logo2

ugm-logo

Volume Kubah Merapi Capai 472 Ribu Meter Kubik

Tampilan Gunung Merapi saat mengeluarkan guguran awan panas pada  Senin (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas guguran awan panas Gunung Merapi memang sedang mengalami penurunan pada pekan pertama April 2019. Namun, volume kubah lava yang semakin meluas harus tetap diwaspadai.

Meski terbilang menurun pekan ini, kewaspadaan mutlak harus terjaga. Terlebih, aktivitas kegempaan seperti gempa frekuensi rendah, fase banyak, vulkanik dangkal, tektonik dan hembusan masih terus terjadi. Terkait perkembangan kubah lava, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat per 21 Maret 2019 volume kubah lava sudah mencapai 472 ribu meter kubik. "472 ribu meter kubik per tanggal 21 Maret 2019," kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, Ahad (7/4).

Luas itu melebar sekitar 11 ribu meter kubik dari awal Februari yang berukuran 461 ribu meter kubik. Namun, laju pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi memang masih tergolong rendah.

Pasalnya, rata-rata pertumbuhan kurang dari 20 ribu meter kubik per hari. Untuk April, BPPTKG belum melakukan pengukuran kubah lava kembali mengingat baru memasuki hari ketujuh.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, menanggapi aktivitas Gunung Merapi yang masih berstatus waspada itu Dia masih merekomendasikan area dalam radius tiga kilometer dari puncak agar tidak ada aktivitas manusia.

Namun, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar."Terutama, saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi," ujar Hanik.

Membangun Sekolah Tangguh Bencana

Di wilayah yang rawan bencana alam, sudah selayaknya bila pemerintah berada di garda depan bagi warga bangsanya untuk bisa tangguh dalam menghadapi bencana. Melalui instrumen yang dimilikinya, sangat bagus bila hal demikian juga diberikan kepada anak-anak sekolah.

Anak-anak sekolah layak mendapatkan pendidikan dan pelatihan pencegahan bencana, upaya tanggap darurat bencana gempa bumi.

Kami tentu mendukung langkah Pemerintah Kota Surabaya yang selama 2019 berencana membentuk 15 sekolah tangguh bencana dalam upaya memperkuat kemampuan mitigasi bencana murid-murid Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

Ini adalah program lanjutan. Tahun lalu, Pemerintah Kota Surabaya juga telah membentuk 15 sekolah tangguh bencana tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Murid-murid di sekolah-sekolah tangguh bencana tersebut mendapatkan pendidikan dan pelatihan pencegahan bencana; upaya tanggap darurat bencana gempa bumi, kebakaran dan kecelakaan lalu lintas; serta pelatihan resusitasi jantung.

Pengelola sekolah-sekolah tersebut juga menyepakati titik kumpul di sekolah apabila terjadi bencana.

Selain sekolah, pengembangan kelurahan tangguh bencana juga perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan warga mengantisipasi dan menghadapi bencana.

 

Budaya tangguh bencana perlu terus dibangun guna meminimalkan dampak bencana. Penting sekali untuk terus meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai risiko bencana dan upaya mitigasi maupun antisipasinya.

Menghidupkan kearifan lokal dalam mencegah dan menangkal bencana juga perlu dikedepankan.

Agus Pranoto

More Articles ...