logo2

ugm-logo

Blog

Tingkatkan Operasi Penanggulangan Bencana, TNI Gelar Latihan Bersama Tentara Australia dan AS

JAKARTA, KOMPAS.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggelar latihan bersama dengan Angkatan Bersenjata Australia dan Amerika Serikat (AS).

Latma bertajuk “Trilateral Crocodile Response 2023” itu diresmikan Komandan Komando Utara Gabungan Angkatan Bersenjata Australia Kolonel Laut Mitchell Livingstone di 1st Bde Ground Parade, Robertson Barrack, Darwin, Australia, pada Senin (15/5/2023).

Rencananya, latma itu akan digelar hingga 27 Mei 2023.

Dalam sambutannya, Mitchell Livingstone mengatakan bahwa latihan ini dirancang untuk meningkatkan interoperabilitas antara Angkatan Bersenjata Australia, AS, dan Indonesia dalam misi operasi bersama bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.

"Exercise Crocodile Response 2023 merupakan latihan yang sangat penting yang melibatkan Australia, AS, dan Indonesia bekerja sama secara efektif saat terjadi bencana alam," kata Livingstone, dikutip dari siaran pers Puspen TNI, Rabu (17/5/2023).

Selama latihan, para prajurit akan mengasah keterampilan pemberian bantuan bencana gabungan yang diaktualisasikan dalam serangkaian skenario latihan seperti tindakan medis, rekonstruksi bangunan, hingga penjernihan air agar layak konsumsi.

Sementara itu, Komandan Pasukan Rotasi Marinir AS, Kolonel Brendan Sullivan mengungkapkan, besarnya tantangan yang dihadapi dalam bencana alam menuntut kemampuan prajurit untuk berkoordinasi, kerja sama tim, dan interoperabilitas yang tinggi.

“Bersama-sama kita laksanakan skenario latihan yang kita susun serupa dengan realita yang menuntut untuk bertindak melampaui batas kemampuan, menguji daya kritis, serta mengatasi segala permasalahan,” kata Brendan.

Mewakili delegasi TNI, Letkol Inf Deden Kurniawan mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak Australia yang telah mengundang TNI.

“Mari kita laksanakan latihan ini secara profesional, antusias dan kerja sama tim,” kata Deden.

Tingkatkan Operasi Penanggulangan Bencana, TNI Gelar Latihan Bersama Tentara Australia dan AS

JAKARTA, KOMPAS.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggelar latihan bersama dengan Angkatan Bersenjata Australia dan Amerika Serikat (AS).

Latma bertajuk “Trilateral Crocodile Response 2023” itu diresmikan Komandan Komando Utara Gabungan Angkatan Bersenjata Australia Kolonel Laut Mitchell Livingstone di 1st Bde Ground Parade, Robertson Barrack, Darwin, Australia, pada Senin (15/5/2023).

Rencananya, latma itu akan digelar hingga 27 Mei 2023.

Dalam sambutannya, Mitchell Livingstone mengatakan bahwa latihan ini dirancang untuk meningkatkan interoperabilitas antara Angkatan Bersenjata Australia, AS, dan Indonesia dalam misi operasi bersama bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.

"Exercise Crocodile Response 2023 merupakan latihan yang sangat penting yang melibatkan Australia, AS, dan Indonesia bekerja sama secara efektif saat terjadi bencana alam," kata Livingstone, dikutip dari siaran pers Puspen TNI, Rabu (17/5/2023).

Selama latihan, para prajurit akan mengasah keterampilan pemberian bantuan bencana gabungan yang diaktualisasikan dalam serangkaian skenario latihan seperti tindakan medis, rekonstruksi bangunan, hingga penjernihan air agar layak konsumsi.

Sementara itu, Komandan Pasukan Rotasi Marinir AS, Kolonel Brendan Sullivan mengungkapkan, besarnya tantangan yang dihadapi dalam bencana alam menuntut kemampuan prajurit untuk berkoordinasi, kerja sama tim, dan interoperabilitas yang tinggi.

“Bersama-sama kita laksanakan skenario latihan yang kita susun serupa dengan realita yang menuntut untuk bertindak melampaui batas kemampuan, menguji daya kritis, serta mengatasi segala permasalahan,” kata Brendan.

Mewakili delegasi TNI, Letkol Inf Deden Kurniawan mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak Australia yang telah mengundang TNI.

“Mari kita laksanakan latihan ini secara profesional, antusias dan kerja sama tim,” kata Deden.

Tim Pusat Studi Bencana Unand Lakukan Kajian Kebencanaan di Kota Sawahlunto

Longsor bertubi-tubi yang menghantam Desa Kubang Tangah, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat baru-baru ini direspons dengan cepat oleh Tim Pusat Studi Bencana Universitas Andalas (Unand) Padang. Rektor Universitas Andalas, Prof Yuliandri menugaskan tim untuk melakukan survey dan kajian longsor di Desa Kubang Tangah Selasa (09/05/2023).

Pusat Studi Bencana Universitas Andalas didukung oleh Polda Sumatera Barat. Tim terdiri dari Prof Abdul Hakam, Prof Eng Fauzan, Bayu Martanto Adji, PhD, Dr Tesri Maideliza, Yenny Narny, PhD beserta dua orang mahasiswa dari UKM Kosbema Unand Sri Rahayu (Fakultas Hukum) dan Sevina Artasia (Fakultas Teknik).

Setiba di lokasi bencana, tim Pusat Studi Bencana dan Kosbema Unand disambut hangat oleh perangkat Desa Kubang Tangah, BPBD Kota Sawahlunto, Polres Kota Sawahlunto, Ketua KAN, Ketua Pemuda, dan Ketua Destana (Desa Tangguh Bencana) Kubang Tangah. Tim segera melakukan diskusi terkait longsor yang terjadi di Desa Kubang Tangah dan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh instansi dan masyarakat pada saat tanggap darurat bencana.

Menurut ketua KAN Kubang, selain curah hujan yang tinggi, aktifitas pelebaran jalan yang masih berlangsung juga menjadi salah satu penyebab longsor. Pemerintah Desa Kubang Tangah bersama BPBD Kota Sawahlunto telah melakukan upaya pencegahan salah satunya dengan membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) sebagai satuan yang akan membantu dan melindungi masyarakat yang berada di daerah rawan bencana. Selain itu gotong royong juga dilakukan setiap satu bulan sekali untuk memperbaiki saluran air dan infrastruktur lainnya

Tim Pusat Studi Bencana Unand dan Kosbema Unand didampingi oleh instansi terkait untuk meninjau lokasi yang terkena bencana. Setalah mendengar laporan kejadian dan gambaran wilayah di desa Kubang Tangah, Prof Abdul Hakam mengatakan bahwa harus dilakukan relokasi untuk daerah-daerah yang menjadi titik rawan bencana.

“Saran yang diberikan oleh Pusat Studi Bencana Universitas Andalas untuk upaya mitigasi bencana longsor ini adalah dengan peringatan dini. Seperti, ketika terjadi hujan dengan curah hujan tinggi setelah 1-2 jam, maka masyarakat yang berada di daerah rawan longsor sebaiknya mengungsi ke tempat yang lebih aman,” papar Abdul Hakam.

Sebagai upaya tindak lanjut dari diskusi dengan wakil walikota dan instansi terkait, pihak Universitas Andalas akan melakukan kajian kebencanaan sekaligus menempatkan mahasiswa dalam program MBKM yang berbasis kebencanaan di Kota Sawahlunto. Kegiatan survey longsor di Desa Kubang Tangah ditutup dengan silaturahmi dengan makan malam bersama Wakil Walikota Sawahlunto, yaitu Zohirin Sayuti, SE.

Konferensi BUiLD 2023: Peran Penting Perguruan Tinggi Membangun Masyarakat Tahan Bencana

jpnn.com, JAKARTA - Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek Sri Gunani Partiwi menyampaikan perguruan tinggi perlu berperan dalam membangun masyarakat Indonesia yang memiliki ketahanan terhadap bencana.

Ini penting mengingat posisi Indonesia berada di jalur Cincin Api atau Ring of Fire, sehingga rawan bencana. 

"Bencana gunung meletus, gempa bumi, longsor, pergeseran tanah, tsunami, bahkan kebakaran hutan dan lahan, banjir dan kekeringan, cuaca ekstrim, gelombang tinggi dan abrasi rentan terjadi di Indonesia," kata Sri Gunani dalam konferensi Building Universities in Leading Disaster (BUiLD) Resilience 2023 yang bertopik Strategi Ketahanan Bencana Indonesia di Jakarta, Rabu (10/5). Konferensi ini digelar President University bekerja sama dengan perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium BUiLD, serta didukung Erasmus dari Uni Eropa dan Kemendikbudristek. 

Sri Gunani memaparkan perguruan tinggi bisa berperan dalam menyiapkan SDM kompeten, yakni memiliki ketahanan terhadap bencana dan mampu mereduksi dampaknya dengan memakai pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ini baik sebelum saat bencana maupun sesudahnya. Peran lainnya adalah menyediakan fasilitas riset dan infrastrukturnya. 

“Perguruan tinggi bisa melakukan riset tentang kebencanaan, mengembangkan dan menerapkannya melalui knowledge management,” ucap Sri Gunani.

Strategi tanggap bencana perguruan tinggi ini, ungkap Sri Gunani, sudah masuk dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045. Dalam RIRN tersebut ada 10 area yang menjadi fokus. Salah satunya adalah bencana. 

Sementara itu, David Rubens, executive director The Institute of Strategic Risk Management (ISRM) yang berbasis di Virginia, Amerika Serikat, menjelaskan ada perubahan iklim, cuaca buruk, kerapuhan infrastruktur, kegagalan aplikasi teknologi informasi, ketergantungan rantai pasok global, dan masih banyak lagi.

selengkapnya

https://www.jpnn.com/news/konferensi-build-2023-peran-penting-perguruan-tinggi-membangun-masyarakat-tahan-bencana

AS Latihan Bersama Penanggulangan Bencana dengan Australia dan Indonesia

Latihan bersama bertajuk "Crocodile Response 2023" resmi dibuka. Acara tahunan mengenai pelatihan penanggulangan bencana oleh angkatan bersenjata tersebut diikuti oleh lebih dari 500 personel gabungan TNI, US Marine Corps (USMC) dan Australia Defence Force (ADF).

SENTUL, JAWA BARAT (VOA) — Bertempat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (pusdiklat) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sentul, Jawa Barat, rangkaian acara "Crocodile Response 2023" diawali dengan Academic Session, yang merupakan pemberian materi oleh para pengajar yang berkompeten dalam bidang bantuan kemanusiaan dan penanggulangan kebencanaan.


Pimpinan US Marine Corps dalam satuan Marine Rotational Force-Darwin (MRD-F) yang bermarkas di Australia, Colonel Brendan Sullivan mengatakan bahwa keikutsertaan Amerika Serikat dalam acara tersebut dikarenakan rasa kepedulian terhadap bantuan kemanusiaan di wilayah-wilayah negara sahabat.

“Salah satu alasan kami ikut berpartisipasi dalam 'Crocodile Response' bersama TNI dan ADF dikarenakan kami mempunyai rasa kepedulian yang tinggi dalam menjaga stabilitas keamanan wilayah dan kami memiliki tanggung jawab besar terhadap permasalahan bencana alam. Itu salah satu alasannya,” terang Sullivan.

Selain itu, pihaknya juga mengetahui bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan bencana alam yang tidak terduga sehingga memiliki badan penanggulangan bencana yang kompeten dalam menangani hal tersebut. Bagi dirinya dan marinir AS, keikutsertaan mereka dalam kegiatan tersebut merupakan salah satu pengalaman yang sangat berharga.


Salah satu contoh yang disebutkan Sullivan adalah mempelajari bagaimana TNI dan BNPB menyalurkan bantuan logistik ke daerah-daerah yang terkena bencana dengan skala operasi yang besar. Setidaknya, marinir AS akan mengikutsertakan sekitar 400 personel untuk pelatihan di lapangan.

Sementara itu Wakil Asisten Operasi TNI, Marsekal Pertama Budhi Achmadi menerangkan bahwa keikutsertaan Indonesia yang diwakili oleh TNI adalah untuk menguatkan peran angkatan bersenjata dalam ikut serta menanggulangi dan menghadapi bencana.

“Selama ini TNI menjadi garda terdepan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana. Sejauh ini TNI selalu bekerjasama dengan BNPB sehingga harapannya dengan mendapatkan teori dan materi penanggulangan bencana dari BNPB nantinya TNI semakin bersinergi, bisa memiliki SOP yang sama dengan BNPB, juga mendapatkan ilmu dari rekan-rekan marinir AS dan angkatan bersenjata Australia,” ungkap Budhi kepada VOA.

Untuk tahun ini, Budhi menambahkan bahwa salah satu fokus materi adalah penanggulangan bencana kebakaran hutan dan banjir. Untuk sesi materi sendiri setidaknya diikuti oleh 40 orang peserta dari tiga negara tersebut.

Salah satu personel marinir AS peserta Academic Session, Ramarro Lamar, mengatakan dirinya sangat senang bisa ikut serta dalam pelatihan tersebut. Lamar yang baru bergabung dengan marinir AS sekitar empat tahun lalu mengungkapkan bahwa pelatihan ini dirasa penting untuk menanggapi bencana alam yang datang tidak terduga. “Sangat penting untuk tetap siaga dalam menanggapi bencana alam dengan cepat yang ada di sekitar kita, sehingga keikutsertaan kami di sini juga untuk membantu jika ada kejadian (bencana alam.red) di Indo-Pasifik,” terang Lamar.

Lamar mengungkapkan keseriusannya dalam mengikuti pelatihan Crocodile Response 2023 ini untuk mendapatkan ilmu-ilmu baru, khususnya dari pihak Indonesia yang sudah seringkali menanggapi bencana alam dan penanggulangannya.

“Salah satu keuntungan saya mengikuti pelatihan ini adalah mempelajari bagaimana Indonesia memberikan bantuan kemanusiaan setiap kali ada bencana alam. Saya mengikuti dengan baik pelajaran yang ada di kelas, saya senang kami memiliki satu tujuan yang sama sebagai tim,” pungkas Lamar.

Crocodile Response Exercise merupakan latihan trilateral tahunan antara Indonesia, Amerika Serikat dan Australia dalam operasi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana. Selain dari angkatan bersenjata, latihan bersama ini juga diikuti oleh lembaga non negara seperti Basarnas, BNPB, Kementerian Luar Negeri Australia dan USAID serta US Bureau of Humanitarian Assistance.

Acara ini berlangsung di Indonesia, bertempat di Pusdiklat BNPB, Sentul, Jawa Barat dari 10-12 Mei 2023 untuk sesi akademik. Sementara untuk sesi latihan simulasi yakni Command Post Exercise dan Field Training Exercise diadakan di Darwin, Australia dari 15 hingga 27 Mei mendatang. [iy/lt]