logo2

ugm-logo

Kota Bandung Terendam Banjir, Air Setinggi Leher Orang Dewasa

Breaking News, Astanaanyar Kota Bandung Terendam Banjir, Air Setinggi Leher Orang Dewasa

Hujan deras mengakibatkan Sungai Citepus meluap dan merendam puluhan rumah warga di RW 07 Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (26/11/2018) pukul 13.40.

Air yang datang secara tiba-tiba mengakibatkan penghuni rumah terjebak di dalam rumahnya.

Asep Hidayat, pengurus RW 07 terlihat paling sibuk mengevakuasi warga karena air sudah mencapai leher orang dewasa.

Banjir di RW 07 terjadi setiap musim hujan bahkan setelah ada Tol Air Pagarsih pun banjir tetap terjadi.

Sebelumnya 8 Kecamatan Terendam Banjir

Sejumlah kecamatan di Kota Bandung dilanda hujan deras dan angin kencang, Kamis (22/11/2018) siang. Bencana ini mengakibatkan di beberapa titik terjadi banjir, longsor, dan pohon tumbang.

Kepala Seksi Kedaruratan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jabar, Budi Budiman, mengatakan banjir dan angin kencang terjadi pukul 15.00 WIB, tepatnya di Kecamatan Coblong, Cibeunying Kidul, Cinambo, Buahbatu, Rancasari, Astanaanyar, Babakan Ciparay, dan Batununggal.

Kejadian banjir di bandung ini, katanya, diakibatkan oleh tingginya curah hujan yang disertai angin kencang di kawasan tersebut. Di Kecamatan Coblong, di Jalan Tubagus Ismail, satu unit rumah rusak pada bagian atap akibat terbawa angin. Di Kecamatan Cibeunying Kaler di Kelurahan Cigadung, sebuah pohon tumbang dan tanah longsor.

Di Kecamatan Cinambo Jalan dan Pasar Gedebage tergenang air. Di Kecamatan Buahbatu, banjir terjadi di Pasar Kordon, sedangkan di Kecamatan Rancasari Sungai Cibogo meluap.

Di Kecamatan Astanaanyar, Jalan Astanaanyar dan Pagarsih tergenang air. Begitu pun Jalan Pasirkoja di Kecamatan Babakan Ciparay, dan Jalan Sukabumi di Kecamatan Batunungggal.

 

Dalam waktu yang sama, BPBD Jabar pun mendapat laporan hujan deras terjadi di sejumlah titik di Bandung Raya. Di Kota dan Kabupaten Bogor menyebabkan banjir, longsor, dan pohon tumbang.

sumber: http://jabar.tribunnews.com/

Banjir Bandang Sebabkan Enam Desa di Aceh Tenggara Terisolir

Foto Berita Banjir Bandang Sebabkan Enam Desa di Aceh Tenggara Terisolir

Sebanyak enam gampong atau desa di Kecamatan Leuser, Aceh Tenggara, hingga kini masih terisolir akibat banjir bandang menerjang total hingga delapan desa di tiga kecamatan karena guyuran hujan, Senin, (26/11).

"Akses jalur darat terputus di Lauser, Aceh Tenggara, dan mengakibatkan melambung berbagai harga kebutuhan pokok," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.

Terputusnya jalan darat menyulitkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tenggara menyalurkan bantuan ke lokasi. 

"Pelayanan kesehatan saat ini lumpuh di Leuser. Penyebabnya akses jalan darat di Permata Musara terputus akibat jembatan penghubung terbawa arus banjir, dan terdapat jalan amblas akibat longsor di lima titik. Satu unit sekolah dasar di Bunbun Indah terendam lumpur," kata dia.

Ia melanjutkan, hujan turun dengan intensitas sedang hingga lebat sejak sepekan terakhir di wilayah Aceh Tenggara, telah menyebabkan air dari pegunungan turun ke pemukiman masyarakat.

Bencana alam ini menyebabkan sedikitnya 33 rumah mengalami kerusakan, dan lebih 58 jiwa harus mengungsi ke rumah tetangga atau kerabat terdekat, seperti di Desa Natam Baru di Badar, dan Desa Lawe Metangur di Ketambe, selain Leuser.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat menyatakan, secara umum wilayah di Aceh telah masuki puncak musim hujan hingga awal tahun 2019.

"Wilayah di Aceh telah memasuki musim penghujan. Mulai November, sampai Januari 2019," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Blang Bintang, Zakaria Ahmad.

Ia melanjutkan, potensi curah hujan lebat disertai petir melanda sejumlah daerah di Aceh, sehingga kawasan dataran rendah harus mewaspadai potensi banjir seperti di daerah aliran sungai.

Tidak terkecuali untuk daerah cekungan, karena sebagian besar provinsi ini dikelilingi oleh wilayah perbukitan.

"Untuk perkotaan, lahan serapan air sangat sempit. Pohon-pohon sudah berganti dengan bangunan, sehingga aliran pembuangan air sudah tak memadai lagi. Bagi daerah itu, perlu waspadai banjir," tegasnya.

sumber: wartaekonomi.co.id

More Articles ...