logo2

ugm-logo

Blog

Kolaborasi Pentahelix Pilar Ketangguhan Bencana di Indonesia

KBRN, Yogyakarta: Indonesia merupakan salah satu negara dengan resiko bencana alam tertinggi, karena secara geografis terletak di kawasan Cincin Api Pasifik. Berbagai potensi bencana yang sangat mungkin terjadi seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, banjir hingga tanah longsor.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, pada tahun 2024 terjadi 3.274 bencana alam di Indonesia. Sehingga, lembaga kebencanaan nasional itu menerapkan strategi pentahelix lintas sektor dalam penanggulangan bencana, sekaligus membangun ketangguhan masyarakat menghadapi resikonya.

”Pentahelix mengintegrasikan lima unsur utama dalam penanggulangan bencana: pemerintah, masyarakat, akademisi, pelaku usaha, dan media,” kata Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Rahmawati Husein, dalam forum UMY-NUS Global Student Forum on Disaster Management and Resilience di UMY, Kamis (22/5/2025).

Saat ini, pemerintah telah menetapkan tujuh target ketangguhan bencana. Antara lain pemukiman warga, sekolah, pelayanan kesehatan, tempat ibadah, pasar tradisional, gedung pemerintahan, dan fasilitas kritis lainnya.

Salah satu program unggulan yang telah diimplementasikan di berbagai daerah adalah Katana (Keluarga Tangguh Bencana). Yaitu setiap anggota keluarga perlu memahami risiko bencana di lingkungan sekitar, kemudian mengenali struktur rumah yang aman.

”Termasuk memahami sistem peringatan dini, yang kini tersedia melalui ponsel, dan mampu melakukan evakuasi mandiri saat bencana terjadi,” ucap Rahmawati. (r-ws)

Pembangunan rumah rusak berat akibat gempa Bengkulu di mulai

Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan pembangunan kembali kembali rumah warga yang mengalami kerusakan berat akibat gempa bermagnitudo 6,3 di Kota Bengkulu, dimulai hari ini, Senin.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati mengatakan pembangunan ini merupakan bagian dari percepatan pemulihan dampak bencana yang sudah dimulai sejak hari ketiga setelah gempa terjadi. Rumak rusak di Perumahan Rafflesia Asri, Kelurahan Betungan, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, menjadi fokus utama pembangunan.

"Sudah ada komitmen dari pemerintah daerah untuk membangun rumah bagi warga terdampak, khususnya yang rusak berat. Ini adalah komitmen yang sangat kuat dan patut diapresiasi," kata Raditya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Menurut data BNPB, terdapat tujuh rumah rusak berat yang menjadi prioritas untuk dibangun ulang. Selain itu 40 rumah yang mengalami kerusakan sedang dan ringan juga akan direhabilitasi secara bertahap.

Sebelum pembangunan dimulai, proses demolisi atau pembongkaran rumah yang rusak berat telah dilakukan pada Minggu (25/5) dengan dukungan alat berat dan personel gabungan dari Brimob, Korem 041/Gamas, BPBD, Dinas PUPR, Basarnas, serta instansi lainnya.

"Proses berlangsung lancar tanpa penolakan warga," kata dia.

Dia memastikan warga menyambut baik langkah tersebut karena rumah mereka telah tidak layak huni dan membutuhkan perbaikan segera. Pemerintah daerah menargetkan pembangunan rumah rusak berat dapat selesai dalam waktu satu bulan, menggunakan berbagai sumber pendanaan, seperti APBD, CSR, Baznas, serta bantuan kepala daerah se-Provinsi Bengkulu.

BNPB juga merekomendasikan agar rumah yang dibangun kembali menggunakan spesifikasi Rumah Tahan Gempa (RTG). Koordinasi akan dilakukan bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan dinas terkait agar hasil pembangunan lebih tangguh terhadap bencana ke depan.

Selain pembangunan fisik, BNPB turut memberikan dukungan berupa dana tunggu hunian, stimulan, logistik, dan peralatan yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kemampuan pemerintah daerah agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan bantuan.

Pemkot Bengkulu Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa

Bengkulu - Gempa berkekuatan magnitudo 6,3 terjadi di Bengkulu pada Jumat (23/5/2025) pukul 02.52 WIB. Pemerintah Kota Bengkulu kini sudah menetapkan status tanggap darurat bencana gempa bumi.

Status tanggap darurat ini berlaku selama 7 hari, terhitung sejak 23-29 Mei 2025. Hal itu diungkapkan Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bengkulu, Khristian Hermansyah, Sabtu (24/5/2025).

"Pemerintah Kota Bengkulu telah menetapkan surat Keputusan (SK) penetapan status tanggap darurat bencana gempa bumi. SK dengan nomor 110 tahun 2025 ini berlaku selama tujuh hari, terhitung sejak 23 Mei hingga 29 Mei 2025," kata Khristian.

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa Bengkulu mengakibatkan sebanyak 255 rumah warga rusak.

Khristian menyebut berdasarkan data ter-update memang ada sebanyak 255 unit rumah rusak yang tersebar di Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah.

"Rumah rusak di Kota Bengkulu berjumlah 206 unit, delapan di antaranya dengan kategori rusak berat. Ada juga 6 fasilitas umum juga mengalami kerusakan, yaitu masjid 2 unit, kantor camat 2 unit dan sekolah 2 unit," kata Khristian.

 

Khristian menjelaskan, sebaran kerusakan di Kota Bengkulu terdapat di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Selebar, Gading Cempaka, Singara Pati, Sungai Serut dan Kampung Melayu, sedangkan wilayah Bengkulu Tengah, sebanyak 49 rumah dan 4 unit sekolah rusak karena guncangan gempa.

"Sebaran dampak gempa berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pondok Kelapa, Pondok Kubang dan Talang Empat," jelas Khristian.

Khristian merincikan, di Kota Bengkulu ada 792 jiwa terdampak, di Kabupaten Bengkulu Tengah 49 KK. Namun dia memastikan tidak ada warga yang mengungsi.

"Tidak ada warga yang mengungsi. Mereka memilih untuk berada di sekitar rumah dan enggan meninggalkan rumah karena faktor kenyamanan dan keamanan," tukasnya.

BPBD Siaga Banjir dan Longsor di Tasikmalaya

Tasikmalaya: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, masih siaga dan gencar melakukan edukasi kepada masyarakat menyusul bencana hidrometeorologi.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin, mengatakan intensitas hujan tinggi yang terjadi di daerahnya masih ada potensi bahaya.

"Kesiapsiagaan harus dilakukan terutama kepada masyarakat melalui edukasi dan mitigasi termasuk petugas gabungan mulai TNI, Polri, BPBD, PMI, Tagana, relawan tetap siaga menghadapi bencana. Karena, bencana hidrometeorologi di daerahnya masih ada potensi seperti banjir, longsor dan berbagai peralatan harus disiapkan," kata Nuraedidin dalam keterangan pers, Senin, 26 Mei 2025.

Dia mengatakan intensitas hujan tinggi yang terjadi di daerahnya secara geografis, geologis dan hidrologis memang memiliki perbukitan, tebing hingga kontur tanah labil sangat mudah terjadi bencana longsor dan pergerakan tanah.

Namun hujan deras di wilayahnya harus diwaspadai bersama dan memang di Kabupaten Tasikmalaya sendiri biasa berada di Kecamatan Sukaresik dan Cipatujah.

"Kami meminta agar masyarakat selalu waspada karena bahaya hidrometeologi dapat menyebabkan longsor, banjir, pohon tumbang dan pergerakan tanah mengingat Kabupaten Tasikmalaya di peringat ke 2 di Jawa Barat terkait bencana. Akan tetapi, bencana longsor yang sering terjadi berada di Kecamatan Salawu, Taraju, Culamega, Sodonghilir, Cineam, Cigalontang, Salopa, Cisayong, Sukahening, Gunungtanjung, Sukaraja, Karangjaya, Pageurageung, Parungponteng, Karangnunggal, Puspahiang dan Bojonggambir," ungkapnya.

Menurutnya banjir luapan Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang yang merendam 937 rumah atau 1.171 Kepala Keluarga dengan 3.986 jiwa di Kampung Bojongsoban, Hegarsari, Cicalung dan Mekarsari, Desa Tanjungsari dan Desa Sukapancar, Desa Banjarsari, Kecamatan Sukaresik, sudah terjadi puluhan kali. 

"Banjir luapan aliran Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang di Kecamatan Sukaresik menyebabkan satu meninggal dan untuk kerugian sebesar Rp900 juta. Kami juga meminta agar masyarakat selalu waspada, karena potensi hujan masih akan terjadi di sejumlah daerah," ujarnya.

Tiga Titik di Kecamatan Sukaraja, Tasikmalaya Dilanda Longsor

KBRN, Tasikmalaya : Bencana tanah longsor dan pergerakan tanah terjadi di tiga lokasi berbeda di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu, (24/5)2025).

Ketua Tagana Kabupaten Tasikmalaya Jembar Adisetya mengatakan, lokasi pertama terjadi di tiga kampung, yakni Bojongsirna,  Cimanggu, dan Kampung Pengkolan Angres, Desa Leuwibudah.

“Hujan deras menyebabkan air tidak tertampung dan masuk ke dalam rumah warga. Benteng yang jebol di wilayah itu,  mengakibatkan kerusakan pada beberapa rumah. Sebanyak tujuh rumah terdampak dan satu rumah rusak berat,” katanya, Minggu (25/5/2025).

Sedangkan lokasi kedua yang diterjang bencana adalah, Kampung Patra RT 10 RW 05, Desa Sirnajaya. Selain itu kata Jembar, longsor dan pohon tumbang juga menutup akses Kampung. Citatah dan Kampung. Waru Bungur, serta jalan penghubung Sukaraja - Cibalong rusak. 

“Sebanyak 1 rumah disini rusak berat,” ujarnya.

Sementara lokasi ketiga,  bencana terjadi di Kampung Puskemas Sukaraja, Desa Sukapura. Disini, benteng roboh menimpa gedung  Puskesmas Sukaraja dan satu  unit rumah rusak berat.

“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa atau warga mengungsi dalam ketiga bencana tersebut,” ujar Jembar.

Tim Tagana Kabupaten Tasikmalaya, Polsek Sukaraja, Babinsa, aparatur desa, dan masyarakat, telah melakukan asesmen, gotong royong membersihkan material longsoran, dan mengamankan barang-barang. 

“Upaya penanganan lanjutan akan terus dilakukan untuk membantu warga yang terdampak,” pungkas Jembar.