logo2

ugm-logo

BPBD Pagaralam Tetapkan Dempo Selatan Kecamatan Paling Rawan Bencana

BPBD Pagaralam Tetapkan Dempo Selatan Kecamatan Paling Rawan Bencana

PAGARALAM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagaralam memetakan Kecamatan Dempo Selatan masuk dalam daerah atau zona kawasan potensi rawan bencana, mulai dari longsor, puting beliung, banjir bandang hingga kebakaran lahan maupun hutan, dibanding kecamatan lainnnya di wilayah Kota Pagaralam.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagaralam, Herawadi mengatakan, berdasarkan data yang ada, kawasan Kecamatan Dempo Selatan merupakan daerah yang paling sering dilanda bencana alam, baik saat musim kemarau berkepanjangan maupun memasuki musim penghujan disertai angin kencang saat ini.

Banyakya insiden tersebut disebabkan daerah tersebut kondisi geografisnya memiliki banyak lereng terjal yang labil atau kontur tanahnya miring, dikelilingi perbukitan serta terdapat daerah aliran sungai besar.

"Kita imbau kepada semua warga baik itu yang tinggal ditepi sungai maupun di sekitar kawasan persawahan untuk lebih waspada. Pasalnya saat ini curah hujan sangat tinggi disertai musim angin kencang, yang bisa memicu longsor dan puting beliung," ujarnya, kepada Sripoku.com.

Menurutnya potensi bencana seperti banjir bandang, tanah longsor pun bencana puting beliung hingga letusan gunung, kebakaran dan lainnya perlu diinventarisir dan dipetakan.

Sehingga, apabila sewaktu-waktu bencana menimpa, paling tidak bisa menangani korban secara cepat dan tepat dalam upaya meminimalisir dampak yang mungin ditimbulkan, baik harta maupun nyawa.(*)

sumber: tribunnews

Penyandang Disabilitas Dilatih Tanggap Bencana

 

Harianjogja.com, JOGJA- Lembaga sosial dari Jerman Arbeiter-Samariter-Bund memberikan pelatihan 32 perwakilan organisasi difabel dari delapan provinsi di Indonesia mengenai pengurangan resiko bencana di Jogja, Rabu (24/2/2016).

Project Officer Arbeiter-Samariter-Bund Ary Ananta mengatakan pelatihan itu dilakukan untuk merespons tingginya risiko yang dihadapi penyandang disabilitas menghadapi situasi bencana.

“Tingkat resiko penyandang disabilitas empat kali lebih besar dibandingkan kelompok rentan lainnya ketika menghadapi bencana,” kata dia, seperti dikutip dari Antara.

Menurut Ary, perwakilan organisasi difabel yang dilibatkan dalam pelatihan yang berlangsung hingga 26 Februari 2016 itu berasal dari Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin), Sahabat Mata, Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI). Mereka berasal dari Padang, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

“Mereka semua penyandang disabilitas yang nantinya juga akan memberikan pelatihan bagi penyandang disabilitas lain di organisasi masing-masing,” kata dia.

Ia mengatakan, beberapa materi yang diberikan di antaranya meliputi pengetahuan mengenai gempa bumi, penyelamatan diri menghadapi gempa bumi, gunung berapi, longsor, hingga simulasi evakuasi.

“Sesuai penelitian yang kami lakukan 78 persen penyandang disabilitas belum pernah dilibatkan dalam pelatihan pengurangan risiko bencana,” kata dia.

Sementara itu, ketua Gerkatin Jawa Timur, Yuyun mengatakan sebagai penyandang tuna rungi dirinya merasa sangat terbantu dengan pelatihan itu. Hingga saat ini, menurut dia, belum pernah ada pelatihan pengurangan risiko bencana yang digelar bagi penyandang tuna rungu di Jawa Timur.

“Dengan pelatihan ini saya bisa tahu apa yang harus saya lakukan ketika menghadapi bencana gempa, atau banjir,” kata dia melalui seorang penerjemah.

sumber: harianjogja

More Articles ...