logo2

ugm-logo

BPBD Bantul Siapkan Metode Mitigasi untuk Kurangi Risiko Bencana

BANTUL - Menghadapi kerawanan potensi bencana tsunami di wilayah pesisir selatan Bantul, beragam metode mitigasi untuk mengurangi risiko bencana disiapkan.

Beberapa di antaranya yaitu Early Warning System (EWS) dan Desa Tangguh Bencana (DTB), yang telah lama disiapkan, mengingat bencana yang bisa datang sewaktu-waktu.

Kepala Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto, mengungkapkan sejumlah peralatan EWS telah terpasang pada sembilan titik di Bantul sepanjang pesisir selatan.

EWS tersebut juga terkoneksi dengan sekitar 25 masjid sehingga penyampaian informasi kepada masyarakat juga bisa lebih cepat.

"Kita terus memelihara dan menambah alat-alat peringatan dini terutama gempa dan tsunami, secara rutin alat itu setiap bulan kita uji coba, ini salah satu wujud kesiapsiagaan kita menghadapi bencana tsunami," tuturnya pada Kamis (17/9/2015).

Pusat informasi menurutnya telah terpusat dan terorganisisr dengan baik pada berada pada Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul. Sehingga begitu ada potensi besar bencana, masyarakat bisa cepat mendapatkan informasi.

"Begitu ada gempa berpotensi tsunami, Pusdalops akan langsung sampaikan ke masyarakat lewat EWS," terangnya. (*)

sumber: TRIBUNJOGJA.COM

Atasi Kabut Asap, Indonesia Tolak Tawaran Singapura

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyatakan, pemerintah hingga saat ini masih belum membutuhkan bantuan dari luar negeri. Tawaran yang disampaikan Singapura pun tidak akan diterima Indonesia, sebab masalah ini dianggap masih bisa diatasi sendiri oleh peralatan yang dimiliki Indonesia.

"Enggak (diterima). Dia cuma mau bantu satu pesawat aja, gimana," ujar Siti usai rapat terbatas soal penanganan asap di Istana Kepresidenan, Rabu (16/9/2015).

Dia menjelaskan, saat ini Pemerintah Indonesia mengerahkan 25 unit pesawat untuk melakukan water bombing di Sumatera dan Kalimantan. Pesawat itu merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tentara Nasional Indonesia, dan juga Badan SAR Nasional (Basarnas). Seluruh pesawat itu, sebut Siti, memiliki kapasitas 4.500 liter air. Spesifikasi pesawat itu tidak jauh berbeda dengan pesawat yang ditawarkan oleh pemerintah Singapura.

Siti pun mengaku sudah berhubungan dengan Menteri Lingkungan Hidup Singapura untuk menjelaskan langkah yang sedang dilakukan Indonesia. Dengan fasilitas yang dimiliki Indonesia, Siti optimis bahwa penanganan asap tuntas dalam waktu singkat.

Kepala BNPB Willem Rampangilei menyampaikan, persoalan asap di Riau ditargetkan selesai 14 hari, Sumatera Selatan 30 hari, Jambi 30 hari, dan Kalimantan 30 hari.

"Arahan dari Presiden agar penegakan hukum dilaksanakan secara tegas dan menimbulkan efek jera sehingga masa depan tidak terjadi lagi. Presiden pun meminta agar padamkan api dan hilangkan asap segera," ujar Siti.

Kebakaran hutan kini melanda di sejumlah wilayah di Indonesia mulai dari Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Kebakaran terjadi karena adanya aksi pembakaran besar-besaran yang dilakukan untuk membuka lahan perkebunan baru.

Akibat kebakaran ini, asap tebal pun sampai ke pusat kota. Asap akhirnya membuat penerbangan terganggu dan juga kondisi kesehatan warga yang mulai terserang penyakit inspeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

More Articles ...