logo2

ugm-logo

Banjir di Konawe: Puluhan Desa di 8 Kecamatan Masih Terendam

Anak-anak menaiki sampan saat banjir di jalan Poros Kendari, Pondidaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Kamis (20/6/2019). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.

tirto.id - Banjir membuat sebagian kawasan 8 kecamatan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, hingga kini masih terendam air. Sebelumnya, banjir yang melanda Konawe sejak lebaran lalu sempat berdampak terhadap kawasan di 25 kecamatan. Pelaksana Tugas Sekda Kabupaten Konawe, Santoso menyatakan banyak warga dari puluhan desa di delapan kecamatan tersebut masih bertahan di tempat-tempat pengungsian.

Santoso memaparkan hal ini ketika menyambut kunjungan Kapusdokkes Mabes Polri Brigjen Pol Arthur Tampi dan Kapolda Sultra Brigjen Pol Iriyanto di Konawe, pada Minggu (23/6/2019). "Kami juga melaporkan warga [pengungsi] mulai terserang sakit flu dan gatal-gatal," kata dia.

Berdasar data yang dipaparkan Santoso, sebagian besar desa yang masih terendam air berada di kawasan kecamatan Pondidaha, Wonggeduku dan Wonggeduku Barat. Di Kecamatan Pondidaha, sebanyak 15 masih tergenang air. Di Pondidaha, 2.142 kepala keluarga yang terdiri dari 8.163 jiwa masih menghuni tempat pengungsian.

Sementara di Kecamatan Wonggeduku Barat, lima desa masih tergenang air dengan pengungsi sebanyak 4.070 kepala keluarga yang terdiri dari 5.312 jiwa. Sebanyak 2.246 kepala keluarga yang terdiri dari 8.548 jiwa juga masih mengungsi di Kecamatan Wonggeduku karena wilayah 14 desa di sana masih terendam air.

Santoso menambahkan banjir di Konawe diperkirakan membuat 9.000 hektare area pertanian dan persawahan hingga kini terendam. Baca juga: Ada Proyek Tambang di Balik Banjir Bandang Konawe Utara Data yang dipaparkan Santoso menunjukkan dampak banjir di Konawe yang mulai surut. Berdasar data yang dilaporkan pada 19 Juni lalu, di kabupaten ini sempat membuat 4.718 kepala keluarga yang terdiri dari 18.408 jiwa di 126 desa dan 8 kelurahan (18 kecamatan) mengungsi.

Banjir di Konawe juga tercatat mengakibatkan 193 unit rumah hanyut. Sebanyak 5.762 rumah dan 34 masjid juga sempat terendam air. Banjir yang melanda wilayah Konawe dalam setengah bulan terakhir disebut karena intensitas hujan yang tinggi membuat aliran Sungai Konaweha, Sungai Lahambuli, dan Sungai Rawa Aopa meluap. Kedatangan Kapusdokkes Mabes Polri dan rombongan pimpinan Polda Sutra ke Konawe pada hari ini untuk menyerahkan bantuan bahan makanan dan obat-obatan.

sumber tirto.id

Kisah Hilangnya Desa Tapuwatu Usai Diterjang Banjir Konawe Utara

Desa Tapuwatu, Kecamatan Asera, Kabupaten Konawe Utara yang hilang usai banjir Konawe Utara.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Konawe Utara - Desa Tapuwatu, adalah sebuah desa yang tak populer sebagai salah satu desa di Sulawesi Tenggara. Daerah ini, paling parah dilanda banjir Konawe Utara. Kini desa tersebut sudah menghilang dari peta akibat tersapu banjir.

Menuju Tapuwatu, memakan waktu sekitar 20 menit dari Wanggudu, ibukota Kabupaten Konawe Utara. Lokasinya tepat berada di bantaran sungai Asera, sungai terbesar di Konawe Utara.

Wilayah ini porak poranda, hancur bagai diterjang tsunami saat bencana banjir Konawe Utara, Jumat (7/6/2019). Dari 80 rumah, hanya tersisa 5 rumah saja yang masih berdiri usai banjir Konawe Utara.

Sebanyak 75 rumah lainnya, hilang tak berbekas diterjang banjir bandang setinggi 6 meter. Kondisi makin parah, saat banjir datang disertai material lumpur, pohon dan bebatuan.

Lima rumah yang tersisa, nyaris roboh dan sudah bergeser dari tempatnya semula. Tak bisa lagi ditinggali, karena diselimuti lumpur tebal bersama material bebatuan.

Saat Liputan6.com mendatangi wilayah ini, yang nampak seperti lapangan luas dengan pepohonan dan semak, semuanya berwarna kecokelatan. Padahal, lokasi ini tempat berdirinya 75 rumah yang dibangun memanjang di pinggir sungai Asera.

Sisi kiri-kanan jalan masuk desa sepanjang 300 meter, hanya ada sisa perabotan warga yang hanyut. Semuanya telah rusak, tertutup lumpur tebal hingga 1 meter.

Beberapa warga yang nampak berada di lokasi pada Sabtu (22/6/2019) siang, mengais-ngais lumpur. Mereka mencoba menemukan perabotan dapur yang tak sempat diselamatkan.

Erwin (38) salah seorang warga Desa Tapuwatu yang ditemui di lokasi, terlihat pasrah mengamati rumahnya yang hanya tersisa lantainya saja. Sedangkan dinding dan tiangnya, hanyut di sungai terbawa banjir.

"Saya mungkin tak akan tinggal disini lagi. Tetapi, saya belum tahu akan tinggal dimana," ujar Erwin, Sabtu (22/6/2019).

Dia melanjutkan, masih trauma saat banjir menerjang desanya. Air sungai yang naik dengan cepat saat tengah malam, membuatnya tak bisa menyelamatkan barang berharga miliknya.

"Malam itu, saya hanya bisa bawa istri dan anak-anak serta baju di badan. Keluarga juga hanya pakai baju di badan saat banjir Konawe Utara," ujar pria yang memiliki 4 orang anak ini.

More Articles ...