Jakarta melakukan mitigasi banjir secara berkelanjutan dan mengurangi kerugian ekonomi dan korban manusia," ujar Stefan.
Proyek Mitigasi Banjir Darurat Jakarta atau "Jakarta Urgent Flood Mitigation Project" akan didanai melalui pinjaman sebesar 139,64 juta dolar AS dan pemerintah Pusat serta Pemda DKI Jakarta akan memberikan kontribusi dana pendamping sebesar 49,71 juta dolar AS.
Saat ini, Jakarta telah menderita kerugian akibat banjir yang berulang terutama yang terjadi pada bulan Januari 1996, Februari 2001, dan Februari 2007.
Banjir pada 2007 menggenangi sekitar 36 persen kota, berdampak kepada lebih dari 2,6 juta penduduk dan memaksa 340 ribu orang untuk mengungsi dari rumah.
Saat itu, lebih dari 70 orang meninggal dan penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh banjir berakibat kepada lebih dari 200 ribu penduduk dengan total kerugian mencapai 900 juta dolar AS.