logo2

ugm-logo

Waspada, Hasil Studi Sebut Kawasan Jateng Rawan Gempa

Jawa Tengah - Hasil penelitian Pusat Studi Gempa Bumi Nasional (PUSGEN) mengatakan, wilayah Jawa Tengah berada pada jalur sesar atau patahan gempa. Masyarakat perlu mewaspadai potensi gempa meski berskala kecil dan jarang, tapi mampu berujung pada munculnya bencana sampingan.

Seperti diketahui, sesar Baribis-Kendeng memanjang di bagian utara Pulau Jawa, mulai dari Timur Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di mana di Jawa Tengah yang berada di jalur ini antara lain adalah Tegal dan Brebes. Serta beberapa kabupaten/kota lain posisinya di atas percabangan dari sesar ini.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie mengatakan, bahwa bencana sampingan atau collateral damagemerupakan istilah digunakan untuk dampak yang ditimbulkan akibat gempa. Dalam hal ini, bisa saja jatuhnya korban lantaran kurangnya pemahaman akan karakteristik lingkungan sekitar. 

"Karena sebenarnya gempa tidak membunuh. Dampak itu muncul karena kita saja yang mungkin kurang peduli dalam mengakomodir lingkungan. Seperti misalnya ketika kita membangun struktur bangunan, apakah sudah aman dari lokasi sesar," ungkap Setyoajie seperti dikutip laman Jawapos.

Selain itu, memahami unsur maupun kaidah bangunan tahan gempa juga disebutkannya mampu mengurangi dampak dari bencana sampingan tadi.

"Misal rumah sudah terlanjur kebangun nih di wilayah rawan, paling tidak bisa diambil antisipasi dengan perabotnya dipatek atau bagaimana saja yang bisa meminimalisir," sambungnya.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa munculnya bencana sampinganberujung jatuhnya korban tidak melulu akibat keberadaan sesar dan gempa itu tadi. Melainkan permasalahan bisa juga dari ketidakpahaman atau ulah manusia itu sendiri.

Pasalnya, ia juga tak menampik jika daerah-daerah yang berada di jalur sesar gempa ini bisa terjadi pergeseran tanah maupun longsor. Tergantung struktur tanahnya saja. Apakah masih bagus, atau sudah rusak sehingga rawan karena campur tangan manusia.

Dalam hal ini, Aji sapaan Setyoajie, menyebut dari BMKG sudah mengambil langkah. Seperti melalui sosialisasi serta edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk stakeholder. Melalui setiap kegiatannya, pihaknya tak lupa menyisipkan imbauan agar tak mengabaikan bencana sampingan ini.

"Misal di Banjarnegara itu kan tanahnya memang bagus untuk menanam sayuran, akar pendek. Tapi akan lebih aman, bisa mencegah longsor dan sebagainya apabila ditanami pinus misalnya. Akarnya jauh ke dalam menahan tanah. Yang perlu ditekankan memang kearifan lokal, jadi ketika mereka tahu tanahnya rawan, ya tidak dibuat pemukiman," terangnya.

Terpenting, menurutnya, adalah upaya mitigasi bencana itu sendiri. Dengan diketahuinya wilayah Jawa Tengah berada di sesar gempa, perlu disadari ada banyak potensi kebencanaan yang harus diwaspadai.

"Masalah utamanya itu di grassroot, apakah info BMKG itu diterima masyarkat atau tidak. Makanya BMKG itu sekarang juga mengembangkan sistem diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami berbasis komunitas. Dalam hal ini komunitas radio. Bersama ORARI dan RAPI. Prototype sudah kita pasang di Kebumen," jelasnya.

Harapannya, sistem ini bisa menjadi solusi alternatif kala bencana macam gempa dan tsunami terjadi. Segera dipastikan bahwa informasi kebencanaan tersampaikan kepada seluruh masyarakat agar korban bisa diminimalisir.

sumber: liputan 6

Warga Surabaya Dilatih Siap Hadapi Gempa

SURABAYA - Sikap siap siaga menghadapai bencana alam, termasuk gempa harus  dimiliki oleh semua anggota masyarakat. Hal itu ditegaskan ahli geologi Amien Widodo. Gempa bumi bisa terjadi kapan saja. Tidak perlu panik atau ketakutan. Ada cara untuk mengurangi dampak gempa, yaitu persiapan menghadapinya.

Amien Widodo menyampaikan hal itu saat menyosialisasikan potensi gempa di Surabaya dan kesiapsiagaannya di Rungkut Mapan Barat Senin (15/10). Menurut dia, gempa sebenarnya selalu terjadi. ''Tapi, kita tidak merasakannya. Intensitasnya kecil,'' ujar pakar Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

Posisi Indonesia, lanjut Amien, memang rawan gempa bumi. Sebab, posisi Indonesia diapit tiga lempeng. Yakni, lempeng Australia (Samudra Hindia), Eurasia, dan Pasifik. ''Seakan ditumpuk tiga buldoser,'' tuturnya.

Surabaya juga berpotensi mengalami gempa. Ada dua sesar aktif di wilayah Surabaya dan Waru. Masyarakat perlu tahu. Sekitar 1867 sejarah mencatat Surabaya pernah mengalami gempa. Gereja Santa Perawan di Jalan Kepanjen menjadi saksi bisu peristiwa tersebut.

Menurut Amien, efek yang timbul dari gempa bersifat domino. Selain menimbulkan likuefaksi (pencairan tanah), gempa itu bisa mengakibatkan bencana alam lainnya. ''Misalnya, longsor dan kebakaran. Yang lebih parah bisa tsunami,'' jelasnya. Hanya, masyarakat bisa meminimalkan efek domino itu.

Untuk kemungkinan tsunami, di Surabaya nyaris tidak ada peluang. Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya Mohammad Nurhuda, Surabaya memiliki mangrove yang cukup luas. Sangat berguna untuk memecah gelombang tsunami.

Ada batas minimal kekuatan gempa yang berefek tsunami. Yakni, kurang dari 7 skala Richter. Sementara itu, potensi kekuatan gempa di Surabaya tidak sebesar itu. ''Tapi, kita tetap harus bersiap diri menghadapi segala kemungkinan,'' ucapnya. Nurhuda menegaskan, masyarakat tidak perlu panik dan khawatir. Efek gempa bisa dikurangi. Salah satu caranya melakukan pelatihan tanggap bencana.

Kepala Basarnas Surabaya Prasetya Budiarto juga meminta masyarakat tidak perlu takut menghadapi gempa. ''Kita tingkatkan pelatihan-pelatihan seperti cara menghadapinya,'' katanya. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melatih kesiapsiagaan menghadapi gempa. Baik sebelum maupun saat terjadinya.

Pertama, memperbaiki konstruksi bangunan menjadi tahan gempa. Menurut Amien, gempa tidak membunuh. Yang perlu diwaspadai adalah bangunan buminya. Mendekatkan lemari pada dinding dan menaruh barang berat, besar, serta pecah belah di bagian bawah lemari penting dilakukan.

Selain itu, jauhkan benda-benda yang membahayakan seperti cermin dari tempat tidur. ''Mengenalkan tempat yang aman di sekitar lingkungan juga penting. Jadi, saat terjadi gempa, tinggal njujug ke tempat itu,'' ungkapnya.

Alat pendeteksi dini gempa di wilayah Surabaya sudah disiapkan. Penyebarannya meliputi 15 titik. ''Sebagai warning jika akan terjadi gempa. Bulan ini sudah siap,'' jelasnya.

sumber: jpnn

Ketua RW 08 Jalan Rungkut Mapan Barat Wahyu P. Kusnanda mengatakan, sosialisasi soal bencana, khususnya gempa, sangat penting untuk warganya. Terutama masyarakat Surabaya. ''Pengetahuan kesiapsiagaan menghadapi gempa perlu ditingkatkan,'' paparnya. (dan/c15/roz)

More Articles ...