logo2

ugm-logo

Dinsos Karawang Persiapkan Kebutuhan Antisipasi Bencana

KARAWANG - Dinas Sosial Kabupaten Karawang mengaku telah mempersiapkan segala hal untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di daerah lumbung padi tersebut. Di antaranya mempersiapkan logistik para korban bencana.

"Segala sesuatunya sudah kami siapkan, termasuk logistik seperti beras dan mie instan," kata Kepala Dinas Sosial Karawang, Rokhuyun, di kantornya, Senin (19/1/2015).

Dikatakan, saat ini telah tersedia 200 ton beras milik Pemerintah Kabupaten Karawang yang siap disalurkan jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Selain logistik, pihak Dinsos juga telah membina dan melatih warga agar tanggap bencana.

"Di daerah bencana, kami sudah menyiaplan kampung siaga, ada 10 titik. Warganya sudah dilatih untuk tanggap bencana," tutur Rokhuyun.

Disebutkan juga, selain menyiapkan logistik, pihak Dinsos telah mempersiapkan perahu karet 15 unit untuk mengevakuasi korban bencana banjir. Sementara Taruna Tanggap Bencana (Tagana) bentukan Dinsos yang aktif ada 45 anggota.

sumber: (PRLM)

Masyarakat Jepang Terlatih Antisipasi Bencana Alam

TOKYO - Masyarakat Indonesia pasrah terhadap bencana alam. Lokasi bencana alam tsunami di Aceh telah dihuni kembali sama seperti sebelum musibah tsunami. Lain dengan warga Jepang yang mengantisipasi dengan menjauhkan daerah bencana tsunami walaupun kembali ke daerahnya semula.

"Saya baru saja ke Aceh dan di tempat yang sama kembali pula masyarakat yang sama tinggal di tempat yang sama. Mereka sangat pasrah," papar Ahmad Arif, wartawan Kompas yang diundang Foreign Press Center Japan terkait bencana alam agar dapat mempelajari penanganan bencana di Jepang.

Dari kunjungannya ke Aceh umumnya masyarakat sangat pasrah.

"Kalau meninggal sih di mana pun kita juga meninggal, tidak di laut tidak di gunung, di mana pun meninggal. Itu yang saya dengar dari mereka yang kembali ke Aceh," tambah Arif.

Di Jepang khususnya di Onagawa daerah bencana Tsunami, mereka meninggikan tanah hunian 7 meter ke atas dan itu pun hanya untuk daerah komersial. Sedangkan untuk hunian lebih ke atas lagi di daerah bukit.

"Sehingga kalau datang tsunami lagi dapat terantisipasi dengan lebih baik," katanya.

Selain itu kalau orang Indonesia mudah terlupa akan bencana tersebut. Tetapi kalau orang Jepang sulit melupakan bencana tersebut sampai sekarang, bahkan terus masih mempertanyakan mengapa terjadi peristiwa gempa.

"Sedangkan orang Indonesia menganggap sebagai takdir, selesai sehingga mudah terlupakan. Itu mungkin juga perbedaan dengan Jepang," lanjutnya.

Arif akan kembali ke Indonesia dari Osaka tanggal 18 Januari mendatang setelah mengunjungi bekas daerah bencana di Kobe saat bencana 29 Januari 1995 dengan guncangan 6,8 skala Richter.

Saat ini Arif mengakui sedang membuat buku mengenai pengalamannya terkait tsunami.

"Mudah-mudahan tiga buan mendatang bisa selesai buku itu," harapnya.

sumber: TRIBUNNEWS.COM

More Articles ...