logo2

ugm-logo

Banjir di Kendari Disebabkan Adanya Penyempitan Sungai Wuawua

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari menyebut, banjir yang terjadi disebagian wilayah Kendari pada Minggu (14/4) akibat meluapnya sungai Wuawua.

"Kalau (banjir) ini akibat luapan Sungai Wuawua, sehingga terdampak bagi rumah warga sekitar," kata Kepala BPBD Kota Kendari, Suhardin kepada kendarinesiaid, Senin (15/4) pagi.

Menurut dia, sungai Wuawua mengalami penyempitan, sehingga tak mampu menampung debit air ketika hujan deras mengguyur. "Karena terjadi penyempitan sungai. Hujan keras, jadi tak bisa menampung air," katanya.

Menurut dia, daerah paling terdampak banjir adalah Kelurahan Wuawua, Kecamatan Wuawua, dilokasi itu, lanjut dia, ketinggian air mencapai 1 meter lebih dan dibeberapa tempat juga hampir rata.

"Ada beberapa tempat airnya juga cukup tinggi. Sejak pukul 5 sore kemarin kami sudah standby di lokasi untuk memantau dan mengevakuasi warga dengan menurunkan perahu dan menyiapkan pompa air," sambungnya.

BPBD Kendari juga hingga saat ini belum bisa mengkonfirmasi berapa jumlah rumah warga yang terendam banjir. Pihaknya masih akan berkoordinasi dengan RT/RW setempat untuk mengetahui jumlah rumah warga yang terendam.

Dari hasil pemetaan BPBD Kendari tentang daerah rawan banjir, kata Suhardin, Kecamatan Wuawua tidak termasuk daerah rawan. Sehingga, banjir di Wuawua kali ini menambah daftar panjang daerah rawan banjir di Kendari.

"Sebenarnya setelah kita petakan itu ada 9 Kecamatan(rawan banjir). Wuawua ini tidak termasuk kategori rawan sebenarnya, tapi kejadian juga," tutupnya.

Jumlah Korban Jiwa dalam Bencana Cukup Tinggi, BNPB Akan Fokus Lakukan Ini

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Doni Monardo mengatakan, pihaknya kedepan akan lebih berfokus pada pencegahan bencana agar mengurangi jumlah korban jiwa.

Sejak tahun 2000 sampai dengan 2019 menurut Doni, peringkat Indonesia dalam jumlah korban akibat bencana berada di posisi kedua dunia. Dimana dalam rentang waktu 19 tahun tersebut jumlah total korban mencapai sekitar 180.000 orang.

"Saya melihat dalam 19 tahun terakhir, Indonesia peringkat kedua dunia dari jumlah korban akibat bencana. Di Indonesia itu total korban sekitar 180.000, salah satu yang terbesar akibat Tsunami Aceh (2004). Peringkat pertama itu Haiti 200 ribu korban," jelas Doni dalam kunjungannya di Graha Pena, (12/4/2019).

Menurutnya, beberapa bencana yang terjadi di tanah air merupakan efek lalainya manusia dalam menjaga keseimbangan ekosistem disekitarnya. Dalam contohnya ia mengatakan, banjir dan longsor yang kerap melanda diakibatkan beberapa faktor seperti pembabatan hutan serta tidak berfungsinya sungai sebagai dengan semestinya.

"Bisa dikatakan ini semua bencana yang terjadi mayoritas karena ulah manusia, sehingga kapasitas kita untuk mencegah harus ditingkatkan. Dan tidak hanya menangani penanggulangan saja," lanjutnya.

Dirinya juga kembali mencontohkan yakni bencana kebakaran hutan gambut yang kerap terjadi di beberapa titik Indonesia. Musibah tersebut hampir terjadi di setiap tahun terutama di Sumatera dan Kalimantan.

Dari adanya hal tersebut pemerintah selalu mengeluarkan dana yang bisa dibilang cukup banyak. Dana tersebut dipergunakan untuk operasional helikopter untuk memadamkan di titik api.

"Setiap tahun itu pemerintah kehilangan uang triliunan rupiah hanya untuk memadamkan api, sedangkan api itu tidak padam-padam. Mengapa? karena kedalaman gambut disana rata-rata 20 meter bahkan sampai 36 meter," tambahnya.

"Ini semua kembali masalah manusia. Bisa dikatakan pembakaran lahan dilakukan manusia dengan sengaja. Intinya, Kita jaga alam, dan alam akan menjaga kita," tegasnya.

Untuk mengatasi terkait kebakaran hutan, BNPB dan Badan Restorasi Gambut (BRG) mendorong program dimana masyarakat untuk menanam kopi liberika di lahan gambut, baik yang pernah atau belum terbakar. Mengingat, kopi sampai dengan saat ini sudah menjadi komoditas yang sangat laris dipasaran.

Sementara itu terkait upaya BNPB dan Pemerintah untuk meminimalisir jumlah Korban Jiwa, diantaranya adalah pembangunan berorientasi pada daerah rawan kebencanaan, melibatkan pakar kebencanaan, dan memberikan peringatan dini yang terintegrasi.

More Articles ...