logo2

ugm-logo

Potensi Bencana Meningkat, BPBD Malang Siapkan Posko

Ilustrasi (Okezone)

MALANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyiapkan posko darurat bencana sejak menjelang Lebaran hingga September. Posko tersebut disediakan karena wilayah itu diprediksi sudah memasuki fase rawan bencana alam.

Kepala BPBD Kabupaten Malang, Hafie Lutfi, mengatakan Kabupaten Malang memasuki fase rawan bencana akibat gelombang La Nina yang dimulai Juni lalu dan diperkirakan hingga September mendatang.

"Berdasarkan pantauan kami, ada potensi peningkatan bencana sehingga memberlakukan kebijakan darurat bencana banjir, longsor, dan pohon tumbang," ucapnya, Kamis (7/7/2016).

Hafie mengungkapkan, keberadaan posko bencana tersebut sangat penting. Bahkan, posko tersebut sudah beroperasi sejak Juni dan kemungkinan hingga September.

Posko bencana juga dilengkapi berbagai kebutuhan mendasar ketika terjadi bencana, termasuk mobil tangki air bersih yang bisa didistribusikan kepada masyarakat.

Selain petugas dari BPBD Kabupaten Malang, Hafie menjelaskan, pihaknya juga melibatkan personel dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan PMI. "Koordinasi dengan berbagai pihak terkait juga terus kami instensifkan agar jangan sampai putus komunikasi," ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Posko Bencana, Dixie mengatakan setiap hari hingga September mendatang ada lima hingga 10 orang yang berjaga di posko. "Tim posko juga dibekali berbagai peralatan untuk penanggulangan pertama jika terjadi bencana, seperti perahu karet dan ekskavator," katanya.

Sementara itu, BMKG mengimbau warga yang ingin memanfaatkan libur Lebaran dengan rekreasi ke pantai selatan sebaiknya lebih waspada dan berhati-hati. Itu karena secara umum gelombang laut mencapai 1,2 hingga 2,5 meter. Bahkan, ada potensi gelombang tinggi hingga mencapai 3,5 meter sampai empat meter.

Gelombang tinggi tersebut diperkirakan baru berangsur-angsur turun pada Jumat 8 Juli 2016. Sementara kecepatan angin antara 30 hingga 50 kilometer per jam.

Potensi bencana alam, baik banjir, tanah longsor dan puting beliung terjadi di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon (Malang barat), Kecamatan Tumpang, Poncokusumo, Pakis (Malang timur), serta Kecamatan Tirtoyudo, Donomulyo, Ampelgading, Sumbermanjing Wetan di wilayah Malang selatan.

Sejumlah pantai yang berpotensi gelombang tinggi di kawasan Pantai Selatan, di antaranya Pantai Bajulmati, Goa China, Balekambang, Sendangbiru, Tamban, Lenggoksono, Ngliyep, dan Pantai Bengkung.

(erh)

Hasil ekspedisi MIRAGE untuk konsep mitigasi bencana

Hasil ekspedisi MIRAGE untuk konsep mitigasi bencana

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain menyebut hasil ekspedisi "Marine Investigation of the Rupture Anatomy of the 2012 Great Earthquake" (MIRAGE) dapat menjadi dasar menyusun konsep mitigasi bencana.

"Ada dua misi besar dari ekspedisi tersebut, pertama misi ilmiah untuk iptek dan pemikiran konsep mitigasi bencana agar benar-benar bisa mengurangi risiko," kata Kepala LIPI dalam peluncuran Ekspedisi Mirage di Jakarta, Rabu.

Misi kedua dari ekspedisi yang dilakukan bersama Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP) Prancis dan Earth Observatory of Singapore (EOS) Singapura untuk meneliti sumber gempa sesar mendatar di Cekungan Wharton, Samudera Hindia, yang terjadi pada 2012 tersebut adalah sebagai wahana peningkatan kapasitas.

"Dari pengetahuan baru yang akan kita peroleh dari ekspedisi ini, diharapkan meningkatkan strategi mitigasi bencana kita. Selain itu, hasil penelitian akan memperbaharui kembali peta gempa nasional dengan memperhitungkan sumber gempa bumi yang belum diperkirakan sebelumnya," ujar dia.

Ekspedisi penelitian bersama kali ini akan dilakukan selama sebulan, dari 1 hingga 30 Juli 2016. Kapal Riset R/V Marion Dufresne akan bertolak dari Kolombo menuju Cekungan Wharton, Samudera Hindia, guna memetakan secara detil struktur, anatomi, dan mekanisme patahan penyebab gempa pada 11 April 2012 di lepas pantai sebelah Barat Sumatera.

Peserta ekspedisi melibatkan sembilan orang peneliti dari LIPI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Universitas Hasanuddin, dan Universitas Padjadjaran dengan didukung oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya serta Ikatan Ahli Bencana Indonesia (IABI).

Sedangkan, peneliti asing yang terlibat sejumlah 21 orang dari Singapura, Prancis, Myanmar, Korea Selatan, dan India.

Selama ekspedisi, diselenggarakan pula pelatihan atau floating summer school yang dikenal sebagai "the 1st ASEAN, IOC WESTPAC Indian Ocean Floating Summer School on Marine Geoscience and Geohazard". Pelatihan ini ditujukan bagi para peneliti muda dan mahasiswa dari perwakilan negara ASEAN dan IOC Westpac (Komisi Oseanografi Internasional Pasific Barat) dalam bidang riset geosains kelautan untuk mitigasi bencana.

"Harapannya ada lanjutkan kolaborasi intens antar negara setelah ekspedisi ini, ujar dia.

Editor: Ruslan Burhani

sumber: antara

More Articles ...