logo2

ugm-logo

Seribu Lebih Korban Banjir Solok Selatan Terserang Penyakit

Seribu Lebih Korban Banjir Solok Selatan Terserang Penyakit

Padang - Warga mulai terserang penyakit sepekan setelah banjir dan longsor melanda sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Mereka diantaranya menderita penyakit kulit, diare, dan inspeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Kepala Dinas Kabupaten Solok Selatan, Novirman, mengatakan ada sekitar 1.362 warga yang sudah terserang berbagai penyakit itu sejak tiga hari setelah banjir dan longsor melanda. Kebanyakan menderita penyakit kulit.

"Hingga hari ini, ada sekitar 421 warga terkena penyakit kulit, 200-an menderita ISPA dan demam, selebihnya, diare, luka-luka, darah tinggi, asma dan penyakit lainnnya," ujarnya, Ahad 14 Februari 2016.

Menurutnya, warga rentan terkena penyakit karena rumahnya digenangi lumpur pascabanjir. Mereka juga kekurangan air bersih.

Saat ini, kata dia, cuaca mulai panas, debu-debu pun bertebaran. Apalagi, alat berat mengangkat tanah dan kayu bekas banjir dan longsor di jalan. "Kami sudah bagikan 2.000-an masker ke masyarakat," ujar Novirman lagi.

Dia juga mengatakan kalau Dinas Kesehatan setempat sudah membuka posko-
posko kesehatan di tiga kecamatan, yaitu Sungai Pagu, Pauh Duo, dan Sangir. "Kami juga mendapatkan bantuan obat-obatan dari provinsi," ujarnya.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Sumatera Barat, Irene, mengatakan, korban banjir yang mengalami ISPA dan penyakit kulit terus bertambah. "Diare belum ada peningkatan," kata dia.

ANDRI EL FARUQI

sumber: TEMPO.CO

Banjir Bandang Ancam Lereng Merapi-Merbabu

Banjir Bandang Ancam  Lereng Merapi-Merbabu

, KLATEN-– Pemerintah daerah diminta mengidentifikasi sungai-sungai di wilayahnya yang berpotensi menghadirkan bencana banjir bandang. Pemerintah dan juga masyarakat harus mengenalinya karena banjir bandang bersifat merusak (destruktif) dan berlangsung cukup cepat.

 “Sungai-sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi dan Merbabu serta di wilayah Dieng termasuk berkarakter banjir bandang,” ujar anggota Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) Kelompok Kerja Banjir dan Kekeringan, Agus Maryono.

 Agus memberikan peringatannya itu dalam forum diskusi tentang banjir bandang di Klaten, Sabtu pekan lalu. Dalam forum itu, Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT, Tri Handoko Seto, mengungkap potensi bencana, seperti banjir bandang, tanah longsor, dan angin ribut, menjelang puncak musim hujan pada Maret mendatang.

 “Menguatnya angin di wilayah barat sejak Kamis lalu berdampak pada masifnya pertumbuhan awan di Indonesia bagian selatan, seperti Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” ujar Tri.

 Terkait dengan kondisi itu, Agus menganggap perlu masyarakat mendapat banyak informasi khusus ihwal banjir bandang. Sungai berkarakter banjir bandang, ujar Agus, biasa berada di tekukan lereng tebing kritis dengan komposisi batuan lemah serta banyak timbunan material sisa tanah longsor dan pohon-pohon mati.

 Menurut dia, banjir bandang berpotensi memakan korban karena masyarakat sering tidak menyadari jika di daerah hulu sedang terjadi hujan deras dalam durasi lama. Selain memetakan sungai rawan banjir bandang, Agus menambahkan, pemerintah harus membuat sistem peringatan dini (early warning system).


Penjabat Bupati Klaten, Jaka Sawaldi, menyatakan pemerintahan setempat telah berupaya meminimalkan dampak banjir. Mereka meluncurkan Gerakan Kali Bersih yang melibatkan ribuan anggota masyarakat, relawan, TNI, Polri, BPBD, dan sejumlah satuan kerja perangkat daerah.

 Gerakan gotong-royong membersihkan sungai dari sampah yang dimulai sejak Sabtu lalu itu disebutkannya sudah menyasar sepanjang daerah aliran Kali Lunyu, Grogok, Jaliden, Kacang Ijo, dan Jalidin. “Dua pekan lalu banjir merendam belasan desa di Klaten. Penyebabnya adalah jebolnya sejumlah tanggul dan meluapnya sungai-sungai yang tersumbat sampah,” kata Jaka.

sumber: TEMPO.CO

More Articles ...