logo2

ugm-logo

Blog

Banjir Rob Menjadi Musibah Langganan Setiap Tahun Bagi Warga Pesisir

KBRN, Langgur: Banjir Rob menjadi musibah langganan tiap tahun bagi warga pesisir pantai, hal ini diungkapkan Bravo salah satu waga Ohoi (Desa) Rerean Kecamatan Kei Besar Selatan Barat, Kabupaten Maluku Tenggara. Fenomena alam ini sering terjadi dan mengakibatkan tempat tinggal warga terendam juga menghambat aktifitas mobilisasi warga.

Bravo mengatakan masalah ini sudah disampaikan kepada pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku Tenggara saat melakukan tinjauan di beberapa Ohoi termasuk Ohoi Rerean yang menjadi langganan banjir rob.

“Warga terus mengeluh dengan tanggul ombak yang dibuat oleh BPBD Malra, tapi menurut kami ini tidak tinggi, jadi saat musim timur atau terjadi banjir rob, belum lagi kali mati yang akan sering meluap dari gunung hingga ke perkampungan ini juga menjadi masalah besar bagi kami setiap tahun.” Ungkap Bravo ketika bergabung melalui line telepone dalam program acara “Hallo RRI” jumat (10/04/2025).

Bravo berharap ada perhatian serius dari Pemerintah Daerah  dan Dinas Teknis untuk melihat kembali tanggul penahan ombak yang menurut warga tidak memberikan kenyaman kepada warga setempat.

Kejadian alam menjadi perhatian semua warga, tetapi sebagai dinas teknis harus ada kerjasama dengan masyarakat untuk dapat mengatasi kejadian ini dengan memberikan fasilitas yang memadai atau edukasi secara berkala, sehingga terjadi banjir rob yang menjadi langgana bagi kami warga pada pesisir pantai ini, sudah jauh jauh hari melakukan antisipasi 

Meski kondisi saat ini sudah mulai surut, namun yang dikhawatirkan warga adalah kembali pasangnya gelombang pada cuaca yang tidak menentu seperti sekarang.

Penurunan muka tanah dan kenaikan air laut memang menjadi penyebab terjadinya banjir rob di sejumlah wilayah pesisir Selatan Barat.

Banjir Setinggi 1,5 Meter Rendam Kampung Lambing, Kaltim

Banjir setinggi 1,5 meter (m) melanda Kampung Lambing, Kecamatan Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur (Kaltim). Tidak hanya merendam permukiman warga, seorang warga yang tengah sakit pun harus dievakuasi oleh petugas ke tempat yang lebih aman.
 
Hampir seluruh wilayah di Kecamatan Muara Lawa kini terendam banjir dengan ketinggian air yang bervariasi hingga 1,5 m. Kampung Lambing menjadi salah satu titik terparah. Air meluap hingga menutupi badan jalan desa.

Luapan Sungai Kedang Pahu yang tak mampu menampung debit air selama beberapa hari terakhir menjadi pemicu utama banjir besar tersebut. Seorang warga yang tengah sakit terpaksa dievakuasi petugas untuk menuju rumah keluarganya yang lebih tinggi dan juga aman dari rendaman banjir.
 
“Terjadi banjir ini di Kecamatan Muara Lawa di Kampung Lambing dan sudah terjadi selama empat hari dan ketinggian air setinggi 1,5 m,” kata Kapolsek Muara Lawa Ipda Rinto C. Simanjuntak dikutip dari Metro Pagi Primetime, Metro TV, Minggu, 20 April 2025.                   

Banjir Melanda Barito Utara Kalteng, Ini Data Kecamatan yang Terdampak

KOMPAS.com - Banjir yang terjadi di Barito Utara, Kalimantan Tengah, disebabkan oleh meluapnya Sungai Barito dan anak sungai, yang mengakibatkan ketinggian air mencapai antara 15 centimeter hingga dua meter.

Hal ini berdampak pada 43 desa di sembilan kecamatan, yang sebagian besar terletak di daerah aliran sungai (DAS) Barito.

"Kami sudah mengerahkan tim untuk membantu warga serta menyiapkan langkah-langkah penanggulangan, termasuk penyaluran bantuan darurat," ungkap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Barito Utara, Rizali Hadi, di Muara Teweh, Kalimantan Tengah, hari Minggu (20/4/2025), dikutip dari Antara.

Kecamatan Apa Saja yang Terdampak Banjir?

1. Kecamatan Lahei Barat: Terdapat 11 desa yang terdampak, dengan total 2.675 kepala keluarga (KK) atau 7.626 jiwa. Terdapat 1.985 bangunan yang terendam, serta empat fasilitas kesehatan, 15 tempat ibadah, dan 13 unit pendidikan.

2. Kecamatan Lahei: Ada 13 desa yang terdampak, dengan 3.756 KK atau 9.801 jiwa. Sebanyak 922 bangunan terendam, dan fasilitas umum seperti kesehatan ada lima unit, tempat ibadah 10 unit, serta pendidikan 11 unit.

3. Kecamatan Teweh Tengah: Dua kelurahan (Lanjas dan Melayu) serta Desa Lemo I dan Lemo II terendam. Jumlah KK terdampak adalah 3.801, setara dengan 13.637 jiwa, serta 2.267 bangunan yang terendam. Fasilitas kesehatan dan rumah ibadah masing-masing dua unit.

4. Kecamatan Teweh Baru: Terdapat tujuh desa dengan 1.951 KK atau 7.250 jiwa yang terdampak. Sebanyak 1.595 bangunan terendam, dengan fasilitas kesehatan dua unit dan 21 rumah ibadah.

5. Kecamatan Teweh Selatan: Terdapat empat desa yang terdampak, dengan 1.138 KK atau 3.402 jiwa, serta 110 bangunan yang terendam.

6. Kecamatan Montallat: 10 desa terdampak dengan jumlah 3.677 KK atau 11.638 jiwa, serta 2.137 bangunan terendam. Fasilitas kesehatan yang terdampak ada 11 unit, dengan 36 rumah ibadah dan 30 unit pendidikan.

7. Kecamatan Teweh Timur dan Gunung Timang: Terdapat tujuh desa terdampak di Kecamatan Teweh Timur dengan jumlah 957 KK atau 1.684 jiwa, serta empat desa di Kecamatan Gunung Timang dengan jumlah 338 KK atau 980 jiwa.

Bagaimana Tindakan BPBD Menghadapi Banjir?

Tim dari BPBD Barito Utara terus memantau kondisi banjir di lapangan.

"Hingga saat ini, belum ada laporan korban jiwa, namun BPBD mencatat ribuan warga terdampak, dan sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, dan bangunan pemerintah juga turut terendam air," jelas Rizali.

BPBD juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kenaikan debit air, terutama di wilayah yang masih diguyur hujan.

"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi naiknya debit air," kata Rizali Hadi.

Tindakan ini penting untuk mengurangi risiko dan memastikan keselamatan warga di daerah yang terendam banjir.

Banjir Bandang di Panjang Bandar Lampung, 3 Orang Meninggal

Jakarta, CNN Indonesia -- BPBD Provinsi Lampung mencatat tiga orang meninggal dunia akibat banjir bandang yang melanda wilayah Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung. Banjir disebabkan hujan deras yang mengguyur wilayah itu.

"Tiga orang meninggal dunia sudah dilakukan evakuasi oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Bandarlampung," kata Humas BPBD Provinsi Lampung Wahyu Hidayat, dilansir Antara, Senin (21/4).

Dia menyebutkan korban jiwa pertama bernama Piyan usia 15 tahun ditemukan di bawah kolong mobil. Korban jiwa kedua bernama Diding usia 45 tahun.

Kemudian, korban jiwa ketiga yaitu Kunawati usia 59 tahun ditemukan Tim TRC BPBD Bandar Lampung tertimpa lemari di dalam rumah saat banjir. 

"Ketiga jenazah sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah A Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung," ucap Wahyu.

Dia mengatakan hingga saat ini tim dari BPBD, penyelamatan, dan pemadam kebakaran serta instansi terkait masih melakukan evakuasi di lokasi banjir.

"Kami mengimbau masyarakat tetap waspada akan bencana terutama banjir karena saat ini cuaca di Kota Bandarlampung masih dalam keadaan hujan dengan intensitas sedang," kata dia.

Adapun hujan lebat mengguyur Kota Bandar Lampung pada Senin sekitar pukul 01.00-02.00 WIB. Hingga kini cuaca di kota masih hujan dengan intensitas sedang.

(antara/tsa)

Kuliah Tamu FSRD ITB: Mitigasi Bencana di Bandung dengan Pendekatan Desain

BANDUNG, itb.ac.id — Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) menggelar kuliah tamu bertajuk “From The Mountain To The River To The Sea” di Gedung LFM, ITB Kampus Ganesha, Jumat (11/4/2025). Kuliah tamu ini menghadirkan pemateri M. Adi Panuntun, S.Ds., M.A., Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) dan CEO Sembilan Matahari.

Beliau menjelaskan bahwa umumnya warga Kota Kembang tidak mengetahui karakteristik dari Bandung itu sendiri. Banyak masyarakat yang belum menyadari potensi bahaya dari sesar Lembang.

“Isu sesar Lembang sebagai sebuah fakta bahwa tanahnya bergerak, pergerakan sesar Lembang bisa mencapai 4 mm per tahun. Namun, yang dikhawatirkan adalah ketidaksadaran kita, masyarakat yang hidup di atasnya. Pada akhirnya, menebang pohon yang seharusnya menjadi resapan air dan menggantinya dengan bangunan yang tidak berstandar anti gempa,” ujarnya.

Adapun pada tahun 2025, Bandung akan memperingati sebagai kota desain (City of Design) dengan dua key event, yakni BDG LIGHTS dan Bandung Design Biennale yang akan dilaksanakan pada September dan Oktober 2025. Menurutnya, saat ini para pelaku kreatif mulai mengarah kepada pelibatan mitigasi bencana terutama terkait dengan isu sesar Lembang. “Sesar Lembang merupakan fenomena yang dinyatakan peneliti bahwa pasti terjadi, tetapi waktunya tidak pasti. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah melakukan mitigasi. Namun, isu mitigasi sesar Lembang belum terkoneksi sepenuhnya dengan bidang kreatif, padahal Bandung merupakan City of Design,” ujarnya.

“Pada masa Hindia-Belanda, pembangunan masih (dilakukan secara) sadar, tetapi pada masa setelah kemerdekaan terjadi kegagapan terkait acuan pembangunan sehingga banyak bangunan yang seharusnya berbasis tanah yang bergerak, tidak terjadi,” tuturnya.

Beliau menjelaskan bahwa cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan mendesainnya. “Design thinking bukan hanya tentang bagaimana kita selamat dari bencana, tetapi bagaimana mencegah potensi kerusakan akibat bencana,” katanya.

Adapun From The Mountain To The River To The Sea merupakan visi gerakan kultural yang berkomitmen menuju keberlanjutan-mengalir seperti siklus air yang menyatukan ekosistem dari gunung, ke sungai, hingga laut. Membawakan kehidupan bagi kota, dan memberi manfaat bagi lingkungan serta komunitas di sekitarnya.

Gerakan ini melalui pendekatan lintas disiplin (desain, seni, sains, sosio-teknologi), bersama semua komunitas kreatif Bandung berkolaborasi mengaktifkan kampanye mitigasi bencana menjadi gerakan kalcer Sesar Lembang dengan tagar #SesarLembangKalcer.

Gerakan ini juga selaras dengan ekologi, sejarah, dan kultur kreatif, dari gunung ke sungai, hingga ke laut. Geliat ekonomi/industri kreatif yang terkoneksi kepada inisiatif mitigasi bertujuan untuk menginspirasi wawasan, membangun resiliensi, sekaligus berdampak ekonomi yang berkelanjutan.

Menurutnya, terdapat tiga prinsip utama dalam gerakan ini, yakni An Act for The Planet, Empower People, dan Drive Prosperity.

Beliau menjelaskan bahwa gerakan ini merupakan “seni meninggalkan jejak” bagi bekal perjalanan generasi masa depan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah Mapping the Future: Visualizing the Revitalization. Kegiatan ini terdiri atas empat macam, yakni: 1) Immersive Historical Tunnel: Gua Belanda; 2) Musikal x Video Mapping Show; 3) Mini Museum Sesar Lembang; dan 4) Curug Dago - Cikapundung River’s Design Intervention.

Kegiatan Musical x Video Mapping yang akan dilakukan di Gua Belanda, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung. (Dok. Ahmad Fauzi)

Tujuan gerakan ini adalah untuk memberikan edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana di Bandung. “Gerakan ini menyuntikkan ke titik-titik yang perlu diintervensi secara desain,” ujarnya.

Reporter: Ahmad Fauzi (Rekayasa Kehutanan, 2021)