logo2

ugm-logo

Blog

BNPB Imbau Agar Warga tak Menonton Bencana

Bencana banjir bandang. BNPB mengimbau warga tak menonton bencana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo mengimbau agar masyarakat tidak menjadikan bencana sebagai tontonan. Pernyataanya ini menyikapi putusnya jembatan gantung akibat warga menonton banjir bandang di Kecamatan Padang Guci Hulu, Bengkulu pada Ahad (19/1) sore.

"BNPB mengimbau kepada masyarakat agar tidak menjadikan peristiwa alam sebagai tontonan karena dapat berpotensi menjadi bencana baru sebagaimana yang menimpa warga saat menyaksikan banjir bandang dari atas Jembatan Gantung Cawang," ujar Agus dalam siaran pers, Senin (20/1).

Agus mengatakan, putusnya Jembatan Gantung Cawang ternyata bukan disebabkan oleh terjangan banjir bandang sehingga menimbulkan korban jiwa. Namun, melalui komunikasi lebih lanjut dan verifikasi data terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kaur, tampaknya putusnya jembatan diduga dikarenakan tidak kuat menahan beban.

"Para warga tengah menonton aliran sungai berjumlah 30 orang jatuh ke sungai setelah Jembatan Gantung Cawang putus karena tak kuat menahan beban dari para warga," ucapnya.

Sampai Senin sore ini, menurut Agus, korban meninggal dalam insiden tersebut berjumlah sembilan orang. Satu orang masih dinyatakan hilang dan 20 orang lainnya selamat.

Berikut ini nama-nama korban meninggal dunia menurut perkembangan olah data lapangan hingga Senin (20/1) pukul 14.00 WIB:

1. Emilia binti Minut warga Desa Manau 9/2
2. Yeni binti Kamharudin warga Desa Manau 9/2
3. Pio bin Didi warga Desa Bungin Tambun
4. Peri Rahman bin Tisri warga Desa Pulau Panggung
5. Migi bin Jon armada warga Desa Rigangan
6. Mika binti Sus warga Desa Bungin Tambun 3
7. Viki bin Ida warga Desa Pulau Panggung
8. Intan Guspani binti Indi warga Desa Bungin Tambun 2
9. Guspial bin Sarpudin warga Desa Tanjung Ganti

"Sedangkan warga yang masih dalam pencarian adalah Ipan bin Ujang B desa Pulau Panggung," ujar Agus.

Sistem Peringatan Bencana Berfungsi Jika Pintu Air Menunjukkan Potensi Banjir

Indonesiainside.id, Jakarta – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) telah membeli enam unit pengeras suara untuk peringatan dini bencana banjir di ibu kota dengan harga yang cukup fantastis, yakni Rp4 miliar. Enam buah pengeras suara canggih yang bernama Disaster Warning System (DWS) ini tergabung dalam sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) BPBD DKI.

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD DKI Jakarta, M. Ridwan, menyatakan bahwa alat tersebut didatangkan dari Jepang, dan teknologi ini sudah diterapkan di Negeri Sakura untuk peringatan dini bencana. Ia menuturkan, DWS akan berfungsi saat pintu-pintu air di Jakarta menunjukkan potensi banjir

“DWS ini akan memberikan informasi berupa suara petugas BPBD DKI yang dapat menjangkau hingga radius 500 meter. Alat ini akan beroperasi jika tinggi muka air telah berada pada siaga tiga,” ujarnya ketika dikonfirmasi di Jakarta, Ahad (19/1).

Ia memaparkan, pengeras suara ini bakal dipasang di kawasan Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate, dan Marunda. Kawasan tersebut, masuk dalam pemetaan daerah rawan bencana banjir BPBD DKI. “Lokasi ini sifatnya masih tentatif. Akan kami pasang di tahun ini (2020),” paparnya.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Indonesiainside.id dari apbd.dki.go.id, Jumat (17/1), anggaran Rp4,03 miliar tersebut terdiri dari Rp3,1 miliar untuk pengadaan enam Stasiun Ekspansi Peringatan Dini Bencana Transmisi Vhf Radio, Rp353 juta untuk enam set pole DWS, Rp416 juta untuk enam set Modifikasi software telementary dan Warning Console dengan Amplifier 100W. Kemudian, Rp14,1 juta untuk enam set Coaxial arrester DWS, Rp7,06 juta untuk enam set Horn speaker 30 W senilai, Rp70,6 juta untuk enam set Storage battery, dan Rp90,3 juta untuk enam set elemen antena. “Harga tersebut sudah termasuk material instalasi, jasa instalasi, training, site survey, dan testing peralatan,” ujar Ridwan.(PS)

Korban bencana Sukajaya Bogor lakukan konseling dan pemulihan trauma

Sukajaya, Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) melakukan konseling dan pemulihan trauma bagi korban bencana di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Selain membawa bantuan kita juga mengadakan konseling dan pemulihan trauma yang didampingi oleh Psikolog dari DP3AP2KB," ujar Kepala DP3AP2KB Kabupaten Bogor, Nurhayati, Ahad.

Kejadian longsor yang memporak-poranda sebagian wilayah Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor meninggalkan trauma tersendiri bagi warga sekitar. Maka, melalui kegiatan konseling dan pemulihan trauma diharapkan beban psikis warga cepat pulih.

"Semoga musibah yang sedang dihadapi oleh masyarakat di sini cepat selesai dan psikis korban bencana juga cepat pulih kembali,” kata mantan Camat Tajurhalang Kabupaten Bogor itu.

Ratusan peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut mayoritas dari kaum ibu dan anak-anak. Khusus bagi anak-anak, diberi perlengkapan sekolah untuk bisa tetap menimba ilmu.

“Untuk peserta pemulihan trauma di Desa Harkatjaya sebanyak 150 orang dan Desa Kiarapandak sebanyak 100 orang. Dalam kegiatan ini juga diberikan Alat Permainan Edukatif (APE), Alat Kelengkapan Sekolah (menggambar) dan makanan anak,” ujar Nurhayati.

Selain menggelar kegiatan konseling dan pemulihan trauma, DP3AP2KB Kabupaten Bogor juga memberikan bantuan sandang dan pangan untuk para korban bencana di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

"Saya membawa seluruh pegawai DP3AP2KB untuk melihat dan membantu korban bencana banjir bandang dan longsor. Kita membawa bantuan seperti makanan, pakaian, perlengkapan solat, obat-obatan, semoga bermanfaat untuk masyarakat di sini,” katanya.*

Anies Gelontorkan Rp4 M untuk Alat Sistem Peringatan Dini Bencana di 6 Titik

https: img-z.okeinfo.net content 2020 01 19 338 2154954 anies-gelontorkan-rp4-m-untuk-alat-sistem-peringatan-dini-bencana-di-6-titik-3qQf8f9vdz.jpg

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menggelontorkan dana Rp4 miliar pada APBD tahun 2020. Keputusan itu untuk membeli alat sistem peringatan dini bencana yang akan ditempatkan di beberapa lokasi Ibu Kota yang rawan banjir. Alat yang digunakan itu bernama disaster warning system (DWS).

"Alat ini akan memberikan informasi berupa suara petugas BPBD, yang dapat menjangkau hingga radius 500 meter. DWS ini akan beroperasi jika tinggi muka air telah berada pada Siaga 3,” kata Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Provinsi DKI Jakarta, Muhammad Ridwan kepada Okezone, Minggu (19/1/2020).

Ridwan menambahkan, tahun 2020, ada 6 titik yang akan dipasang alat DWS. Di antaranya adalah Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate, dan Marunda.

“Lokasi ini sifatnya masih tentatif, akan kami pasang di tahun 2020 ini," ujarnya.

Ia menjelaskan, komponen dari DWS itu terdiri dari horn speaker, stasiun ekspansi peringatan dini bencana transmisi VHF Radio, software untuk telementary dan warning console, coaxial arrester, Storager battery 20 Ah, 24 V dan antenna.

"Diharapkan, dengan adanya alat peringatan dini berupa DWS ini, dapat membuat masyarakat semakin siaga terhadap bencana," katanya.

Alat DWS tingkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo mengklaim sistem peringatan dini bencana berbasis digital atau disaster warning system (DWS) dipasang guna meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana.

"Itu (DWS) untuk memberi peringatan kepada masyarakat sekitar agar waspada dan bersiap-siap (mengungsi), sehingga kerugian bisa diminimalisir," kata Subejo saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

"Alat ini tidak dimaksudkan untuk mencegah datangnya banjir, namun mengingatkan masyarakat untuk bersiap mengungsi dan menyelamatkan barang atau dokumen berharga agar tidak terdampak banjir," ujarnya.

BPBD DKI Jakarta akan segera mengadakan enam set alat DWS dengan anggaran senilai Rp4,073 miliar pada tahun ini.

Keenam set alat tersebut akan dipasang di enam kelurahan yang rawan banjir, yakni Marunda, Rawa Terate, Cengkareng Barat, Bukit Duri, Kebon Baru, dan Kedaung Kali Angke.

Meskipun telah dilakukan pemetaan lokasi pemasangan alat DWS, namun BPBD DKI Jakarta masih akan melakukan kajian dengan melihat kondisi banjir 2020.

"Kami akan kaji kembali secara komprehensif tentang sistem peringatan dini untuk antisipasi kejadian bencana, termasuk DWS sebagai salah satu sarana sistem tersebut," ujar Subejo.

Tiap alat DWS memiliki empat pengeras suara yang dipasang pada satu tiang tinggi dan terhubung langsung dengan sistem di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPDB DKI Jakarta.

Dengan menggunakan teknologi VHF digital radio, maka radius jangkauan bunyi dapat terdengar hingga jarak 500 meter.

Saat tinggi muka air bendungan mencapai siaga 3, maka alat DWS secara otomatis akan mengeluarkan bunyi sebagai peringatan akan potensi terjadinya banjir.

Tak hanya alat DWS, BPBD DKI Jakarta juga telah menyiapkan beberapa cara untuk menyebarluaskan peringatan bencana mulai dari pesan berantai yang dikirim ke grup-grup Whatsapp kelurahan hingga imbauan petugas yang turun langsung ke lapangan.