logo2

ugm-logo

Blog

Pemantapan Konsep Hospital Disaster Plan

hdp-konsep-edit

Dalam pertemuan Pokja Bencana Oktober 2015 ini dibahas tentang pemantapan konsep hospital disaster plan (HDP) yang disampaikan oleh dr. Hendro Wartatmo, SpB, KBD. Dalam diskusi ini, Hendro menyampaikan pentingnya pemantapan konsep hospital disaster plan karena masih ada kerancuan tentang konsep hospital disaster plan itu sendiri. Ada yang beranggapan bahwa HDP adalah Hospital Incident Command System (HICS), dan ada juga yang beranggapan bahwa HDP adalah Hospital Preparedness of Emergency and Disaster (HOPE). Apakah HDP sama dengan HOPE dan HICS?. dr Hendro menegaskan bahwa HDP adalah serangkaian prosedur (SOP) yang disiapkan sebelum terjadi bencana, untuk dilakukan apabila bencana terjadi, HOPE adalah ilmu untuk menyusun SOP, sedangkan HICS adalah sistem komando yang merupakan bagian dari HDP.
 
Agar respon bencana dapat maksimal, apa yang harus dilakukan? Jawabannya adalah menyusun SOP all hazard dan SOP specific Hazard. SOP mencakup: ragam kegiatan, siapa yang melaksanakan, logistik serta sistem komando. Dalam pelaksanaan HDP selama ini ada kerancuan tentang siapa yang seharusnya menyusun SOP Penanggulangan Bencana. Dalam pelaksanaannya selama ini, SOP dibuat oleh tim penanggulangan bencana, padahal SOP ini seharusnya disusun oleh emergency program manager dan timnya.

Kerancuan berikutnya adalah apakah perlu dibuat organisasi baru? dr. Hendro menekankan bahwa di dalam HDP tidak ada organisasi baru yang dibentuk. Dalam kondisi tanggap darurat  yang dijalankan adalah Incident Command System (ICS). Perbedaan mendasar yang bisa disimak antara sebuah organisasi dan ICS antara lain:

Organisasi

ICS

Hospital by Law

Ad Hoc

Day to day

Saat Terjadi Bencana

Birokratis

Sistem Komando

Ada SK

Tidak Ada SK

Semua Pegawai

Pegawai dan Relawan

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, apakah organisasi rumah sakit dapat dipakai pada saat bencana? Jawabannya adalah tidak dapat, mengapa? Faktanya, karena berhubungan dengan kapasitas. Apakah organisasi RS dapat menangani korban bencana yang melebihi kapasitas rumah sakit? Apakah organisasi RS dapat bekerja 24 jam?.

Di akhir pemaparannya dr Hendro menyampaikan bagaimana langkah menyusun HDP yang meliputi: menentukan emergency program manager dan tim, melakukan analisis risiko bencana, memetakan SDM dan menyusun SOP (Oktomi Wijaya).

Workshop Finalisasi Draft Pergub Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Bencana

 

Pada 21 September lalu telah diselenggarakan workshop finalisasi  draft Pergub tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Bencana di DIY. Selama hampir tiga bulan draft Pergub beserta lampiran SOP-nya dirumuskan oleh tim ahli (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran UGM dan AKSARA Yogyarakat) dan instansi terkait (Dinas Kesehatan, BPPM DIY, Dinas Sosial, BPBD, BKKBN, IBI dan lainya) untuk penyempurnaan naskah draft dan SOP Pergub ini.

Latar belakang lahirnya draft Pergub ini adalah untuk menanggapi kekhawatiran kurang tertanganinya masalah-masalah kesehatan reproduksi pada situasi bencana karena masih banyak masyarakat yang menganggap hal ini merupakan masalah pribadi masing-masing. Selain itu, muncul kekhawatiran kasus-kasus kekerasan seksual yang semakin meningkat pada situasi bencana. Sebenarnya pada akhir tahun 2014 lalu, kesehatan reproduksi telah masuk sebagai salah satu sub dalam Klaster Kesehatan dalam penanggulangan bencana. Sebagaimana diketahui bahwa penanggulangan bencana di Indonesia sejak 2014  awal telah ditetapkan menggunakan basis atau pendekatan klaster. Sederhananya pendekatan klaster adalah penyatuan dan berkolaborasinya berbagai instansi dan organisasi yang memiliki fungsi yang sama, salah satunya ada Klaster Kesehatan.

Melalui draft Pergub ini, dapat dikatakan Yogyakarta merupakan daerah pertama yang menginisiasi model pendekatan klaster untuk penyelenggaraan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam situasi bencana di daerah. Semoga draft ini cepat menjadi Pergub sehingga dapat menjadi model monitoring dan evalusi pelaksanaan sub klaster di daerah bagi pusat dan derah lainnya di Indonesia.

Global Online Consultation for World Humanitarian Summit

Global Online Consultation for World Humanitarian Summit

global-online

Selamat berjumpa kembali Pembaca Website Bencana Kesehatan di minggu ketiga bulan September ini. Kali ini kami menginformasikan mengenai Global Online Consultation yang diselenggarakan oleh World Humanitarian. Dalam konsultasi online ini, mereka mengundang sebanyak-banyaknya pihak untuk turut memberikan konstribusinya baik dalam memberikan ide, pengalaman, maupun komentar tentang proposal besar yang telah mereka buat untuk world humanitarian.

Ada empat topik yang dikonsultasikan secara online (1) Dignity: How can we ensure humanitarian action empowers and reaches all people and delivers equality for women and girls? (2) Safety: What political and humanitarian action is needed to ensure that people are kept safe in crises? (3) Resilience: How can we build people’s resilience to recurrent and protracted crises? (4) Partnership: How can we build partenership to ensure reliable and relevant humanitarian response?

Untuk dapat bergabung pada salah satu topik di atas, Bapak Ibu terlebih dahulu harus melakukan log in pada website berikut  Perlu diingat bahwa batas konsultasi online ini hanya sampai 9 Oktober mendatang. Hasil konsultasi online ini akan dibawa pada Global Consultation Meeting di Geneva 14-16 Oktober 2015. Suarakan pendapat dan saran Bapak dan Ibu untuk implementasi kemanusiaan, inilah saatnya.

 

Modul International Training Consortium Disaster Risk Reduction (ITCDRR)

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Selasa, 22 September 2015 mengadakan uji coba modul pembelajaran ITCDRR bersama dengan para akademisi dan praktisi  di Yogyakarta. Kali ini Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, Pusat Kebijakan Manajamen Kesehatan, Fakultas Kedokteran UGM memberikan kesempatan dan fasilitas untuk penyelenggaran kegiatan ini.

Uji coba modul ini bertujuan untuk menyesuaikan materi-materi ITCDRR sebelumnya dengan kondisi dan kebutuhan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan saat ini. ITCDRR merupakan kegiatan pelatihan rutin kebencanaan bidang kesehatan yang diselenggarakan secara internasional oleh WHO dan PPKK. Tahun ini ITCDRR telah dilaksanakan di Medan pada pertengahan tahun lalu dan yang kedua akan dilaksanakan di Yogyakarta pada akhir bulan Oktober ini.

Systematic Literature Review: Dampak Psikologis dan Kesehatan Jiwa Gempa Bumi Jepang Timur 2011

Systematic Literature Review:

Dampak Psikologis dan Kesehatan Jiwa Gempa Bumi Jepang Timur 2011

Pada 11 Maret 2011, Jepang mengalami kombinasi bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu gempa bumi, tsunami dan bencana nuklir (Great East Japan Earthquake -GEJE/ Gempa Besar Jepang Timur). Penelitidalam jurnal ini berusaha untuk mengidentifikasi kesehatan mental dan psikososial akibat kombinasi bencana ini. Metode yang digunakan ialah systematic literature review. Empat puluh sembilan studi yang diambil memenuhi kriteria inklusi. Sebagian besar dari individu yang terkena bencana tersebut mengalami tekanan psikologis yang cukup besar. Hasil uji kesehatan mental meliputi gangguan pasca trauma, seperti stres, depresi, dan gejala kecemasan. Lalu muncul pula perubahan kesehatan fisik, seperti tidur dan gangguan makan. Di Fukushima, radioaktif yang bocor menyebabkan ketakutan besar dan ketidakpastian pada sejumlah besar orang. Hal ini menyebabkan kesulitan besar diantara warga yang terkena dampak, terutama di kalangan ibu-ibu dari anak-anak dan pekerja pabrik nuklir. Stigma menjadi tantangan tambahan untuk warga Fukushima. Review mengidentifikasi beberapa kelompok dengan kerentanan, seperti pekerja bencana, anak-anak, orang terlantar, pasien dengan gangguan kejiwaan, dan mereka yang berduka. Selengkapnya:

Modifikasi Cuaca untuk Penanganan Bencana Asap

 

http://cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/643410/big/kabut-asap-riau-140221c.jpg

Jurnal BNPB yang terbit tahun 2013 ternyata memuat artikel yang menarik, seputar penanggulangan bencana asap. Judul artikel tersebut, ‘Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Penanggulangan Bencana Asap Kebakaran Lahan dan Hutan’. Teknologi modifikasi  cuaca telah sering diterapkan untuk mitigasi bencana yang disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca. Salah satu contohnya bencana asap akibat kebakaran hutan yang hampir setiap tahun terjadi di Indonesia, ketika musim kemarau tiba khususnya di Kalimantan dan Sumatera. Upaya pemadaman kebakaran hutan dengan memanfaatkan TMC dianggap sebagai salah satu upaya yang paling efektif karena langsung bisa memadamkan api sebagai penyebab munculnya kabut asap. Selengkapnya silakan akses  di halaman 5 dari jurnal tersebut