logo2

ugm-logo

BMKG Imbau Masyarakat Waspada Gelombang Ombak Tinggi

https://s.kaskus.id/images/2018/07/22/9931398_201807220508590828.jpg

Jakarta, Gatra.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan informasi prediksi gelombang tinggi yang akan terjadi selama sepekan ke depan. BMKG memberikan peringatan dini gelombang tinggi, yang diperkirakan memiliki ketinggian 1,2 meter sampai dengan 6 meter. Puncak gelombang diperkirakan terjadi pada tanggal 24-25 Juli 2018 dengan ketinggian mencapai 6 meter.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menghimbau masyarakat untuk waspada terutama pengguna kapal kecil. 

“Saya menghimbau kepada masyarakat untuk menunda kegiatan penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda. Perahu nelayan dan kapal - kapal ukuran kecil agar tidak memaksakan diri melaut serta tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran”, tutur Dwikorita saat ditemui di Gedung Media Center BMKG, Jakarta, pada Minggu (22/7).

Faktor penyebab gelombang tinggi tersebut adalah kondisi tekanan tinggi di Samudra Hindia (barat Australia) atau disebut Mascarene High. Angin dingin dan kering dengan kecepatan 35 km sampai 50 meter per jam akan melewati wilayah mascarene high, kondisi tersebut berdampak pada peningkatan tinggi gelombang hingga berkisar 6 meter. Tidak hanya di Australia, Mascarene High pun memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia, mulai dari selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

Secara rinici BMKG membagi menjadi 3 katagori wilayah sesuai dengan tingkat ketinggian gelombang. Katagori SANGAT WASPADA dengan tinggi gelombang 1.25 meter hingga 2.5 meter. Katagori tersebut berpeluang terjadi di Laut Jawa bagian timur, perairan timur Kotabaru, Selat Makassar bagian selatan, Laut Flores, Perairan Baubau Kepulauan Wakatobi, Laut Banda, perairan selatan Pulau Buru, perairan selatan Pulau Seram, Perairan Kepulaian Kei hingga Kepulauan Aru, Perairan Kepulauan Babar hingga Kepulauan Tanimbar, Perairan Barat Yos Sudarso, Laut Arafuru, dan Perairan Jayapura.

Selanjutnya adalah Kategori Berbahaya dengan tinggi gelombang 2.5 meter hingga 4 meter. Katagori tersebut berpeluang terjadi di Perairan Sabang, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, bagian selatan Pulau Jawa hingga Pulau Sumbawa, bagian selatan Selat Bali, bagian selatan Selat Lombok, bagian selatan Selat Alas, bagian selatan Pulau Sumba, bagian selatan Pulau Rote dan Laut Sawu.

Katagori terakhir adalah sangat berbahaya yakni tinggi gelombang mencapai 4 meter hingga 6 meter. Katagori ini terjadi di Perairan Sabang, Perairan utara dan barat Aceh, Perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Perairan barat Bengkulu hingga Lampung, bagian barat Pulau Sumatra, bagian selatan Selat Sunda, bagian selatan Pulau Jawa hingga Pulau Sumba, bagian selatan Selat Bali, bagian selatan Selat Lombok, dan bagian selatan Selat Alas.

Ombak Laut Selatan Capai 6 Meter, Nelayan Diimbau Tak Melaut

Ombak Laut Selatan Capai 6 Meter, Nelayan Diimbau Tak Melaut

Jakarta, CNN Indonesia -- Gelombang di laut selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kembali tinggi setelah sempat mengalami penurunan. Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meterologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, ombak di pantai selatan di wilayah Jateng dan DIY sempat mencapai enam meter pada akhir pekan lalu.

"Tinggi gelombang maksimum pada akhir pekan kemarin turun menjadi empat meter namun masih tergolong berbahaya," kata Teguh di Cilacap, Jateng, Senin (23/7) dikutip Antara.

Akan tetapi, katanya, berdasarkan pantauan citra satelit cuaca, gelombang di laut selatan pada Senin ini diprakirakan kembali mengalami peningkatan, terutama di wilayah Samudera Hindia selatan Jateng-DIY.


Tinggi gelombang di wilayah Samudera Hindia wilayah selatan Jateng berpotensi mencapai 4 sampai 6 meter, sedangkan di perairan selatan Jateng-DIY berkisar 2,5 hingga 4 meter.

Bahkan, tinggi gelombang di wilayah Samudra Hindia selatan Jateng-DIY pada Selasa (24/7) hingga Rabu (25/7) diperkirakan mencapai lebih dari enam meter.

Teguh menjelaskan kenaikan tinggi gelombang tersebut dipengaruhi peningkatan kecepatan angin yang bertiup di atas permukaan laut selatan Jateng-DIY yang diprakirakan mencapai 15-30 knot dan cenderung searah dari timur hingga tenggara akibat perbedaan tekanan udara signifikan antara belahan bumi selatan dan utara.

Saat ini di belahan bumi selatan, yakni di Australia bagian tenggara terdapat pusat tekanan tinggi yang mencapai 1.023 milibar, sedangkan di belahan bumi utara terdapat pusat tekanan rendah yang mencapai 998 milibar dan berlokasi di perairan sebelah timur Taiwan.

Ia mengatakan pusat tekanan rendah di perairan timur Taiwan sebelumnya merupakan badai Ampil yang muncul di Samudera Pasifik timur laut Filipina dan memicu gelombang setinggi enam meter di laut selatan Jateng-DIY pada 21 Juli 2018.

Ia mengatakan kekuatan badai tersebut telah melemah dan menjadi tekanan rendah serta posisinya bergeser ke perairan timur Taiwan.

Kekuatan badai Son-Tinh di sekitar perairan selatan Vietnam dan turut memicu terjadinya gelombang tinggi di laut selatan Jateng-DIY pada 21 Juli, kata dia, telah melemah dan menjadi pusat tekanan rendah yang berkekuatan 998 milibar.

"Interaksi antara pusat tekanan tinggi di belahan bumi selatan dan pusat tekanan rendah di belahan bumi utara itu memicu terjadinya angin kencang sehingga berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di laut selatan Jateng-DIY," katanya.

Terkait dengan itu, Teguh mengimbau semua pihak yang melakukan aktivitas di laut untuk memperhatikan risiko angin kencang dan gelombang tinggi demi keselamatan. Imbauan khusus diperuntukkan bagi nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil agar mewaspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan gelombang tinggi.

"Jika memungkinkan, nelayan diimbau untuk tidak melaut terlebih dahulu karena gelombang tinggi sangat berbahaya," katanya.

Selain itu, kata dia, operator tongkang agar mewaspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.

Kapal feri mewaspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, sedangkan kapal ukuran besar, seperti kapal kargo, diimbau mewaspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas empat meter.

Ombak Laut Selatan 6 Meter, Nelayan Diimbau Tidak Melaut

SAR Sukabumi Siaga

Di tempat lain, Anggota Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, juga mewaspadai gelombang tinggi laut selatan Sukabumi akibat cuaca buruk yang dipengaruhi kecepatan angin mencapai 30 km per jam.

"Prakiraan cuaca yang kami terima dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ketinggian gelombang di perairan laut Sukabumi dua hingga empat meter, bahkan di luar Teluk Palabuhanratu gelombang bisa saja lebih tinggi," kata Ketua FKSD Kabupaten Sukabumi Okih Fajri di Sukabumi, Senin.

Pihaknya juga sudah mengimbau kepada nelayan, apalagi yang menggunakan kapal kecil atau tradisional, lebih baik tidak melaut karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan laut.

Menurut Okih, walau kondisi gelombang tinggi, tetapi saat ini di periaran Palabuhanratu sedang musim ikan lisong dan tongkol sehingga banyak nelayan yang diprediksi akan tetap melaut.

Meski begitu, pihaknya meyakini nelayan yang mencari ikan di laut sudah mempunyai perhitungan yang matang. Selain itu, setiap nelayan pun diwajibkan menggunakan life jacket atau pelampung demi keselamatannya selama menjaring ikan di laut.

Untuk itu, FKSD Sukabumi sudah menyiagakan anggota di sejumlah lokasi pantai di Sukabumi. Mereka akan terus memonitor jika terjadi kecelakaan laut akan segera bisa ditangani.

"Kami sudah siagakan anggota untuk memantau aktivitas di laut, sehingga jika ada laporan kecelakaan laut bisa langsung ditanggulangi untuk meminimalisasikan korban," kata Okih. (osc)

More Articles ...