logo2

ugm-logo

Pameran Ilmiah Manajemen Bencana 2015

Pembaca website bencana kesehatan, selamat berjumpa kembali diminggu awal November ini. Pembaca, minggu ini kita akan menyimak mengenai kegiatan pameran ilmiah manajemen bencana dan hasil penelitian dampak kesehatan akibat asap di Indonesia.

0-pembukaan-pameran

Rutin: Pameran Ilmiah Manajemen Bencana Kesehatan untuk Mahasiswa FK UGM

Sejak 2010, FK UGM berkomitmen untuk memasukkan pembelajaran bencana dalam perkuliahan kedokteran umum. Berbagai metode pembelajaran digunakan untuk mempermudah mahasiswa memahami mengenai manajemen bencana sektor kesehatan (disaster health management) dan bencana kedokteran (disaster medicine), salah satu yang digunakan adalah pameran ilmiah. Hasil survey selama dua tahun menunjukkan bahwa mahasiswa menyenangi pembelajaran bencana dengan metode pameran karena:

  1. fungsi diskusi berjalan dengan baik oleh mahasiswa, mereka merasa mempunyai kesempatan yang lebih untuk berdiskusi langsung dengan para penggiat bencana yang menjadi peserta pameran

  2. mahasiswa mendapat gambaran mengenai penanganan bencana dengan melihat dokumentasi-dokumentasi yang ditunjukkan oleh stand-stand pameran

  3. mahasiswa merekomendasikan pameran selalu dilaksanakan setiap tahunnya.

Pembaca website bencana kesehatan, silakan simak reportase selengkapnya pada halaman berikut,

Bencana asap masih terjadi di Sumatera dan Kalimantan Indonesia. Dampak yang dirasakan tidak hanya mengganggu kesehatan tetapi juga kehidupan. Banyak penelitian yang sudah mendapatkan hubungan yang signifikan antara kejadian bencana asap dengan gangguan kesehatan. Berikut ini salah satu penelitian yang dilakukan tahun 2002 di Indonesia. Silakan simak pada .

Penanganan Bencana Perlu Satu Komando

KARANGANYAR – Desa Waru di Kecamatan Kebakkramat kebanjiran. Luapan air Bengawan Solo membuat ratusan warga harus mengungsi ke tempat aman, agar tidak menjadi korban.

Mereka pun diungsikan ke Tempat Pengungsian Sementara (TPS) di Balai Desa Waru. Tapi banjir semakin meninggi, hingga TPS tak lagi aman. Mereka akhirnya dievakuasi ke Tempat Pengungsian Akhir (TPA) di Lapangan Kebakkramat, yang berjarak sekitar 3 km dari Desa Waru.

Memakai truk pengangkut pasukan milik TNI, mereka dibawa ke TPA. Dibantu relawan gabungan dari berbagai elemen, evakuasi berjalan lancar tanpa kendala.

Untuk memastikan kondisi kesehatan pengungsi, petugas langsung mengecek. Yang sakit, segera dibawa ke rumah sakit lapangan untuk dirawat. Pengungsi juga mendapat pasokan logistik dengan gizi tercukupi, agar sehat selama tinggal di pengungsian.

Skenario itu dijalankan dalam latihan gabungan penanggulangan bencana, yang digelar di Lapangan Kebakkramat antara 3-8 November.

Dipimpin Komandan Kodim (Dandim) 0727/Karanganyar Letkol Inf Marthen Pasunda selaku SAR Mission Coordinator (SMC), latihan itu melibatkan berbagai unsur terkait. Mulai dari TNI, Polri, BPBD, tim SAR, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK), PMI, dan sebagainya.

Dandim menjelaskan, latihan gabungan itu untuk mengetahui kesiapan berbagai elemen, jika sewaktu-waktu terjadi bencana di Karanganyar. Sarana prasarana pendukung juga dilibatkan dalam latihan itu, untuk memastikan bahwa perlengkapan yang dimiliki siap digunakan.

“Simulasi penanganannya tidak hanya untuk banjir saja, tapi juga penanganan perkembangan situasi yang terjadi. Misal terjadi kebakaran di lokasi bencana, penanganan warga yang sakit, warga akan melahirkan, dan sebagainya,” jelasnya.

Latihan tersebut, lanjut Marthen, untuk mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dilakukan dalam penanganan bencana.

“Evaluasi sementara dari latihan ini, koordinasi kadang sulit dilakukan, karena tiap instansi dan elemen punya SOP sendiri. Dari latihan ini nanti bisa diketahui, bagaimana memadukan SOP masing-masing elemen itu, agar menjadi satu komando. Sehingga apa yang dilakukan bisa terkoordinasi dengan baik,” jelasnya.

Disinggung mengenai potensi bencana di Karanganyar, banjir dan longsor paling rawan terjadi saat musim hujan tiba. Titik banjir biasanya terjadi di wilayah yang berdekatan sungai, sementara longsor berpotensi terjadi di wilayah pegunungan.

“Kalau banjir, biasanya karena luapan sungai. Sedangkan longsor, berpotensi terjadi karena selama kemarau tanahnya retak-retak. Ketika hujan, retakan itu kemasukan air dan bisa menjadi tanah gerak yang menyebabkan longsor,” imbuhnya.

sumber: suaramerdeka.com