Selain diare, penyakit tifus juga perlu diwaspadai selama musim penghujan ini, sebab lingkungan yang kotor rentan menyebabkan makanan dan minuman tercemar bakteri yang bisa menyebabkan penyakit tifus.
"Potensi terkena diare dan tifus sebenarnya sama jika mengonsumsi jajanan secara sembarangan. Karena itu, hati-hati dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Yang jelas, jangan membeli jajanan sembarangan," ujar Manager Pelayanan Medis RS Roemani Semarang dr Dian Aviyanti.
Sementara itu, penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) justru tidak terlalu tinggi selama musim penghujan, meski tetap ada peningkatan jumlah pasien yang dirawat setidaknya selama tiga bulan terakhir.
Berdasarkan data RS Roemani Semarang, jumlah pasien DBD yang dirawat pada November 2011 mencapai 10 pasien, Desember 2011 sebanyak 18 pasien, dan pada Januari 2012 tercatat ada 24 pasien DBD yang dirawat.
Menurut Dian, tren penyakit DBD biasanya mengalami peningkatan pada pergantian musim karena kondisi cuaca berpengaruh pada perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk, sementara pada musim penghujan tidak terlalu tinggi.
"Namun, susah juga kalau melihat kondisi cuaca akhir-akhir ini yang tidak menentu. Sebentar panas, kemudian hujan, berubah terus. Karena itu, masyarakat harus tetap mewaspadai penyebaran penyakit DBD," kata Dian.
Data sejumlah RS di Kota Semarang juga menunjukkan penderita diare dan tifus tinggi selama tiga bulan terakhir, seperti RS Islam Sultan Agung Semarang selama Januari 2012 sebanyak 145 pasien tifus dan 81 pasien diare.
Sementara, pada November 2011 tercatat 97 pasien tifus dan 81 pasien diare yang dirawat di RS Islam Sultan Agung Semarang dan pada Desember 2011 sebanyak 21 pasien tifus dan sebanyak 77 pasien diare.
Data di RS Telogorejo Semarang, pada November 2011 ada 75 pasien diare dan 38 pasien DBD, pada Desember 2011 ada 61 pasien diare dan 32 pasien DBD, sedangkan pada Januari 2012 tercatat 53 pasien diare dan 48 DBD