logo2

ugm-logo

Blog

Analisis Gempa Turkiye yang Menimbulkan Banyak Korban Jiwa

KOMPAS.com – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,8 mengguncang Turkiye Senin (6/2/2022) siang waktu setempat. Guncangan gempa Turkiye tersebut bahkan berdampak hingga Suriah.

Dilansir dari Daily Mail, gempa bumi Turkiye tersebut berpusat di dekat Kota Gaziantep, Turkiye.

Gempa Turkiye mempunyai kedalaman episentrum sekitar 18 kilometer.

Dilansir dari CNN, Senin (6/2/2023), setidaknya sebanyak 4.300 orang meningggal dunia akibat gempa Turkiye tersebut.

Perinciannya yakni 2.931 orang di Turkiye dan 1.451 orang di Suriah.

Sementara itu setidaknya 15.800 orang di Turkiye juga luka-luka.

Bangunan-bangunan perumahan, sekolah, dan perkantoran runtuh akibat gempa tersebut. Lantas apa penyebabnya dan mengapa banyak timbul korban jiwa?

Penyebab gempa

Lokasi gempa Turki atau Turkiye bermagnitudo 7,8 yang mengguncang selatan negara itu pada Senin (6/2/2023).
AP Lokasi gempa Turki atau Turkiye bermagnitudo 7,8 yang mengguncang selatan negara itu pada Senin (6/2/2023).

Menurut pakar kegempaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan bahwa gempa tersebut diakibatkan oleh sistem sesar Anatolia.

“Sumber gempa di Turki kita sebut dengan Anatolian Fault System atau Sistem Sesar Anatolia, yang merupakan sesar aktif yang berada di daratan maupun masuk ke bagian lautan,” ujar Irwan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (7/2/2023).

Menurut Irwan, sesar tersebut mirip dengan sesar Sumatera yang sangat aktif.

“Ada sumber gempa yang sangat aktif, mungkin mirip jika dengan sistem sesar Sumatera yang sangat tinggi aktivitasnya,” kata Irwan.

Lempeng sesar tersebut bergerak yang mengakibatkan terjadinya gempa.

Dikutip dari Washington Post, Turkiye memiliki dua sesar utama, yakni sesar Anatolia Utara sepanjang 930 mil dan sesar Anatolia Timur sepanjang lebih dari 300 mil.

Diperkirakan, sesar Anatolia Timur yang sudah menyebabkan gempa bumi tersebut.

Dalam hal ini, gempa bumi terjadi pada sesar atau patahan geser di kerak bumi.

Lempeng sesar tersebut bergerak yang mengakibatkan terjadinya gempa.

Jadi, gempa tersebut merupakan gempa tektonik yang disebabkan oleh pergerakan Sesar Anatolia.

Penyebab banyaknya korban jiwa

Irwan memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya korban jiwa yang meninggal akibat gempa Turkiye tersebut, yakni:

1. Gempa dangkal

Gempa di Turkiye tersebut termasuk dalam gempa dangkal yang hanya belasan kilo yakni 18 kilometer.

“Pertama itu karena gempa dangkal. Kedalamannya itu dangkal ya, di bawah 30 km. Hanya beberapa belasan km, termasuk gempa dangkal,” kata Irwan.

Dikutip dari Aljazeera, gempa dengan kedalaman 18 km tersebut juga berkontribusi membuat gempa tersebut sangat dahsyat.

2. Magnitudo yang besar

Irwan menambahkan bahwa magnitudo yang signifikan besar menjadi salah satu penyebab banyaknya korban jiwa.

“Kemudian magnitudo-nya pun signifikan, di atas 7 bahkan 7,8,” kata Irwan.

Dikutip dari Japan Times, gempa susulan yang bermagnitudo 7,5 juga menjadi penyebab dari parahnya dampak dari gempa.

3. Terjadi di daerah padat penduduk

Selain kedua hal di atas, Irwan menambahkan banyaknya korban jiwa pada gempa Turkiye tersebut lantaran gempa terjadi di daerah dengan padat penduduk.

“Hal ketiga yang menakutkan adalah terjadi di daerah dengan penduduk yang padat,” papar dia.

Diketahui gempa utama terjadi pada pukul 04.17 waktu setempat, di mana mayoritas penduduk masih tertidur.

4. Konstruksi bangunan

Irwan menjelaskan, faktor keempat yang menjadi penyebab banyaknya korban jiwa gempa Turkiye adalah konstruksi bangunan yang bervariasi.

Bervariasi dalam hal ini yakni konstruksi bangunan ada yang sudah dipersiapkan untuk menghadapi gempa dan ada juga yang belum.

Irwan menjelaskan bahwa bangunan yang ada di Anatolia belum sebaik di daerah Ankara atau Istanbul.

Bangunan yang ada di Anatolia imbuhnya, kebanyakan bangunan yang relatif lama.

“Daerah sekitar Ankara dan Istanbul bangunannya relatif baru, yang konstruksi bangunan pun sudah lebih baik dibanding dengan daerah Anatolia yang menjadi sumber gempa,” papar dia.

Sementara itu, dikutip dari BBC,  kekokohan bangunan juga menjadi salah satu faktornya banyaknya korban jiwa akibat gempa Turkiye.

Terlebih dijelaskan, bahwa wilayah yang terdampak gempa disebutkan sudah tidak ada gempa besar selama lebih dari 200 tahun sehingga gedung dan masyarakatnya tidak siap untuk gempa besar yang akan terjadi.

Hasil Analisis Gempa Turki oleh BMKG: Jalur Patahan 300 KM Lebih, Gempa Terbesar dalam Sejarah

Update Terbaru! Hasil Analisis Gempa Turki oleh BMKG: Jalur Patahan 300 KM  Lebih, Gempa Terbesar dalam Sejarah - Ayo Jakarta

AYOJAKARTA.COM--Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melalui Daryono mengungkapkan hasil analisis gempa yang terjadi di Turki baru-baru ini.

Sebuah gempa berkekuatan 7,8 Magnitudo telah terjadi di Turki pada Senin (6/2/2023).

Sehubungan dengan hal tersebut, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG mengungkapkan hasil analisis tentang gempa Turki yang terjadi pada pagi hari ini.

Daryono melaporkan informasi yang telah diketahui tentang pusat gempa, jalur patahan, hingga sejarah kegempaan yang terjadi di Turki sejauh ini.

Dikutip AyoJakarta.com dari akun twitter @DaryonoBMKG, gempa Turki yang terjadi pagi ini diketahui berpusat di Turki selatan.

Tak hanya itu saja, Daryono juga menyebutkan bahwa pusat gempa ini berada di persimpangan tiga lempeng tektonik.

“Gempa merusak M7.8 yang berpusat di Turki selatan, berada di persimpangan tiga Lempeng Anatolia, Arab, dan Afrika,” ujar Daryono melalui cuitannya.

Sementara itu, hasil monitoring dari BMKG menyebutkan bahwa gempa susulan yang terjadi di Turki ini menunjukkan retakan jalur patahan dengan jarak lebih dari 300 km.

Bukan main-main, retakan pada jalur ini diperkirakan terjadi sepanjang Patahan anatolia timur.

“Hasil monitoring gempa susulan Turki Selatan menunjukkan panjang retakan di jalur patahan lebih dari 300 kilometer. Patahan ini pecah hampir sepanjang Patahan Anatolia Timur,” terangnya.

Sementara itu, Daryono menyatakan bahwa gempa bumi yang terjadi pada pagi ini menjadi peristiwa kegempaan dengan kekuatan Magnitudo terbesar sepanjang sejarah yang tercatat. Adapun catatan sebaran gempa ini dilihat sejak dioperasikannya seismograf atau alat pencatat gempa pada tahun 1900-an.

“Dengan mengamati sebaran gempa Magnitudo > 7 sejak dioperasikan seismograf (~1900), peristiwa gempa besar dan merusak M7.8 hari ini merupakan gempa yang terbesar yang pernah tercatat di wilayah Turki Selatan,” ungkapnya.

Di sisi lain, sejarah gempa bumi Turki menyebutkan bahwa sebagian besar gempa di negara tersebut hanya terjadi di wilayah bagian utara, bukan selatan.

“Sejarah gempa Turki mencatat, selama ini sebagian besar gempa kerak dangkal dahsyat hanya terjadi di sepanjang Sesar Anatolia Utara di wilayah Turki Utara, bukan di selatan,” tulisnya.***

Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Tembus 12 Ribu Jiwa

Jakarta, CNN Indonesia -- Korban tewas akibat gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah menanjak menjadi setidaknya 12.049 orang.

Dilansir CNN, Kamis (9/2), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan jumlah korban tewas di Turki meningkat menjadi setidaknya 9.057 orang dengan 52.979 lainnya dilaporkan terluka.

Sementara, White Helmets, sebuah organisasi sukarelawan di Suriah, mengungkapkan total korban jiwa di Suriah naik menjadi 2.992. Jika dirinci, 1.730 korban jiwa berada di daerah yang dikuasai pemberontak di barat laut. Kemudian, 1.262 korban jiwa lainnya berada di bagian yang dikuasai pemerintah Suriah.

Jumlah korban luka-luka di Suriah di semua wilayah yang terkena dampak juga naik menjadi 5.108, baik di daerah pemberontak maupun yang dikuasai pemerintah.

Setidaknya 58.087 orang terluka di Suriah dan Turki, menurut angka dari pemerintah Turki, White Helmets dan media pemerintah Suriah.

Jumlah korban tewas di kedua negara melampaui proyeksi Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey/USGS) yang memperkirakan 10 ribu orang.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kematian akibat gempa dahsyat itu bisa mencapai 20 ribu jiwa.

Angka kematian masih bisa berubah mengingat upaya penyelamatan korban dari puing-puing bangunan yang runtuh masih dilakukan.

Gempa dahsyat berkekuatan M 7,7 mengguncang Turki dan Suriah pada Senin dini hari pukul 04.17, waktu setempat. Gempa itu disebut sebagai yang terbesar dalam 100 tahun terakhir sejak 1939.

Pada Selasa lalu, Erdogan mengumumkan status darurat bencana selama tiga bulan usai gempa mengguncang negaranya.

Status darurat itu berlaku di 10 provinsi negara tersebut. Kesepuluh provinsi bakal dinyatakan sebagai bagian dari zona bencana gempa.

"Kami memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat guna memastikan bahwa penyelamatan dan pemulihan kami dapat dilakukan dengan cepat," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip AFP.

Dalam kesempatan itu, Erdogan menegaskan bakal mengirim lebih dari 50 ribu personel penyelamat ke daerah terdampak.

Dia juga bakal mengalokasikan 100 miliar lira atau setara Rp80 triliun untuk dana bantuan.

Warga negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri bisa melaporkan diri melalui portal peduli WNI secara online di situs www.peduliwni.kemlu.go.id.

Sementara itu, bagi keluarga yang ingin menghubungi kerabat atau rekan di Turki, bisa menghubungi hotline perlindungan WNI di Ankara, yakni +905321352298.

Untuk di Suriah, dapat menghubungi hotline perlindungan WNI di Damaskus, yakni +963954444810.

Belum Sebulan 2023, BNPB Catat Ada 81 Kali Kejadian Bencana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 81 kalikejadian bencana terjadi di awal tahun 2023. Kejadian bencana tersebut diantaranya gempa bumi dua kali, cuaca ekstrem 37 kejadian, banjir 19, tanah longsor 13, kebakaran hutan dan lahan tujuh, dan gelombang pasang tiga.

"Hari ini baru tanggal 18 Januari 2023, tetapi sudah terjadi 81 kali bencana, dengan kata lain memang setiap hari di negara kita ini terjadi bencana 4/5 kali bencana," ujar Kepala BNPB Letjen TNI TNI Suharyanto saat Rapat Kerja BNPB dengan Komisi VIII DPR RI yang disiarkan secara daring, Rabu (18/1/2023).

Suharyanto mengatakan, bencana yang terjadi di awal 2023 ini didominasi bencana hidrometeorologi basah. Suharyanto mengatakan, bahkan di awal tahun ini banjir cukup signifikan terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah.

"Hampir seluruh kabupaten kota di sana alami banjir pada saat awal tahun kemudian juga Sulawesi Selatan, 20 kabupaten kota juga banjir dan masih banyak di tempat-tempat lainnya," ujar Suharyanto.

Sementara, BNPB mencatat ada 3.542 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia pada 2022. Secara keseluruhan kejadian 3.542 bencana pada 2022 juga didominasi bencana hidrometeorologi basah yakni banjir 1.530, cuaca ekstrem 1.067, tanah longsor 634, Karhutla 252, gelombang pasang dan abrasi 26, kekeringan empat, gempa bumi 28 erupsi dan gunung api 1.

Jika dibandingkan sebelumnya, jumlah ini mengalami penurunan yakni ada lebih dari 5 ribu bencana pada 2021.

Namun demikian, dari sisi dampak dan kerugian justru mengalami peningkatan.

"Apabila dibandingkan dengan tahun 2021 memang dari segi kuantitas jumlah ini mengalami penurunan, kalau kita lihat dampaknya baik itu dampak kerusakan rumah, fasilitas infrastruktur maupun kerugian jiwa di tahun 2022 ini mengalami peningkatan," kata Suharyanto.

Dalam catatan BNPB, korban meninggal akibat bencana pada 2023 yakni 857 meninggal dunia, 46 hilang, 5juta orang lebih mengungsi dan 8.726 luka-luka. Sementara dampak kerusakan ada 95.324 rumah rusak, 1.980 fasilitas rusak, 163 perkantoran dan 342 jembatan.

Suharyanto mencontohkan, gempa bumi di Cianjur dengan kekuatan 5,6 Magnitudo pada akhir Tahun 2022 telah meluluhlantakkan beberapa kecamatan.

"Apalagi tadi Bapak ketua juga menyampaikan di akhir tahun kemarin, juga terjadi bencana yg cukup besar yaitu bencana Cianjur, meskipun kekuatannya 5,6 skala richter tetapi karena kedalamannya juga cukup dangkal 10 km dan berada di darat sehingga dampak yang terjadi juga cukup signifikan," ujarnya.

Belum Sebulan 2023, BNPB Catat Ada 81 Kali Kejadian Bencana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 81 kalikejadian bencana terjadi di awal tahun 2023. Kejadian bencana tersebut diantaranya gempa bumi dua kali, cuaca ekstrem 37 kejadian, banjir 19, tanah longsor 13, kebakaran hutan dan lahan tujuh, dan gelombang pasang tiga.

"Hari ini baru tanggal 18 Januari 2023, tetapi sudah terjadi 81 kali bencana, dengan kata lain memang setiap hari di negara kita ini terjadi bencana 4/5 kali bencana," ujar Kepala BNPB Letjen TNI TNI Suharyanto saat Rapat Kerja BNPB dengan Komisi VIII DPR RI yang disiarkan secara daring, Rabu (18/1/2023).

Suharyanto mengatakan, bencana yang terjadi di awal 2023 ini didominasi bencana hidrometeorologi basah. Suharyanto mengatakan, bahkan di awal tahun ini banjir cukup signifikan terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah.

"Hampir seluruh kabupaten kota di sana alami banjir pada saat awal tahun kemudian juga Sulawesi Selatan, 20 kabupaten kota juga banjir dan masih banyak di tempat-tempat lainnya," ujar Suharyanto.

Sementara, BNPB mencatat ada 3.542 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia pada 2022. Secara keseluruhan kejadian 3.542 bencana pada 2022 juga didominasi bencana hidrometeorologi basah yakni banjir 1.530, cuaca ekstrem 1.067, tanah longsor 634, Karhutla 252, gelombang pasang dan abrasi 26, kekeringan empat, gempa bumi 28 erupsi dan gunung api 1.

Jika dibandingkan sebelumnya, jumlah ini mengalami penurunan yakni ada lebih dari 5 ribu bencana pada 2021.

Namun demikian, dari sisi dampak dan kerugian justru mengalami peningkatan.

"Apabila dibandingkan dengan tahun 2021 memang dari segi kuantitas jumlah ini mengalami penurunan, kalau kita lihat dampaknya baik itu dampak kerusakan rumah, fasilitas infrastruktur maupun kerugian jiwa di tahun 2022 ini mengalami peningkatan," kata Suharyanto.

Dalam catatan BNPB, korban meninggal akibat bencana pada 2023 yakni 857 meninggal dunia, 46 hilang, 5juta orang lebih mengungsi dan 8.726 luka-luka. Sementara dampak kerusakan ada 95.324 rumah rusak, 1.980 fasilitas rusak, 163 perkantoran dan 342 jembatan.

Suharyanto mencontohkan, gempa bumi di Cianjur dengan kekuatan 5,6 Magnitudo pada akhir Tahun 2022 telah meluluhlantakkan beberapa kecamatan.

"Apalagi tadi Bapak ketua juga menyampaikan di akhir tahun kemarin, juga terjadi bencana yg cukup besar yaitu bencana Cianjur, meskipun kekuatannya 5,6 skala richter tetapi karena kedalamannya juga cukup dangkal 10 km dan berada di darat sehingga dampak yang terjadi juga cukup signifikan," ujarnya.