logo2

ugm-logo

Tak Ada Gempa Susulan Usai Gempa 6,0 Guncang Maluku, Apa Penyebabnya?

AMBON, KOMPAS.com - Gempa berkekuatan 6,0 magnitudo yang mengguncang Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, pada Rabu (26/2/2020) sore kemarin tidak diikuti dengan satu pun gempa susulan hingga Kamis (27/2/2020) siang.

Meski gempa sangat kuat dirasakan getarannya hingga ke Tual, Maluku Tenggara dan Papua, namun tak ada aktivitas gempa susulan selanjutnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ambon menuturkan, tidak adanya aktivitas gempa susulan itu disebabkan oleh struktur batuan di wilayah tersebut.

“Tidak gempa susulan sampai hari ini. Jadi, tergantung sifat batuannya, kalau sifat batuannya dapat meredam gaya tektonik, maka gempa satu kali saja langsung berhenti,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Ambon, Andi Azhar Rusdin, saat diminta tanggapannya oleh Kompas.com, Kamis (27/2/2020).

Dia menyebut, struktur batuan di Kepulauan Tanimbar didominasi oleh coral karang, kondisi tersebut memungkinkan gempa dengan kekuatan besar hanya terjadi satu kali tanpa disertai gempa susulan berikutnya.

“Jadi, memang tergantung kondisi struktur batuannya, di Tanimbar itu dominan koral karang,” ujar dia.

Selain karena struktur batuan, gempa besar di Tanimbar yang terjadi kemarin juga langsung mengeluarkan seluruh energinya sehingga tidak ada gempa susulan berikutnya.

Dia mengak, gempa susulan lazim terjadi setelah sebuah gempa besar terjadi, itu karena tidak seluruh energi dilepaskan saat gempa utama.

“Jadi, kemarin di Tanimbar itu akumulasi energinya itu langsung sekali keluar, jadi tidak ada gempa susulan,” kata dia.

Dia menambahkan, beberapa kasus gempa besar di Maluku yang terjadi tanpa disertai dengan gempa susulan.

Seperti gempa bermagnitudo 7,4 yang yang terjadi di laut Banda pada Juli 2019 lalu dan diraskaan getarannya sampai ke Ambon.

“Itu seperti gempa 7,4 yang terjadi di Laut Banda Juli 2019, yang diraskaan sampai di Ambon, itu hanya sekali gempa tidak ada susulannya meski gempanya besar,” ujar dia.

Sebelumnya, gempa tektonik berkekuatan 6,0 magnitudo mengguncang Kabupaten Kepulauan Tanimbar pada Rabu (26/2/2020) pukul 16.33 WIT.

Gempa tersebut berada pada lokasi 7.5 Lintang Selatan dan 131.11 Bujur Timur atau berjarak 57 kilometer barat laut Saumlaki dan 78 kilometer barat daya Larat, Kepulauan Tanimbar.

Adapun gempa tersebut berada pada kedalaman 28 kilometer dibawah permukaan laut.

Hingga saat ini, belum ada laporan resmi mengenai dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut.

Namun, BMKG memastikan gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Virus Corona Menyebar Cepat di Luar China, Ini Kata Dokter WHO

OMPAS.com - Kasus baru virus corona yang dilaporkan setiap hari di luar China angkanya lebih banyak daripada di China dalam beberapa hari terakhir.

Banyak negara juga melaporkan kasus virus corona pertama seperti Brasil, Yunani, Swiss, Austria dan Kroasia pada Rabu (26/2/2020).

Meskipun diduga pola penyebaran kasus virus corona tersebut banyak berasal dari Italia.

Namun kondisi tersebut tetap menjadi sorotan organisasi kesehatan dunia WHO.

"Kemarin, jumlah kasus baru yang dilaporkan di luar China melebihi jumlah kasus baru di China untuk pertama kalinya," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada para diplomat di Jenewa, Rabu (26/2/2020) seperti dikutip dari AFP.

Badan kesehatan PBB menyebutkan jumlah kasus baru di China sebanyak 411 pada hari Selasa dan kasus yang terdaftar di luar negeri berjumlah 427.

Pemerintah di seluruh dunia berjuang untuk mencegah penyebaran virus setelah lonjakan infeksi di Italia, Iran dan Korea Selatan.

Tedros mengatakan peningkatan mendadak kasus di negara-negara itu sangat memprihatinkan. Ia menambahkan bahwa tim WHO akan melakukan perjalanan ke Iran akhir pekan ini untuk mengevaluasi situasi.

Sementara jumlah kasus baru dan kematian berkurang di pusat penyakit di China, namun China tetap menjadi negara dengan kasus infeksi dan korban meninggal terbanyak sampai saat ini.

Tedros mengatakan bahwa pada hari Rabu pagi, 78.190 kasus COVID-19 telah dilaporkan di China, termasuk 2.718 kematian.

Angka itu bisa dibandingkan dengan 2.790 kasus dan 44 kematian dilaporkan di 37 negara lain.

Namun WHO mengatakan epidemi di China memuncak dan mulai menurun sejak pada 2 Februari.

Negara lain tidak siap

Bruce Aylward, yang mengepalai misi ahli yang didukung WHO ke China, memuji tindakan karantina dan penahanan drastis yang dilakukan Beijing.

"China mengubah arah penyebaran virus," katanya.

Namun dia juga mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa negara-negara lain sama sekali tidak siap menghadapi wabah virus corona.

Dalam pidato hari Rabu, Tedros mengakui bahwa kenaikan kasus di luar China telah mendorong desakan agar pandemi diumumkan.

Namun menurutnya dengan deklarasi semacam itu dapat memberi sinyal bahwa WHO tidak dapat lagi mengatasi penyebaran virus corona.

"Kita seharusnya tidak terlalu bersemangat untuk menyatakan pandemi. Kami berada dalam pertarungan yang bisa dimenangkan jika kami melakukan hal yang benar," kata Tedros.

Tetapi dia bersikeras bahwa WHO tidak akan ragu untuk menyatakan pandemi jika memang kondisi memburuk dan menjadi deskripsi akurat dari situasi tersebut.

"Saya tidak meremehkan kondisi saat ini, atau potensi ini menjadi pandemi, karena memiliki potensi itu," katanya.

"Semua negara, apakah mereka mempunyai kasus atau tidak, harus bersiap menghadapi potensi pandemi," ungkap Tedros.

More Articles ...