logo2

ugm-logo

Percepat Respon Bencana Hingga Penyaluran Bansos

Kementerian Sosial (Kemensos) kini memiliki pusat kendali atau social affair command center. Berlokasi di Gedung Cawang Kencana, Jakarta Timur, command center ini diklaim bisa merespon secara cepat kejadian bencana hingga penyaluran bantuan sosial (bansos).

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menyampaikan, social affair command Kemensos ini berfungsi sebagai pusat kendali untuk memonitor masalah-masalah kesejahteraan sosial di masyarakat secara real time. Cara kerjanya, dengan menggabungkan laporan yang diterima Kemensos dari empat layanan pengaduan Kemensos. Mulai dari Jaga Bansos, SP4N-LAPOR, direktorat jenderal Kemensos, dan whistleblower. Sehingga, seluruh informasi dan pengaduan yang masuk bisa ditangani oleh seluruh SDM Kemensos tanpa ada penyekatan tugas satuan kerja.

”Jadi command center ini terus terang kita buat agar cepat dan terukur. Jadi dalam bidang apa saja terutama bencana, namun kemudian kami kembangkan jadi bansos,” ujarnya usai peresmian social affair command center, kemarin (4/4).

Diakuinya, ketika terbagi menjadi empat layanan laporan, ada kesulitan yang ditemui terkait manajemen kontrolnya. Beda dengan saat ini yang sudah disatukan melalui command center. ”Jadi bisa lari ke mana itu bisa dipantau dan akan ditindaklanjuti,” ungkapnya.

Selain itu, pusat kendali ini juga terhubung dengan BMKG. Ketika ada laporan bencana, maka command center akan langsung melanjutkan informasi tersebut ke pendamping-pendamping yang ada di daerah tersebut. Dengan begitu, respon untuk pengerahan bantuan bisa lebih cepat.

Dia mencontohkan, kejadian gempa di Papua. Saat itu, Risma mendapat kabar tersebut tepat pukul 00.00 WIB. Dirinya langsung menginstruksikan untuk dilakukan pemasangan tenda di rumah sakit. Benar saja, pukul 03.00 WIT, ada yang melahirkan. Ada dua bayi yang dilahirkan di dalam tenda. ”Jadi itu tepat, karena kemudian kita bisa mengarahkan. Itu kan ada kelompok pendamping Tagana dan TKSK, kalau 1 gak bangun, ya satunya bangun. Makanya bisa cepat,” jelasnya.

Disinggung soal anggaran pembangunan, Risma mengaku tak ada anggaran khusus. Server pun, menurut dia, menggunakan server data penerima bansos yang juga telah diperbaiki keamanannya. Bahkan, saat ini keamanan IT dan manajemennya sudah mendapat ISO. ”Terus terang ga ada anggaran khusus, ya peralatannya kita kumpulin, software kita bikin dan siapkan sendiri. Kemudian teman-teman (petugas, red) ditraining oleh BMKG,” ungkap Mantan Walikota Surabaya tersebut.

sumber: Batampos

Pakar Geologi ITS Jelaskan Tanda Awal Bencana Tanah Longsor

Amien Widodo pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjelaskan tanda-tanda awal bencana alam tanah longsor.

Menurut Amien, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (4/4/2023) tanda-tanda awal ini harus dikenali oleh masyarakat untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

“Tanda yang jelas ada retakan dan pada waktu musim hujan tambah besar, sering orang menyebut tanah gerak atau tanah ambles. Dan tanda lain kayak pintu rumah nggak bisa dibuka padahal dulunya bisa dibuka, tiang listrik miring, pohon miring,” ujarnya.

Tanda-tanda alam ini harus diperhatikan masyarakat yang tinggal di wilayah pegunungan, karena longsor sebagian besar terjadi di kawasan gunung berapi yang sedang tertidur.

“Longsor sebagian besar terajdi di wilayah pegunungan, dalam hal ini daerah gunung berapi atau gunung berapi yang sedang tidur seperti Wilis, Lawu, gunung daerah Bondowoso, Argowayang, Anjasmoro,” jelas Amien.

Pihaknya juga meminta agar masyarakat yang mengetahui tanda-tanda tersebut sekecil apapun supaya bisa lapor ke pemerintah setempat agar dapat dilakukan survei mendetail.

Dalam kesempatan tersebut Amien juga menyoroti ‘SOP tidak tertulis’ di wilayah rawan longsor yaitu apabila muncul retakan maka masyarakat akan mengungsi di malam hari kemudian paginya kembali lagi ke rumahnya.

“SOP itu sudah harus ditinggalkan kalau sudah retak. Karena longsor ternyata bisa terjadi di siang hari, itu yang terjadi di Banaran pagi hari sehingga korbannya menjadi banyak,” katanya.

Sementara terkait langkah mitigasi, Amien menyebut, dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah membuat peta dan memetakan daerah-daerah mana saja yang rawan longsor di Tanah Air. Peta ini bisa digunakan pemerintah setempat untuk melakukan pemetaan secara detail dan kajian mendalam terkait kerawanan bencana di daeragnya.

Selain itu langkah mitigasi juga telah dilakukan dengan membuat alat Early Warning System (EWS) longsor, yang didatangkan dari luar negeri serta bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dalam penelitiannya, ITS saat ini sedang mengembangkan untuk membuat alat EWS longsor yang bisa dibuat juga oleh masyarakat.

“Nanti ada dua rencananya (alat EWS longsor), pertama secara mekanik model tarikan. Kedua membuat alat yang sifatnya agak lebih canggih, semacam alat tiltmeter, kalau dia bergerak dia kan mengirim data ke alat tadi,” pungkasnya.(dfn/ipg)

More Articles ...