AMBON, KOMPAS.com — Status kejadian luar biasa rabies diberlakukan di Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, menyusul adanya warga yang meninggal karena rabies dan belasan warga lainnya terjangkit rabies. Upaya pengobatan dan pencegahan tidak mudah dilakukan karena sulitnya sarana transportasi laut.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Bencana, Dinas Kesehatan Maluku, dr Ritha Tahita, Rabu (1/2/2012), mengatakan, kasus gigitan anjing rabies di Maluku Barat Daya pertama kali terjadi akhir Desember 2011 dan hingga kini sudah ada 17 kasus dengan korban satu warga meninggal dunia.
Kasus gigitan anjing rabies ini tersebar di tiga desa di Kecamatan Babar Timur, yaitu Desa Ilmarang, Letmasa, dan Welara. Ketiganya berada di Pulau Dawera.
Kasus-kasus tersebut sekaligus yang pertama kali terjadi di Maluku Barat Daya sehingga kian memperluas daerah endemis rabies di Provinsi Maluku. Menurut Ritha, daerah endemis rabies sebelumnya berada di Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Maluku Tenggara Barat.
Kepala Dinas Kesehatan Maluku Barat Daya dr Aipassa mengatakan, sulitnya jaringan komunikasi dan transportasi ke Dawera membuat pihaknya baru mengetahui kejadian itu pekan lalu. Aipassa lalu melaporkannya ke Dinas Kesehatan Maluku di Ambon sekaligus meminta bantuan vaksin antirabies untuk mereka yang tergigit anjing rabies. Pasalnya, vaksin tersebut tidak tersedia di Maluku Barat Daya.
Tiga hari lalu sebanyak 100 vial vaksin dari Dinas Kesehatan Maluku sampai di Kisar, Maluku Barat Daya. Namun, tidak bisa segera dikirim ke lokasi karena tidak ada kapal. Pengiriman baru bisa dilakukan kemarin dan diperkirakan tiba di lokasi hari ini. ”Sambil menunggu vaksin, saya sudah meminta petugas di lapangan bersama warga untuk memusnahkan anjing agar rabies tidak menyebar,” tambahnya.
Ritha Tahita mengatakan, ketiadaan vaksin di Maluku Barat Daya karena daerah itu belum pernah ditemukan kasus rabies. Ditambah lagi tidak ada tempat khusus untuk menyimpan vaksin. Selama ini vaksin antirabies hanya diberikan kepada daerah-daerah yang pernah ditemukan kasus rabies.
Maluku Barat Daya adalah kabupaten yang baru dimekarkan tahun 2008. Wilayahnya berada di paling selatan Provinsi Maluku dan berbatasan dengan Timor Leste.
Dinas Kesehatan Maluku Barat Daya masih menyelidiki asal munculnya penyakit rabies. Namun, Ritha menduga penyakit itu dibawa dari luar. ”Sama seperti munculnya rabies di Ambon tahun 2003, dan Maluku Tenggara Barat tahun 2010, ada anjing rabies yang dibawa dari luar lalu anjing itu menggigit anjing lainnya sehingga rabies terus menyebar,” jelasnya.
Ritha mendesak upaya pencegahan meluasnya rabies dilakukan pula dengan memberikan vaksin pada anjing-anjing di Pulau Dawera. ”Pasalnya dari anjing, virus itu bisa menular ke manusia. Tanpa ada penanganan pada anjing-anjing di Dawera, besar kemungkinan rabies akan tetap ada,” ujarnya.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Maluku Jasmin Bajak mengatakan sesegera mungkin mengirimkan tim ke Dawera. Pihaknya juga sudah menyiapkan 2.000 dosis vaksin untuk disuntikkan pada hewan-hewan pembawa rabies, yaitu anjing, kucing, dan kera, guna mencegah meluasnya rabies.
”Tim dan vaksin ini sudah siap, tetapi kami belum bisa memastikan kapan sampai di lokasi karena tergantung kapal juga. Namun, kami upayakan sesegera mungkin,” ujarnya saat ditanya kapan bantuan ini tiba di lokasi.
Sementara menunggu kedatangan tim bersam vaksin, Jasmin mengatakan telah meminta agar hewan-hewan pembawa rabies tidak dibawa keluar pulau. Hewan yang sudah dipastikan terkena rabies pun diminta untuk segera dibunuh.