Hal itu diutarakan para peneliti dari University of Tokyo, yang mempunyai keahlian soal gempa bumi, sebagaimana diberitakan harian Yomiuri edisi Senin (23/1/2012), di Tokyo, Jepang.
Perkiraan itu didasarkan pada data-data mutakhir tentang frekuensi tremor di kawasan Metropolitan Tokyo sejak 11 Maret 2011. Tanggal ini merujuk pada serangan gempa besar pada tahun lalu yang juga memunculkan tsunami di timur laut Tokyo.
Berdasarkan data dari lembaga meteorologi Jepang, terdapat rata-rata 1,48 kali serangan gempa setiap hari dengan kekuatan 3-6 skala Richter di dan sekitar Tokyo sejak Maret 2011.
Frekuensi serangan gempa ini lima kali lebih tinggi dari serangan sebelumnya, yang menandai akan datangnya gempa besar. Pemerintah Jepang sebelumnya juga telah meramalkan, kemungkinan 70 persen akan terjadi gempa besar di kawasan Tokyo dalam 30 tahun mendatang.
Peringatan para peneliti Jepang ini tampaknya tidak main-main. Sebelum gempa besar di Jepang pada Maret 2011, para peneliti Jepang juga sudah menyimpulkan bahwa sebagian wilayah Jepang akan menghadapi gempa bumi besar.
Naoshi Hirata, salah satu anggota tim peneliti dari University of Tokyo, mengatakan, data-data yang ada menunjukkan gerakan seismik telah meningkat di sekitar ibu kota Jepang itu.
Data-data itu pada umumnya mengarah pada potensi lebih besar bahwa gempa besar akan terjadi. Gempa besar kali ini juga dikatakan sebagai sebuah gempa yang sangat signifikan.
Gempa besar tahun lalu di Jepang berkekuatan 9 skala Richter dan mengakibatkan 19.000 warga meninggal atau hilang sampai sekarang. Gempa tersebut juga merusak pembangkit listrik tenaga nuklir di Prefektur Fukushima dan menyebabkan kebocoran radiasi nuklir.
Gempa Kanto
Terakhir kali Tokyo terkena gempa besar pada tahun 1923 dengan kekuatan 7,9 skala Richter. Gempa yang disebut dengan Great Kanto Earthquake ini menewaskan 100.000 warga, hampir semuanya meninggal akibat kebakaran.
Pada tahun 1855, gempa yang dinamai Ansei Edo juga memorakporandakan Tokyo.
Jepang berada di persimpangan lempeng tektonik—dikenal sebagai Pacific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik)—yang sarat dengan gerakan vulkanik. Negara ”Samurai” ini terkenal sebagai negara yang paling rawan terserang gempa.
Tokyo terletak di salah satu titik paling bahaya. Metropolitan Tokyo ada di atas pertemuan tiga lempeng benua, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina. Tiga lempeng ini saling berdesakan dan menciptakan tekanan seismik luar biasa.
Karena itu, sejak kecil warga Jepang sudah diajarkan tentang hidup di tengah potensi gempa. (AP/MON)