logo2

ugm-logo

Optimalisasi Tim Respons Untuk Antisipasi Korban Bencana

SOREANG, (PR).- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung terus berupaya mengoptimalisasikan time response atau waktu tanggap evakuasi korban saat terjadi bencana. Diharapkan, semakin cepatnya time response untuk mengevakuasi korban ini mampu mengurangi jumlah korban jiwa akibat dampak bencana alam.

Demikian diungkapkan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Tata Irawan di sela-sela pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang digelar di Kompleks Pemerintahan Kabupaten Bandung, Rabu, 26 April 2017.

“Time response ini yang akan terus kita bina. Jadi saat kita menerima kebencanaan maka BPBD bisa merespons dengan cepat, tidak lelet apalagi terlambat. Sehingga pertolongan kebencanaan kepada korban bencana dapat dilakukan dengan baik. Tentu saja ini harus dilakukan dengan latihan dan kesungguhan dari setiap personel BPBD terutama tim reaksi cepat BPBD,” ungkap Tata.

Dari pantauan, dalam simulasi yang digelar itu sebanyak 8 adegan diperagakan. Di antaranya mulai dari penerimaan informasi kebencanaan, evakuasi korban bencana, mendirikan posko bencana, hingga membawa korban bencana ke rumah sakit.

Semua adegan yang diperagakan terutama upaya evakuasi korban dilakukan personel BPBD Kabupaten Bandung sesuai berdasarkan standar operasional prosedur evakuasi korban bencana.

Kesiapsiagaan kebencanaan ini, ditegaskan Tata, sangat dibutuhkan karena wilayah Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah dengan potensi bencana alam tertinggi. Berdasarkan hasil pemetaan BPBD Kabupaten Bandung, bencana alam berupa banjir, angin kencang, kekeringan, gempa bumi, epidemi dan wabah penyakit, serta kebakaran lahan merupakan bencana yang kerap mendera wilayah Kabupaten Bandung.

Dari sisi alat pendukung kesiapsiagaan bencana, lanjut Tata, saat ini pihaknya telah menempatkan alat early warning system (EWS) di beberapa titik rawan bencana. Untuk EWS banjir, BPBD Kabupaten Bandung menempatkan di antaranya di Kecamatan Majalaya, Dayeuhkolot, dan Baleendah. Selain memasang EWS, lanjut Tata, pihaknya pun memasang APCL dan APCH untuk memantau intensitas hujan.

“Sedangkan EWS untuk mendeeksi pergerakan tanah, kita simpan di Ciwidey dan Pasir Jambu. Untuk di Kecamatan Pangalengan dan Kertasari, EWS yang dipasang itu untuk gempa. Secara teknis alat EWS ini terhubung langsung ke Pusdalops BPBD Kabupaten Bandung. Jika ada indikasi akan terjadinya bencana, EWS ini akan memberikan laporan realtime kepada kita,” ucap dia.***

 

BNPB Gelar Simulasi Penanggulangan Bencana

BNPB Gelar Simulasi Penanggulangan Bencana

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan simulasi bencana gempa bumi dan kebakaran di kantor BNPB, Jakarta Timur. Kepala BNPB Willem Rampangilei mengajak seluruh pegawai BNPB beserta tamu undangan ikut serta dalam simulasi tersebut.

Pantauan detikcom, di kantor BNPB, Jalan Pramuka Raya, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (26/4/2017), sekitar pukul 10.00 WIB, simulasi ini dimulai. Simulasi ini diskenariokan dengan bunyi sirine terjadinya gempa bumi. Lalu setelah itu ada kebakaran di lantai 5 gedung.

Seluruh pegawai serta tamu undangan berhamburan keluar melalui tangga darurat. Mereka keluar dengan menutup bagian kepala untuk dilindungi. Dalam simulasi ini pemadam kebakaran sigap datang ke tempat kejadian. Terdapat 4 korban luka yang diselamatkan oleh pemadam kebakaran. Keempatnya diterjunkan dari lantai 5 dengan menggunakan tali penyelamatan.

Willem mengatakan simulasi ini perlu diadakan untuk pelatihan dasar setiap individu. Namun ia melihat kecekatan yang dilakukan pegawainya belum mencapai taraf maksimal.

"Saya lihat kita belum merespon dengan tepat, begitu ada info kita berlindung di bawah meja atau melindungi kepala membawa bangku, ini saya lihat belum terlatih dengan baik," ucapnya saat sambutan.

"Tapi sistem sudah saya lihat dengan baik. Saya lihat juga blangwir menyemprot sampai lantai atas, catatan ini jangan hanya dijadikan kegiatan seremonial, saya berharap adanya ini kita dapat meningkatkan kemampuan masing-masing, saat individu mengalami keadaan darurat ini bisa kita gunakan," imbuhnya.

Simulasi ini diikuti pula oleh perwakilan dari Japan International Coorperation Agency (JICA), Ishigaki Shingeki dan perwakilan dari Pasific Disaster Center, Chris Chiesa, serta perwakilan dari BMKG Jaya Murjaya.

Ishigaki mengatakan Jepang juga memperingati hari kesiapsiagaan bencana setiap tanggal 1 September. Menurutnya Jepang adalah negara yang paling sering mengalami gempa bumi, jadi masyarakatnya selalu diberi pembekalan dalam kesiapsiagaan bencana.

"Kita juga melakukan simulasi, dan memperingati hari kesiapsiagaan bencana pada 1 September, latihan kita biasanya diadakan secara berkala setiap tahun, kegiatan pelatihan kita adakan di 9 provinsi dan melibatkan seluruh stakeholder terutama di Tokyo.Melibatkan kendaran laut dan helikopter, saluran air yg ada diana. Pemerintah setempat ikut berperan dalam tiap pelatihan. Simulasi hari ini, semoga pelatihannya bisa lebih besar," kata Ishigaki saat sambutan.

BNPB Gelar Simulasi Penanggulangan Bencana
Foto: Simulasi penyelamatan korban bencana (Cici-detikcom)

Sedangkan Chris mengatakan pelatihan seperti ini sangat penting dilakukan karena kita tidak akan tahu kapan bencana akan terjadi. "Kita harus selalu siap melakukan pelatihan seperti ini, bahkan saat kita sedang ke kantor, ke sekolah, pergi kemanapun, kita harus membawa 'go bag', atau biasa disebut tas siaga," ucapnya.

Simulasi ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit. Simulasi yang dilakukan selesai sekitar pukul 10.30 WIB.

More Articles ...