logo2

ugm-logo

Terjadi 371 Bencana Alam di Kabupaten Bogor di Awal tahun ini

Petugas BPBD Kabupaten Bogor berusaha membersihkan material longsor yang menutupi jalur utama Puncak Bogor, Jawa Barat, 5 Februari 2018. Jalur Puncak, Bogor ditutup sementara akibat cuaca ekstrim yang mengakibatkan bencana longsor di empat titik di ruas jalan di Jalan Raya Puncak yaitu di seputaran Masjid Atta'awun, Riung Gunung, Grandhill, dan Widuri. ANTARA

TEMPO.CO, Bogor - Hingga April 2018, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor mencatat 371 bencana alam terjadi di 40 kecamatannya. "Kejadian tersebut murni disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim yang ada pada daerah setempat," kata Kepala Seksi Logistik BPBD Kabupaten Bogor Asep Usman, Rabu 18 April 2018.

Menurut dia, bencana alam tersebut memang kerap terjadi setiap tahun, tetapi pada saat ini terbilang cukup sering dan bervariasi penyebabnya. Beberapa pekan lalu, terjadi bencana banjir setinggi 10 meter dari dasar sungai di Kecamatan Jasinga.

Banjir tersebut terjadi cuma karena hujan selama dua jam, tetapi dapat merendam rumah, tiang listrik, hingga memutus jalan penghubung. Namun pada hari berikutnya aliran sungai sudah turun bahkan banyak anak-anak terlihat bermain air.

Pada Sabtu sore 7 April 2018, banjir bandang terjadi karena meluapnya kali Cipamingkis di Kampung Catang Malang Rawa Eyod Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur. Banjir bandang itu menghanyutkan delapan rumah warga delapan motor dan empat mobil.

Bencana alam ini diduga dipengaruhi banyaknya pembukaan lahan untuk pembangunan kawasan pariwisata modern, perumahan, dan industri, penambangan liar. Namun pembangunan tersebut tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan perundangan yang berlaku. 

Menurut Asep Usman, Institute Pertanian Bogor (IPB) juga melakukan analisa dan menemukan 55 retakan tanah pada 40 kecamatan di Kabupaten Bogor yang dapat menimbulkan terjadinya longsor. Retakan tersebut memiliki diameter atau dimensi berbeda, sering yang umum ditemukan pada daerah pegunungan. Data ini dapat digunakan pemerintah daerah melakukan antisipasi dini.

ANTARA

Sosialisasi Daerah Rawan Bencana Perlu Ditingkatkan

http://rmol.co/images/berita/normal/2018/04/90054_12394118042018_Sosialisasi_Daerah_Rawan_Bencana_Perlu_Ditingkatkan.jpg
RMOL. Komisi VIII DPR mendesak Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan menindaklanjuti pandangan anggota dewan terkait sosialiasi daerah rawan bencana.

Selain itu, BNPB diminta mengoptimalisasikan pemanfaatan dan pemeliharaan peralatan Early Warning System dalam rangka mengurangi resiko bencana.

Itulah salah satu kesimpulan Raker Komisi VIII DPR RI yang dipimpin Ketua Komisi Ali Taher Parasong dengan Kepala BNPB Willem Rampangilei di gedung Nusantara II Senayan, Jakarta, Senin (16/4) lalu.

Dalam rapat ini, anggota Komisi VIII Itet Tridjajati Sumarijanto menyinggung kasus longsor di Brebes, Jawa Tengah. Melihat bencana itu, betapa pentingnya sosialisasi daerah rawan bencana.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah menginformasikan akan terjadi intensitas curah hujan yang sangat tinggi, sementara daerah tersebut rawan bencana longsor.

"Apa yang dilakukan BNPB terutama sosialisasi kepada aparat terkait dan masyarakat? Sungguh sangat memprihatinkan daerah yang selama ini dianggap aman, namun terjadi bencana longsor hingga mengakibatkan korban meninggal sampai 14 orang," jelas Itet.

Dalam kaitan ini pula, Komisi VIII meminta BNPB untuk meningkatkan pelatihan penanggulangan bencana, terutama di daerah-daerah rawan bencana. Selain itu, meningkatkan mitigasi bencana dan simulasi teknis penyelamatan saat terjadi bencana kepada masyarakat.

Ali Taher yang membacakan kesimpulan juga mendesak BNPB untuk menyusun langkah-langkah strategis menghadapi berbagai ancaman bencana tahun 2018 yang berpotensi akan terjadi, yang belum diprediksi dan yang rutin terjadi.

"Karena itu, alokasi anggaran bencana perlu ditingkatkan. Khususnya untuk program yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat yang terkait dengan penanggulangan bencana," imbuh Ali Taher. [wid/***]

More Articles ...