logo2

ugm-logo

Sumut Latihan Tangkal Zoonosis, yang Berpotensi Jadi Bencana Non-Alam Terbesar

Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R Sabrina mengatakan, lebih dari 70 persen penyakit infeksi baru di dunia melibatkan hewan ternak dan satwa liar, Kamis (26/7/2018)

Medan - Infeksi yang ditularkan hewan bertulang belakang (vertebrata) ke manusia, atau sebaliknya ( zoonosis) menjadi perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Zoonosis disebut mengancam kelangsungan kehidupan manusia. Dampak ancaman tak hanya terjadi di sektor kesehatan, namun juga di sektor ekonomi, sosial dan keanekaragaman hayati.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) mengatakan, diperlukan penanganan serius untuk mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah ini.

“Lebih dari 70 persen penyakit infeksi baru di dunia melibatkan hewan ternak dan satwa liar, seperti Zika dan Ebola. Terbesar adalah Flu Burung pada 2005 menyebabkan kematian ribuan ternak dan korban manusia," kata Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R Sabrina, Kamis (26/7/2018).

Menurutnya, epidemiologi, mekanisme transmisi penyakit dari hewan ke manusia, diagnosa, pencegahan dan kontrol harus diantisipasi. Baca juga: Indonesia dan Amerika Antisipasi Kedaruratan Penyakit Zoonosis Untuk itu, Sabrina mendukung Table Top Simulation (TTS) yang melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), untuk menghadapi kedaruratan penyakit hewan, zoonosis dan penyakit infeksi baru dengan pendekatan One Health.

“Simulasi ini berguna bagi jajaran aparat pemerintah provinsi dan kabupaten, juga pemangku kepentingan lain, sesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing,” ujarnya. Asisten Deputi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenko PMK Dr Naahli Kelsum mengatakan, dipilihnya Sumut sebagai lokasi pelaksanaan simulasi mengingat pada 2006 lalu, Kabupaten Karo menjadi cluster flu burung pertama dan terbesar di Indonesia. Provinsi ini juga memiliki dua taman nasional yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

“Kedua taman nasional itu menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati baik flora dan fauna. Provinsi ini juga memiliki posisi strategis, berada di jalur pelayaran Selat Malaka yang berpeluang menjadi penghubung perdagangan international di kawasan Asia Tenggara,” kata Naahli.

Kegiatan yang mereka lakukan, lanjut dia, untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana non-alam berupa wabah penyakit, khususnya Penyakit Menular Baru (emerging infectious disease) dan zoonosis menggunakan buku pedoman koordinasi lintas sektor yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu di Yogyakarta. Latihan simulasi table-tob ini merupakan simulasi ke empat dan terakhir. Simulasi sebelumnya dilaksanakan di Bogor, Manado dan Bali pada awal 2018.

“Latihan simulasi di Medan melibatkan perwakilan dari seluruh provinsi di Pulau Sumatera," ujar dia.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian drh Fadjar Sumping Tjaturasa mengatakan, pentingnya simulasi diadakan karena perubahan kondisi dunia akibat pertumbuhan populasi manusia dan hewan sangat cepat.

Urbanisasi, penurunan kualitas lingkungan, sistem pertanian dan peternakan yang berubah, serta lalu lintas manusia/hewan/produk hewan telah menyebabkan peningkatan risiko munculnya penyakit infeksi emerging (PIE) yang dapat mengancam keselamatan masyarakat, berdampak ekonomi, dan munculnya gejolak sosial di Indonesia.

"Pencegahan dan penularan penyakit zoonosis harus dimulai dari hulu, atau dari hewannya. Simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah Indonesia dalam mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah Penyakit Menular Baru (emerging infectious disease) melalui peningkatan koordinasi multisektoral," kata Fadjar.

sumber: KOMPAS.com

Tiga Negara di Asia Alami Gelombang Panas Ekstrim

Sejumlah pria mendinginkan tubuhnya dibawah pancuran air saati gelombang panas di Karachi, Pakistan, 25 Mei 2018. REUTERS/Akhtar Soomro

TEMPO.CO, Jakarta - Jepang, Pakistan dan Korea Selatan, merupakan tiga negara di Benua Asia yang pernah mengalami musibah gelombang panas paling mematikan sepanjang 2018. Pada Rabu, 25 Juli 2018, jumlah korban tewas akibat gelombang panas di Jepang tercatat 80 orang.

Dikutip dari Reuters, Jepang sudah dua pekan terakhir diselimuti gelombang panas, dimana pada sejumlah area suhu panas mencapai 40 derajat celcius. Ribuan orang dilarikan ke unit gawat darurat.

Tokyo mengatakan akan membayar pemasangan penyejuk ruangan di sekolah-sekolah negeri dan memperpanjang libur musim panas yang akan dimulai pada pekan ini. Kota Kumagaya di wilayah barat daya Jepang, mengalami suhu tertinggi, yakni 41 derajat celcius, sedangkan suhu ibu kota Tokyo, tempat akan diselenggarakannya pesta olah raga dunia, berkisar 35 derajat celcius. Jepang menyatakan gelombang panas pada Juli 2018 sebagai bencana alam.

Sebelumnya pada Mei 2018, gelombang panas yang terjadi di kota Karachi, Pakistan, menewaskan 65 orang dalam tempo tiga hari. Temperatur mencapai 44 derajat celcius atau diatas suhu rata-rata yang biasanya berkisar 35 derajat celcius. Kondisi ini sangat berat dijalani, khususnya umat Muslim Pakistan karena terjadi saat bulan suci Ramadan.

Dikutip dari CNN.com, jumlah korban tewas berasal dari Sindh, Karachi. Dahysatnya gelombang panah dikabarkan telah merambah ke wilayah tengah dan utara India. Suhu panas di Karachi, Pakistan, berlangsung sampai awal Juni 2018 dan bergerak ke wilayah selatan India.

Bagi masyarakat Karachi, ini bukan kali pertama mereka mengalami gelombang panas. Pada 2015, gelombang panas disana mencapai 45 derajat celcius dan menewaskan 1.300 orang, sebagian besar manula.

Korea Selatan pada 2018 juga mengalami musibah gelombang panas. Pada Senin, 23 Juli 2018, surat kabar Korea Herald mewartakan suhu dipenjuru Korea Selatan sekitar 33 sampai 37 derajat celcius.

Pada Senin, 23 Juli 2018, masyarakat di ibu kota Seoul terbangun dengan suhu 29.2 derajat celcius atau tertinggi yang pernah terjadi di Seoul sejak 1907.

Gelombang panas ini telah berdampak pada sebagian besar wilayah Korea Selatan, kecuali Kepulauan Jeju. Korban tewas dalam gelombang panas telah menewaskan lima orang dan 237 orang dilarikan ke rumah sakit karena serangan panas. Badan Meteorologi Korea Selatan menyebut suhu panas karena pengaruh tingginya fenomena perubahan cuaca di wilayah utara pasifik pada tahun ini.

More Articles ...