logo2

ugm-logo

Blog

Drainase di Kota Besar Pantura Jawa Tak Cukup Hadapi Banjir

Merdeka.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan drainase pada kota-kota berpopulasi besar serta kawasan pantai utara (pantura) di Pulau Jawa, tidak cukup untuk menghadapi banjir yang disebabkan curah hujan dan gelombang tinggi.

"Populasi ini memberikan tekanan pada ekosistem yang mungkin sistem drainasenya tidak mampu menghadapi curah hujan tinggi," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam Disaster Briefing yang diikuti daring di Jakarta, seperti dilansir Antara, Rabu (4/1).

taboola mid articleIa mengatakan kota besar yang dimaksud di antaranya pesisir Jabodetabek, Semarang (Jateng) dan Surabaya (Jatim).

BNPB mengharapkan seiring dengan dilakukannya teknologi modifikasi cuaca (TMC) guna mengurangi dampak cuaca ekstrem dan potensi hujan berintensitas lebat, pemerintah daerah dapat membenahi drainase primer dan sekunder.

TMC yang dilakukan pada masa Natal dan Tahun Baru 2023, menurut Abdul Muhari, setidaknya telah mengurangi potensi hujan dan perkiraan bencana hidrometeorologi basah yang sebelumnya telah diprediksi.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Dikki Rulli Perkasa mengatakan curah hujan tinggi pada akhir tahun 2022 menimbulkan tantangan baru.

"Tantangan kami curah hujan tinggi, ada keterbatasan kemampuan drainase primer, termasuk sisi utara Jawa, pada saat yang sama terjadi gelombang pasang, atau permukaan air laut tinggi," katanya.

Hal itu, kata dia, menyebabkan fenomena banjir, termasuk di lintasan rel kereta api. Seolah-olah membuat kereta api berjalan di atas laut.

Air yang menggenang, katanya, tidak bisa bergerak ke arah laut dan menjadi genangan yang lama surutnya. Suasana yang hampir sama juga dialami Jawa Tengah pada Februari 2021.

Ia mengatakan BPBD Jateng telah mengantisipasi potensi curah hujan tinggi dan gelombang tinggi pada 31 Desember 2022- 8 Januari 2023 melalui informasi yang diberikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Kebijakan TMC yang dilakukan BNPB, kata dia, cukup berhasil menekan potensi curah hujan tinggi, sehingga pada sore hari yang biasanya berpotensi hujan, kini hanya terbentuk awan mendung.

Ia mengatakan saat ini kondisi genangan di pantura Jateng mulai terkendali dan surut. Beberapa wilayah tergenang yang mengganggu mobilitas masyarakat di antaranya Kecamatan Genuk, Semarang hingga Kabupaten Demak dan Kabupaten Kudus, serta Kabupaten Pati.

Pompa air yang dioperasionalkan Dinas Sumber Daya Air masih terus berfungsi, dan Kementerian PUPR telah memastikan sistem drainase bekerja efektif.

Kerugian akibat banjir mencakup 15 Kabupaten/Kota di Jateng. Pengungsi yang mulai meninggalkan lokasi pengungsian ada di Kabupaten Pekalongan, Kudus, Demak dan Batang.

"Ke depan ini akan menjadi PR kita bagaimana bencana rob bisa kita kendalikan dan potensi bencana lain secara otomatis bisa kita atasi," demikian Dikki Rulli. [eko]

Gunung Anak Krakatau Meletus, Ketinggian Abu Mencapai 3.000 Meter

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Anak Krakatau (GAK) kembali meletus pada Rabu sore, (4/1/2023), pukul 15.09 wib. Ketinggian semburan abu vulkanik mencapai 3.000 meter dari atas puncak.

Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Ade Yasser Akhmad Purwata, petugas pos pantau GAK Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, yang diunggah di aplikasi resmi Magma Indonesia menuliskan bahwa kolom abu berwarna hitam tebal mengarah ke timur.

Letusan itu terekam di alat seismogram dengan amplitudo maksimum 65mm dan berdurasi 1 menit 37 detik.

Dalam laporan lainnya, letusan gunung berapi di perosotan Selat Sunda itu terjadi juga pukul 14.10 wib, di hari yang sama, dengan ketinggian 100 meter.

128 Keluarga di Simeulue Aceh Terdampak Banjir, Puluhan Rumah Terendam

Merdeka.com - Banjir di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh menyebabkan 128 keluarga terdampak. Selain itu puluhan rumah terendam banjir. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Simeulue Zulfadli mengatakan, korban terdampak tersebut merupakan warga Desa Leubang Hulu, Kecamatan Teupah Barat.

"Hujan lebat yang terjadi sejak beberapa hari terakhir menyebabkan puluhan rumah di Desa Leubang Hulu, Kecamatan Teupah Barat, Kabupaten Simeulue direndam banjir. Sebanyak 128 keluarga terdampak bencana tersebut," kata Zulfadli. Minggu (18/12). Dikutip dari Antara.

taboola mid article

Ketinggian banjir yang melanda wilayah tersebut mencapai 80 sentimeter. Banjir tidak hanya merendam rumah penduduk, tetapi juga fasilitas umum seperti sekolah, masjid dan badan jalan.

"Banjir juga merendam persawahan dan perkebunan serta memutuskan akses warga dari dan ke daerah tersebut. Hingga kini, belum ada warga yang mengungsi. Warga masih bertahan di rumah masing-masing," lanjutnya.

Selain di Desa Leubang Hulu, kata Zulfadli, banjir juga terjadi di Desa Abail, Kecamatan Teupah Tengah, Kabupaten Simeulue. Banjir merendam jalan raya hingga tidak dapat dilewati.

"Untuk membantu warga melintas, tim BPBD Simeulue dibantu pihak terkait menyediakan perahu karet. Selain itu, warga desa membuat rakit membantu masyarakat yang melintas," terangnya.

Zulfadli mengatakan tim BPBD Kabupaten Simeulue juga sudah diturunkan ke lokasi banjir untuk menyalurkan bantuan, mendata masyarakat terdampak, serta menilai kerugian akibat musibah ini.

"Tim juga bersiaga membantu masyarakat yang membutuhkan evakuasi. Kami juga sudah menyiapkan kebutuhan masa panik seperti dapur umum, dan tenda pengungsian," bebernya.

BPBD mengimbau masyarakat di Kabupaten Simeulue mewaspadai cuaca ekstrem yang berpotensi menyebabkan bencana alam.

"Berdasarkan peringatan dini BMKG, ada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di beberapa wilayah di Kabupaten Simeulue hingga beberapa hari ke depan," tandasnya.

Korban Terdampak Banjir Bandang Boalemo Gorontalo Capai 6.612 Jiwa

GORONTALO, KOMPAS.com – Sebanyak 2.061 Kepala Keluarga (KK) atau 6.612 jiwa warga Kabupaten Boalemo, Gorontalo terdampak banjir bandang yang terjadi akibat hujan keras berkepanjangandengan ketinggian air mencapai 1 meter.

Cuaca ekstrem ini mulai dirasakan pada Jumat yang menyebabkan sungai meluap sampai ke permukiman. Warga yang berada di bantaran sungai sampai pusat kota Kabupaten Boalemo mulai didatangi air bah. Jalan, fasilitas umum dan rumah warga digenangi air.

“Banjir bandang terjadi mulai Sabtu pada sore sampai malam,” kata Mans Mopangga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Senin (19/12/2022).

Akibat bencana ini ribuan warga menjadi korban luapan, air dan lumpur memasuki rumah-rumah warga dan fasilitas umum.

Mans Mopangga mengungkapkan, sebanyak 6.612 jiwa menderita akibat banjir bandang. Mereka berasal dari beberapa desa di Kecamatan Tilamuta

Ia merinci korban terdampak banjir berada di Desa Piloliyanga sebanyak 616 KK atau 2.132 jiwa, Limbato 427 KK atau 1.321 jiwa, Mohunggo 450 KK atau 1350 jiwa, Hungayonaa 25 KK atau 125 jiwa dan di Desa Lamu sebanyak 53 KK atau 214 jiwa.

Selain di Kecamatan Tilamuta, di Kecamatan Dulupi juga terdapat 1470 jiwa atau 490 KK yang terdampak banjir bandang.

Dinas Sosial Bersama Tagana Kabupaten Boalemo sudah melakukan asesmen dan pendataan di korban terdampak di lokasi, mereka juga sudah melakukan evakuasi barang berharga milik korban terdampak, distribusi bantuan makanan.

“Pemerintah juga mengirim bantuan logistik untuk penyintas melalui gudang Dinas Sosial Provinsi Gorontalo dan Baznas Kabupaten Boalemo,” kata Mans Mopangga.

Mans Mopangga menyebut ada sejumlah kendala yang dihadapi di lokasi bencana, antara lain kesulitan mengaskses komunikasi melalui jaringan seluler sehingga petugas di lapangan tidak bisa cepat mengirim laporan hasil asesmen di lokasi banjir.

Hidup di Bawah Bayang-Bayang Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Merdeka.com - Ancaman banjir lahar dingin Semeru masih bisa terjadi sewaktu-waktu. Tetapi warga tetap nekat menyeberangi sungai aliran lahar Semeru untuk beraktivitas sehari-hari.

Pasca banjir lahar dingin yang terjadi pada Sabtu (17/12) lalu, warga bantaran sungai Regoyo masih beraktivitas di sekitar aliran sungai. Mereka mengaku terpaksa karena tidak memiliki alternatif jalan lain.

taboola mid article

Perlu diketahui, banjir lahar dingin mengakibatkan Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang Jawa Timur terisolir hingga saat ini.

Hal itu dikarenakan jembatan limpas yang merupakan akses satu-satunya penghubung Dusun tersebut ambles akibat diterjang banjir lahar dingin disertai sisa material erupsi Semeru.

Alhasil, warga setempat harus nekat menantang maut dengan melintasi sungai aliran lahar yang masih deras. Terlihat, sejumlah warga turun langsung melewati aliran sungai lahar untuk bisa menyeberang keluar agar bisa melakukan aktivitas sehari-hari.

Meski dihantui rasa takut dan trauma, namun tak ada pilihan lain warga setempat untuk bisa melanjutkan aktivitas sehari-hari untuk kelangsungan hidup.

Samsul, warga Sumberlangsep mengaku semenjak jembatan penghubung Dusunnya ambles diterjang banjir lahar, praktis aktivitas warga setempat terhambat.

"Sekarang sulit jalan sudah enggak ada sama sekali, bisa tapi agak sengsara," katanya saat ditemui pada Minggu (18/12).

Ia mengaku khawatir saat menyeberangi sungai lahar material sisa erupsi Semeru ambles dan bisa mencelakai warga yang melintas.

"Semuanya pada kesusahan semua, sebetulnya saya takut, khawatir waktu diinjak (sisa material erupsi) itu ambles, makanya motor saya ditaruh di seberang jalan," jelasnya.

Selain memutus jalur untuk menuju Dusun Sumberlangsep, banjir yang terjadi beberapa waktu lalu juga membuat rumah warga setempat rusak parah.

Terlihat bangunan rumah yang letaknya tak jauh dari sungai Regoyo itu sudah hancur. Sebagian bangunan rumah juga telah terendam material erupsi.

Sementara itu, pihak BPBD Lumajang mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati mengingat adanya potensi terjadinya banjir lahar dan letusan sekunder.

Warga diimbau untuk tetap berhati-hati saat beraktivitas di sepanjang daerah aliran lahar yang berhulu ke Gunung Semeru. Hal ini mengingat intensitas curah hujan di wilayah sekitar sungai aliran lahar masih tinggi.

"Saat ini hujan bisa terjadi sewaktu -waktu meski tidak merata, maka dari itu tingkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian, karena sisa material yang berada di Kamar Kajang, Kajar Kuning, Curah Kobokan dan sungai lanang itu masih banyak," ujar Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang Wawan Hadi Siswoyo.

Selain itu, ia juga mengimbau warga untuk terus tingkatkan kewaspadaan akan bagi warga yang meLintasi zona merah mengingat status Gunung Semeru masih pada level 3 Siaga.

"Potensi guguran APG ini masih ada, jadi tetap waspada karena status Semeru masih Siaga level 3," ujarnya.

[rhm]