logo2

ugm-logo

Blog

Potensi Cuaca Ekstrem, BNPB Imbau Masyarakat Siapkan Tas Siaga Bencana

Liputan6.com, Jakarta Demi menghadapi potensi cuaca ekstrem, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat menyiapkan tas siaga bencana. Tas tersebut berisi keperluan jika sewaktu-waktu terjadi bencana.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo menerangkan isi tas siaga bencana.

"Isi tas siaga bencana demi bersiap hadapi cuaca ekstrem dapat berupa makanan, minuman, pakaian, senter, peluit, radio, obat-obatan, dan lain sebagainya sesuai keperluan," ujar Agus melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Selasa (7/1/2020).

"Tas siaga bencana ini bisa dibawa secara cepat."

Adanya imbauan di atas tidak terlepas dari hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai kondisi dinamika atmosfer terkini.

Laporan BMKG per Minggu (5/1/2020) menunjukkan, potensi cuaca ekstrem dan hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia masih terjadi untuk sepekan ke depan.

Masyarakat Harap Waspada

Agus menekankan semua pihak diimbau untuk waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan.

"Masyarakat harap waspada dan siap-siap apabila terjadi bencana banjir, longsor dan puting beliung. Amankan dokumen-dokumen penting, dan siapkan tas siaga bencananya ya," tambahnya.

Selain itu, gotong royong warga untuk membersihkan saluran air di rumah dan lingkungan, buang sampah pada tempatnya, memangkas pohon yang terlalu rimbun, dan menanam pohon.

Upaya ini dapat mencegah banjir yang diakibatkan curah hujan tinggi.

Pertumbuhan Awan Hujan

Potensi cuaca ekstrem dari laporan BMKG dipengaruhi berkurangnya pola tekanan rendah di Belahan Bumi Utara (BBU) dan meningkatnya pola Tekanan Rendah di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS).

Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas Monsun Asia yang menyebabkan penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia.

Peningkatan pola tekanan rendah di BBS, di sekitar Australia bisa membentuk pola konvergensi atau pertemuan massa udara dan belokan angin. Kemudian menjadi memicu pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia, terutama di bagian selatan ekuator.

Sementara itu, berdasarkan model prediksi, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah diprediksikan mulai aktif di sekitar wilayah Indonesia selama periode sepekan ke depan. Menurut BMKG, kondisi tersebut meningkatkan potensi pembentukan awan hujan cukup signifikan di wilayah Indonesia.

"Dari kondisi itu, BMKG memprakirakan periode sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem dan curah hujan dengan intensitas lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah nusantara," Agus menerangkan.

Terdampak Banjir, Warga Pondok Gede Permai Butuh Bantuan dan Evakuasi

Hujan deras di Kawasan Jabodebek menyebabkan sejumlah wilayah terendam banjir, salah satunya Perumahan Pondok Gede Permai, Bekasi. Sejumlah warga terpaksa mengungsi ke atap rumah menghindari banjir.

Arif Rahmandani, salah satu warga mengaku sampai saat ini bantuan belum juga datang. Padahal di kompleks tempatnya tinggal banyak warga yang membutuhkan bantuan dan meminta dievakuasi.

"Semua baju, surat-surat dan barang-barang kami habis semua tidak ada yang tersisa. Hanya tinggal baju yang dipakai saja," kata Arif kepada kumparan, Rabu (1/1).

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai. Foto: Dok. Arif Rahmandani

 

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai. Foto: Dok. Arif Rahmandani

 

Arif berharap ada petugas atau tim yang segera datang ke kompleksnya dan segera melakukan evakuasi.

"Jika ada tim SAR atau perahu karet, kasian anak-anak sudah pada kedinginan semua. Mohon untuk bisa di evakuasi terlebih dahulu. (Kami) butuh pampers, makanan dan pakaian," jelas dia.

Berdasarkan foto-foto tersebut, banjir sudah mencapai atap rumah 1 lantai. Sejumlah warga tampak mengungsi ke rumah yang lebih tinggi.

 

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai. Foto: Dok. Arif Rahmandani

 

 

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai

Kondisi Banjir Perumahan Pondok Gede Permai. Foto: Dok. Arif Rahmandani

 

Jakarta Floods: Banjir Jakarta Disebut yang Terburuk dan Mematikan

Banjir Jakarta atau Jakarta floods menjadi topik hangat dan diberitakan sejumlah media internasional. Accu Weather menyebut banjir Jakarta yang menerjang saat Tahun Baru ini merupakan banjir terburuk dalam beberapa tahun. DW melaporkan banjir Jakarta mematikan karena menewaskan 21 orang hingga Kamis (2/12/2020) pagi.

Hujan deras sejak malam Tahun Baru, Selasa (31/12/2019) memicu banjir di Jakarta dan menyebabkan ribuan orang mengungsi ke tempat penampungan sementara karena diprakirakan hujan lebat akan terus terjadi. The Guardian melaporkan, banjir setidaknya menewaskan 21 orang dan ribuan lainnya mengungsi.

Kematian sebagian besar terjadi karena hipotermia, tenggelam, dan tanah longsor, sebagian juga terjadi karena tersengat listrik, demikian menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kamis pagi.

Hampir 30.000 warga Jakarta dievakuasi ke tempat penampungan sementara. Hujan diprakirakan akan terus terjadi hingga Kamis hari ini.

PLN telah mematikan listrik di ratusan kabupaten di Jakarta. Banjir juga menyebabkan penutupan sementara landasan pacu di Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta, dengan penerbangan dialihkan ke Bandara Soekarno Hatta.

DW menyebut, banjir yang terjadi pada Tahun Baru ini adalah banjir terburuk yang melanda ibu kota Indonesia sejak 2013.

Sebelumnya, lebih dari 50 orang tewas dalam salah satu banjir paling mematikan di Jakarta pada 2007. Kemudian lima tahun lalu, sebagian besar pusat kota juga terendam air.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan, penyebab utama banjir tersebut karena curah hujan yang mencapai 377 mm. Curah hujan tersebut cukup tinggi dan panjang dari biasanya.

Sebenarnya, kata Basuki, dampak dari curah hujan yang cukup tinggi itu bisa ditanggulangi asalkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melaksanakan programnya dengan cepat yaitu melakukan normalisasi sungai Ciliwung. Sebab, kata dia, saat ini Anies baru melakukan normalisasi sepanjang 16 kilometer (km) dari total 33 km, demikian seperti dilansir Antara.

Di sisi lain, Basuki bilang, daerah di sekitar sungai yang sudah dinormalisasi tidak terkena banjir sama sekali. Sementara wilayah yang banjir itu adalah wilayah yang belum dinormalisasi.

Penyebab lain dari banjir se-Jabodetabek ini, kata Basuki adalah tertundanya pembangunan dua bendungan kering, yakni bendungan Ciawi dan bendungan Sukamahi.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan persoalan banjir di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor dan berbagai daerah lainnya ini disebabkan oleh kerusakan ekosistem dan ekologi.

"Karena ada yang disebabkan oleh kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana, banyak hal," kata Jokowi seperti dilansir Antara.

Untuk itu, Jokowi bilang, perlu untuk membangun kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota guna menyelesaikan persoalan ini.

sumber: tirto.id

Peta Banjir Jakarta 2020

Peta Banjir Jakarta 2020

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan peta sebaran banjir yang rendam wilayah Jakarta, Rabu (1/1). Menurut data BNPB, banjir dengan ketinggian bervariasi dari 30 cm hingga 200 cm.

"Berdasarkan hasil pemantauan, terdapat 7 kecamatan di Jakarta Selatan dan 10 kecamatan di Kota Bekasi yang terendam banjir. Sebaran titik terdapat di sejumlah wilayah baik di DKI Jakarta, Tangerang Selatan dan Kota Bekasi," demikian tertulis pada situs BNPB, Rabu (1/1).

BNPB lantas memberikan peta sebaran banjir di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Data terakhir yang dikumpulkan pada peta ini per 1 Januari 2020 pukul 14.00 WIB.

Peta Banjir Jakarta 2020

Peta titik rendaman banjir Jakarta versi BNPB (Dok. BNPB)


Selain peta dari BNPB, pengguna juga bisa mengakses situs Peta Bencana. Situs ini mengumpulkan data banjir yang dilaporkan oleh warganet.

 

Peta Banjir Jakarta 2020
Peta banjir Jakarta 2020 versi situs Peta Bencana (Dok. petabencana.id)

Selain dari warganet, situs ini juga bekerjasama dengan BPBD Jakarta, BNPB, Qlue, Pasangmata.com, Zurich alert, Pacific Disaster Center, dan Humanitarian OpenStreetMap Team dengan dukungan dari USAID dan UrbanRiskLab.

Selain lewat Twitter, Platform ini memanfaatkan laporan yang diterima lewat aplikasi Telegram menggunakan tekas "/banjir" ke akun @BencanaBot.

Platform interaktif ini merupakan peta online yang menampilkan daerah terdampak banjir. Ikon air digunakan untuk menandai daerah yang terkena banjir. Sementara Ketinggian air ditandai dengan warna kuning, cokelat, dan merah.

Warna kuning untuk menandai kedalaman air antara 10-70 cm. Coketlat untuk ketinggian air 70-150 cm, dan merah untuk kedalaman di atas 150 cm.

Selain itu, anda juga bisa melilhat informasi ketinggian air di daerah tertentu lengkap dengan foto dengan mengklik simbol air.

Peta ini juga memberikan informasi ketinggian air di sejumlah pintu air. Ikon pintu air berwarna merah mendakan permukaan air dalam kondisi Siaga 1, warna jingga sebagai Siaga 2, warna kuning menandakan permukaan air dalam kondisi Siaga 3, dan warna hijau dalam kondisi Siaga 4. (eks)

Benarkah Banjir Jakarta Tahun 2020 Adalah yang Terparah?

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di lima wilayah kota Jakarta terendam banjir sejak Rabu (1/1/2020).

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, banjir Jakarta dan sekitarnya disebabkan curah hujan ekstrem.

Berdasarkan hasil pemantauan BMKG di Landasan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, curah hujan mencapai 377 milimeter.

 Kemudian, dari hasil pengukuran di Taman Mini, Jakarta Timur, curah hujan tercatat 335 milimeter.

Angka ini merupakan curah hujan tertinggi yang menerpa Jakarta, dengan rekor sebelumnya ada pada tahun 2007 dengan catatan 340 milimeter per hari.

Akibat banjir, tercatat 31.323 warga yang berasal dari 158 kelurahan, mengungsi karena rumahnya terendam banjir.

Banjir tak hanya merendam permukiman warga, tetapi juga jalan-jalan protokol Jakarta.

Sejumlah transportasi umum mulai dari transjakarta, KRL, hingga penerbangan di bandara Halim Perdanakusuma juga terpaksa dibatalkan akibat rendaman banjir.

Banjir juga menyebabkan pemadaman listrik oleh PLN. PLN Distribusi Jakarta Raya memadamkan listrik di 724 wilayah Jakarta yang mengalami banjir.

Banjir Jakarta dan sekitarnya juga menelan korban jiwa. Catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 16 korban meninggal hingga Kamis (2/1/2020) ini.

Lalu, benarkan banjir Jakarta pada awal 2020 merupakan banjir terparah?

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo menyatakan, banjir pada awal 2020 ini belum bisa diklaim sebagai banjir terparah.

"Belum bisa dibilang terparah karena perlu evaluasi dulu," ujar Subejo saat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Subejo berujar, banjir Jakarta sejak kemarin terjadi karena tingginya curah hujan. Curah hujan paling ekstrem terjadi di Halim, Jakarta Timur.

"Penyebab antara lain karena intensitas dan volume curah hujan tinggi, bahkan pada area tertentu agak ekstrem. Volume curah hujan ekstrem kemarin di area Halim," kata dia.

Banjir Jakarta, lanjut Subejo, juga disebabkan kali yang meluap.

"Juga terjadi luapan sungai yang di hulu, juga terjadi hujan dengan intensitas cukup lebat," ucap Subejo.