logo2

ugm-logo

Blog

BNPB: Bencana hidrometeorologi dominasi Indonesia 24 jam terakhir

Jakarta (ANTARA) - Bencana hidrometeorologi masih mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia dalam 24 jam terakhir, berdasarkan laporan harian Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diterima di Jakarta, Kamis malam.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangannya mengatakan hingga pukul 07.00 WIB, tercatat 42 kejadian bencana, dengan 16 diantaranya masuk kategori menonjol, karena berdampak signifikan terhadap masyarakat dan infrastruktur.

"Dominasi bencana hidrometeorologi menjadi indikator penting akan tingginya kerentanan wilayah terhadap faktor cuaca ekstrem dan perubahan iklim," kata dia.

Enam kejadian baru yang dilaporkan mencakup angin puting beliung di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, yang berdampak pada 16 kepala keluarga (KK) dan merusak 16 rumah, serta banjir di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan 242 KK terdampak dan tinggi muka air (TMA) mencapai 150 centimeter.

Banjir di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, dengan tinggi muka air 30–100 centimeter berdampak pada 152 KK. Status siaga darurat telah ditetapkan dan upaya penanganan terus dilakukan, mulai dari kaji cepat, evakuasi, hingga pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi.

Kejadian puting beliung juga terjadi di Kuantan Singingi, Riau, berdampak pada 72 jiwa. Sementara itu, banjir di Cirebon berdampak luas dengan 5.276 jiwa terdampak meski saat ini air telah surut dan status darurat diberlakukan.

Di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tanah longsor menyebabkan 6 jiwa mengungsi dan 10 rumah rusak. Pemerintah daerah telah menyalurkan bantuan logistik, makanan, serta alat berat untuk penanganan material longsoran.

Abdul menambahkan bahwa selain kejadian baru, BNPB mencatat 10 kejadian lanjutan, termasuk banjir yang masih berlangsung di Bulungan, Kalimantan Utara, dan Grobogan, Jawa Tengah, yang berdampak pada ratusan keluarga.

Di Trenggalek, Jawa Timur, dua bencana terjadi bersamaan, yakni banjir dan tanah longsor. Enam warga dinyatakan hilang dan satu orang meninggal dunia. Tim gabungan masih melakukan pencarian dan evakuasi.

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau masih berlangsung. Total lahan terbakar sejak awal tahun mencapai 106,08 hektare, dengan tambahan 11 hektare dalam beberapa hari terakhir. Satgas darat dan udara terus melakukan upaya pemadaman.

BNPB mengingatkan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana berulang, serta mengajak masyarakat agar tetap waspada dan tidak menyebarkan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

"Personel BNPB telah diterjunkan ke sejumlah wilayah terdampak untuk mendampingi penanganan dampak bencana," kata Abdul.

sumber: antara

Bencana Hidrometeorologi Basah Masih Dominasi Wilayah Indonesia, Ini Dampaknya

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari melaporkan, Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB mencatat kejadian bencana yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia yang masih didominasi bencana hidrometeorologi basah. Memasuki minggu kedua dibulan Mei, Laporan pertama mencatat, kejadian tanah longsor yang melanda Kabupaten Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat.

Peristiwa tanah longsor yang terjadi pada Senin (12/5/2025) sekitar pukul 23.35 WIB ini berdampak pada tiga desa. Diantaranya Desa Ulusalu, Desa Ulusalu Indah dan Desa Saloan di Kecamatan Pana. Kaji cepat sementara terdapat 13 rumah mengalami kerusakan dengan rincian empat rumah rusak ringan, empat rumah rusak sedang dan lima rumah rusak berat. 

"Atas kejadian ini, dilaporkan 31 warga terpaksa mengungsi. Longsor juga menyebabkan akses jalan tertutup," kata Abdul, Rabu (14/5/2025).

Kondisi terkini, BPBD bersama tim gabungan melakukan upaya pembukaan jalan dan kini per Selasa (13/5) jalan sudah dapat dilalui kendaraan roda dua berjenis motor trail. Pantuan visual dilokasi juga masih terjadi hujan pada titik lokasi kejadian bencana. Upaya penanganan darurat dilokasi kejadian juga memprioritaskan keselamatan dengan memperhatikan lokasi kejadian sekitar yang masih berpotensi adanya longsor susulan.

"Penggunaan alat berat juga telah dilakukan untuk mempermudah pembukaan akses jalan yang tertutup material longsor," katanya.

Peristiwa yang sama juga terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tanah longsor yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi terjadi pada Jumat (9/5). Kaji cepat sementara mencatat 68 rumah warga terdampak dengan kerusakan mulai dari rusak ringan hingga rusak berat. Tim BPBD bersama tim gabungan segera menuju ke lokasi kejadian bencana untuk melakukan penanganan darurat.

Lebih lanjut, angin kencang melanda wilayah Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh. Peristiwa ini terjadi saat hujan deras disertai angin kencang pada Senin (12/5) pukul 16.35 WIB. Dilaporkan terdapat dua kecamatan yakni Kecamatan Karang Baru dan Kecamatan Rantau terdampak. Dilaporkan terdapat tiga rumah rusak ringan dan dua fasilitas pendidikan rusak berat. BPBD bersama tim gabungan melakukan penanganan dan pembersihan puing-puing bangunan serta pohon tumbang.

Beralih ke wilayah Jawa Timur, Banjir juga melanda wilayah Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir hingga masuk ke pemukiman warga pada Senin (12/5) pukul 16.00 WIB. Banjir melanda Desa Salen di Kecamatan Bangsal hingga berakibat dua tanggul jebol. 

"Banjir juga melimpas hingga ke akses jalan dan berdampak pada 10 hektar area persawahan warga terdampak. Kondisi terkini, Selasa (13/5) banjir sudah surut tapi masih menggenang dibeberapa titik di areal persawahan," jelas dia.

Menyikapi peristiwa bencana yang terjadi diberbagai daerah, BNPB mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam mengantisipasi ancaman potensi risiko bencana hidrometeorologi basah. Segera lakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman jika terjadi hujan deras lebih dari satu jam dan jarak pandang kurang dari 100 meter. 

"Pemerintah daerah diminta untuk segera memeriksa kesiapan perangkat, personel, serta sumber daya guna menghadapi potensi darurat," katanya.

Pemkot Tangerang Akhiri Status Siaga Bencana Hidrometeorologi

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang resmi mengakhiri status Siaga Bencana Hidrometeorologi yang telah diberlakukan sejak 11 Desember 2024. Keputusan ini diambil menyusul menurunnya intensitas curah hujan dan kondisi cuaca yang mulai membaik di wilayah Kota Tangerang.

Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Mahdiar menjelaskan, keputusan tersebut berdasarkan hasil evaluasi bersama antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas PUPR dan BMKG.

Berdasarkan informasi peringatan dini cuaca dan iklim dasarian II Provinsi Banten yang disampaikan oleh BMKG, tidak terdapat potensi atau peringatan curah hujan tinggi di wilayah Kota Tangerang. Sehingga untuk Status Siaga Bencana Hidrometeorologi tidak diperpanjang.

"Semuanya menunjukkan tren cuaca relatif stabil dan rendahnya potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan angin kencang dalam beberapa pekan terakhir," jelas Mahdiar, Rabu (14/5/25).

“Status siaga kami tidak perpanjang karena kondisi sudah jauh lebih aman. Namun, kami tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang bisa terjadi sewaktu-waktu,” tambahnya.

Ia pun menjelaskan, selama masa Status Siaga diberlakukan, Pemkot Tangerang telah melakukan berbagai langkah antisipasi, mulai dari pembersihan saluran air, penyiapan posko siaga, hingga penguatan koordinasi lintas OPD dan masyarakat.

Berkat sinergi ini, dampak bencana dapat diminimalkan dan layanan bantuan dapat diberikan secara cepat. Pemkot Tangerang dipastikan akan tetap menyiagakan personel dan peralatan untuk merespons cepat apabila terjadi kondisi darurat.

“Walaupun status siaga tidak diperpanjang, kami tetap standby. Kami juga terus memantau kondisi cuaca melalui koordinasi rutin dengan BMKG,” jelasnya.

Pemkot Tangerang mengajak seluruh warga untuk terus menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, serta melaporkan potensi gangguan lingkungan melalui kanal layanan pengaduan resmi Pemkot Tangerang.

BPBD Mataram imbau warga mitigasi bencana hadapi anomali cuaca

Mataram (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau warga di kota itu agar melakukan mitigasi bencana dalam menghadapi anomali cuaca yang terjadi saat ini.

Plh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Akhmad Muzaki di Mataram, Rabu, mengatakan, mitigasi bisa dilakukan mulai dari tingkat lingkungan dan diri sendiri di sekitar pekarangan rumah.

"Masyarakat harus memastikan saluran atau drainase yang ada di sekitar berfungsi, bebas dari sampah, dan sejenisnya," katanya.

Hal itu dimaksudkan, agar ketika tiba-tiba terjadi hujan deras dengan intensitas lama tidak menimbulkan luapan air yang bisa memicu genangan bahkan banjir.

Menurutnya, biasanya pada Mei-Juni sudah masuk musim kemarau basah yang artinya kemungkinan terjadi hujan masih ada, dan jika sudah lewat jadwal maka disebut anomali cuaca.

Sementara kondisi saat ini memang terjadi anomali cuaca, karena cuaca sekarang tidak bisa diprediksi. Pada pagi cerah bahkan panas, tetapi begitu siang langsung gelap dan hujan deras.

"Kondisi tidak menentu itu, tidak bisa diprediksi juga akan terjadi angin kencang, petir, angin puting beliung, serta potensi bencana lainnya," katanya.

Namun demikian, lanjutnya, kondisi Kota Mataram saat ini jauh lebih baik dibandingkan wilayah bagian timur. Seperti di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Barat ada yang mengalami banjir hingga ketinggian satu meter.

Begitu juga di Pulau Sumbawa, kondisinya saat ini masih disebut sebagai cuaca ekstrem.

"Kendati Mataram masih aman, tapi harus tetap waspada sebab dampak banjir di hulu bisa turun ke Mataram yang menjadi wilayah hilir," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap berbagai potensi bencana selama musim perubahan cuaca.

"Termasuk juga nelayan, kami mengimbau agar waspada terhadap potensi perubahan gelombang pantai," katanya.

Banjarbaru siaga bencana karhutla, BPBD imbau masyarakat waspada

Banjarbaru (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan mengimbau masyarakat mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) seiring penetapan status siaga bencana alam.

"Kami mengimbau masyarakat agar waspada terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena status Banjarbaru sudah siaga bencana," ujar Kepala Pelaksana BPBD Banjarbaru Zaini Syahrani di Banjarbaru, Rabu.

Menurut Zaini, saat ini wilayah Kota Banjarbaru secara umum masih berada pada masa pancaroba, tetapi sejumlah wilayah sudah mulai memasuki fase musim kemarau sesuai informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Zaini menuturkan, prediksi BMKG juga menyebutkan beberapa wilayah di Kota "Idaman" memasuki pekan ketiga Mei sudah berada pada zona musim kemarau, meski pun masih diwarnai turun hujan.

"Makanya kami mengimbau seluruh masyarakat untuk waspada dan juga siaga karena sesuai prediksi BMKG menjelang akhir Bulan Mei sudah masuk musim kemarau sehingga tidak boleh lengah," pesan Zaini.

Dikatakan Zaini, hingga pertengahan Mei, pihaknya sudah menangani tiga kejadian karhutla di Kecamatan Cempaka Banjarbaru dengan skala relatif kecil sehingga bisa ditangani petugas di lapangan.

"Langkah antisipasi yang dilakukan adalah patroli rutin dan pengawasan titik rawan kebakaran selama 24 jam melalui tim reaksi cepat didukung masyarakat peduli bencana yang terjun ke lapangan," tuturnya.

Zaini menyebutkan BPBD memiliki 25 anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) aktif didukung 100 warga komunitas masyarakat peduli bencana tersebar di seluruh kelurahan dan telah diberi pelatihan didukung peralatan dasar.

Meski demikian, Zaini juga meminta agar masyarakat khususnya pemilik lahan tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar karena dapat meluas hingga menyebabkan terjadi kebakaran yang lebih luas.

"Jika kebakaran meluas tentu akan menyulitkan penanganan apalagi kami hanya memiliki dua unit mobil tangki yang memiliki keterbatasan apalagi jika medan sulit dijangkau armada dan personel," katanya.