logo2

ugm-logo

Blog

Link untuk Pantau Status Terkini Letusan Gunung Semeru

semeru

KOMPAS.com - Gunung Semeru erupsi terjadi kembali pada Minggu kemarin (4/12/2022).Setahun lalu, tepatnya 4 Desember 2021, gunung yang terletak di antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang itu juga sempat mengalami erupsi.

Erupsi atau letusan vulkanik di Gunung Semeru kali ini disertai dengan Awan Panas Guguran (APG) dan aktivitas gempa. Semula pada Minggu kemarin (4/12/2022), sekitar pukul 06.00 WIB, Gunung Semeru dilaporkan masih dalam status Siaga (level 3).

Kemudian, mulai 18.00 WIB, status Gunung Semeru naik menjadi Awas (level 4). Per hari ini, Senin (5/12/2022), sekitar pukul 00.00 - 06.00 WIB, Gunung Semeru erupsi mengakibatkan gempa letusan dengan amplitudo 11-22 mm berdurasi 65-120 detik.

Kemudian, terjadi pula satu kali gempa Awan Panas Guguran dengan amplitudo 25 mm berdurasi 386 detik. Kondisi dan status Gunung Semeru di atas, semuanya bisa dipantau secara berkala melalui website Magma Indonesia.

Untuk diketahui, website yang beralamatkan di “magma.esdm.go.id” itu merupakan buatan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Bila hendak turut memantau status Gunung Semeru terkini melalui website Magma Indonesia, berikut adalah penjelasan lengkap caranya.

Cara memantau status Gunung Semeru terkini

  • Kunjung link pantau status Gunung Semeru ini https://magma.esdm.go.id/
  • Selanjutnya, bakal muncul peta sebaran gunung api di Indonesia.
  • Bila peta itu telah muncul, silakan klik ikon garis tiga dan pilih opsi “Cari Gunung Api”. Kemudian, cari Gunung Semeru dan peta akan otomatis menavigasi ke titik lokasinya.
  • Saat titik lokasi telah ditemukan, bakal muncul legenda di peta yang melambangkan status Gunung Semeru saat ini.
  • Klik legenda tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi dan status Gunung Semeru terkini.
  • Informasi yang tertera di sana bakal diperbarui secara berkala per enam jam.

Itulah cara memantau status Gunung Semeru terkini. Sebagai informasi tambahan, website “magma.esdm.go.id” tak hanya menampilkan informasi kondisi dan status Gunung Semeru, melainkan juga memberikan saran tindakan yang harus dilakukan masyarakat.

Lantaran status Gunung Semeru terkini adalah Awas, terdapat beberapa saran tindakan yang disajikan pada website “magma.esdm.go.id”. Adapun rincian saran tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 17 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 19 km dari puncak.
  2. Tidak beraktivitas dalam radius 8 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
  3. Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Pantauan Terkini Semeru Erupsi, Guguran Awan Panas Sejauh 7 Km hingga Imbauan PVMBG

KOMPAS.com - Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali mengalami erupsi, Minggu (4/12/2022).

Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, mencatat, awan panas guguran dari puncak Gunung Semeru memiliki kolom abu berwarna kelabu.

Intensitas terpantau sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak.

Lalu, dumber awan panas guguran itu berasal dari tumpukan di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko.

PVMBG mengimbau warga tidak beraktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak.

"Di luar jarak itu, masyarakat diminta tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak," kata Mukdas Sofian, petugas Pemantauan Gunung Api (PGA) Semeru.

Waspada potensi lahar di aliran sungai 

Sementara itu, berdasarkan pantauan CCTV Semeru, fenomena APG terus berlangsung hingga pagi ini pukul 07.42 Wib.

Jarak luncurannya bervariasi antara 5-7 kilometer. Hingga berita ini diturunkan, fenomena awan panas guguran Gunung Semeru masih berlangsung.

Dilansir dari Antara, petugas meminta masyarakat mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Antisipasi hujan abu

Selain itu, Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Joko Sambang menjelaskan, pihaknya telah membagikan masker gratis kepada masyarakat untuk langkah antisipasi terjadi hujan abu.

"Abu vulkanik mengarah ke selatan, ke Rowo Baung. Di sana sudah ada teman-teman membagikan masker dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat," kata Joko.

Peneliti ITS Jelaskan Mengapa Jepang Waspada Tsunami Pasca-erupsi Gunung Semeru

KOMPAS.com - Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, membuat Jepang waspada akan ancaman terjadi bencana tsunami.

Hal ini dikatakan Badan Meteorologi Jepang, yang menyebutkan kemungkinan tsunami sedang dipantau setelah erupsi Gunung Semeru pada Minggu (4/12/2022) dini hari.

Meski demikian, Peneliti Bencana Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Dr Ir Amien Widodo, MSi mengatakan, erupsi yang terjadi saat ini tiddak akan sampai ke lautan.

Dia menepis pemberitaan mengenai kewaspadaan Jepang akan tsunami akibat erupsi Gunung Semeru.

"Tidak ada kemungkinan sampai ysunami ataupun letusan yang sampai lautan," ungkap Pakar Geologi ITS ini, dilansir dari Surya.co.id.

Amin menjelaskan, gunung berapi di darat seperti Semeru memiliki lahar yang tidak akan sampai pada bibir pantai.

"Sudutnya sudah datar sehingga tidak akan mungkin meletus sampai bibir pantai juga enggak mungkin karena energinya berkurang," tegasnya.

Menurutnya, pemicu tsunami terjadi jika gunung yang meletus berada di lautan seperti Krakatau dan gunung api dasar laut di Pasifik.

"Jepang memang mewaspadai karena khawatir akan ada tsunami karena ada gunung berapi di Pasifik yang bersebelahan dengan Jepang, yakni gunung Hunga di Pulau Tonga," lanjutnya.

Untuk saat ini, status Gunung Semeru paling akurat hanya bisa diberikan pos pantau.

Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali mengeluarkan erupsi, guguran awan panas sejauh 7 km, Minggu (4/12/2022).

Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat, awan panas guguran dari puncak Gunung Semeru memiliki kolom abu berwarna kelabu.

Intensitas terpantau sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi lebih kurang 1.500 meter di atas puncak.

Lalu, sumber awan panas guguran itu berasal dari tumpukan di ujung lidah lava yang berada sekitar 800 meter dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko.

PVMBG mengimbau warga tidak beraktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak.

"Di luar jarak itu, masyarakat diminta tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontibutor Lumajang, Jawa Timur, Miftahul Huda | Editor Gloria Setyvani Putri)

Gunung Semeru Erupsi, Jepang Beri Peringatan Ancaman Tsunami di Wilayahnya

Jakarta - Gunung Semeru di Jawa Timur, erupsi dan memuntahkan awan panas. Badan Meteorologi Jepang pun memperingatkan ancaman timbulnya tsunami di wilayah Jepang akibat erupsi Gunung Semeru.

Dilansir Kyodo News, Minggu (4/12/2022), badan cuaca Jepang memperingatkan bahwa tsunami dapat tiba di Pulau Miyako dan Yaeyama di prefektur selatan Okinawa sekitar pukul 14.30 waktu setempat.

Untuk diketahui, Semeru erupsi sekitar pukul 02.46 WIB dini hari ini dengan tinggi kolom abu 1.500 meter di atas puncak gunung sekitar 5.176 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik.

PVMBG Badan Geologi ESDM kini telah menaikkan status Gunung Semeru dari Siaga menjadi Awas. Kenaikan dari level 3 siaga ke level 4 itu terhitung mulai siang ini.

Kenaikan mulai pukul 12.00 WIB. Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan mengimbau tidak ada aktivitas dalam radius 8 km dari puncak Gunung Semeru.

"Tidak ada aktivitas dalam radius 8 km dari puncak, dan sektoral arah Tenggara (Besuk Kobokan dan Kali Lanang) sejauh 19 km dari puncak. Surat resmi peningkatan status segera disampaikan," ujar Hendra Gunawan dalam keterangan tertulis.

(mae/dhn)

Mengenal Persyaratan Teknologi Konstruksi Bangunan Tahan Gempa

Indonesia merupakan daerah yang dilalui Ring of Fire dan rentan akan terjadinya gempa bumi. Idealnya, kita sebagai penduduk Indonesia perlu memiliki bangunan tahan gempa. Bangunan anti gempa adalah bangunan yang mampu bertahan dari guncangan akibat adanya gempa dan juga fleksibel untuk meredam getaran gempa. Kedua syarat ini sangat penting supaya dapat memperkecil resiko bangunan runtuh sehingga dapat memberikan kesempatan kepada para penghuninya menyelamatkan diri. Prinsip dasar dari bangunan tersebut adalah:

1. Bobot Bangunan Ringan

Bahan bangunan untuk yang dipilih harus memiliki beban yang ringan, khususnya untuk konstruksi atap sebagai penutup bangunan bagian atas. Penggunaan material seperti galvalum untuk atap, bata ringan, baja ringan dan beton bertulang menjadi pilihan yang tepat. Bangunan dengan material yang lebih berat akan menimbulkan risiko runtuh yang lebih besar saat terjadi gempa bumi.

2. Struktur Sederhana

Struktur bangunan yang sederhana, compact, dan simetris memiliki kemampuan menahan beban yang lebih besar dibandingkan dengan bangunan yang memiliki struktur lebih kompleks. Hal ini menjadi tantangan para arsitek dan desainer bangunan, karena harus mampu menyeimbangkan antara estetika dengan fungsinya sebagai bangunan tahan gempa

3. Tinggi Bangunan Tahan Gempa

Sebaiknya tinggi bangunan tidak melebihi empat kali lebar bangunan. Denah bangunan juga sebaiknya sederhana, berbentuk lingkaran atau segi empat.

4. Dibangun Secara Monolit

Struktur beton bertulang merupakan struktur yang paling banyak digunakan atau dibangun, dibandingkan dengan jenis struktur yang lainnya. Struktur beton bertulang lebih murah dan lebih monolit dibandingkan dengan struktur baja maupun struktur komposit. Karena elemen-elemen dari struktur beton bersifat monolit, maka struktur ini mempunyai perilaku yang baik di dalam memikul beban bangunan tahan gempa.

5. Pondasi Bangunan Tahan Gempa

Sebagai struktur paling bawah, pondasi sangat penting untuk menyalurkan beban ke bawah. Oleh karena itu, pondasi wajib dibuat di dalam tanah keras dan stabil dengan minimal kedalaman 60 hingga 75 cm. Pembangunan pondasi sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut: Ditempatkan pada tanah yang stabil, terhubung dengan sabuk pondasi (sloff), diberi lapisan pasir yang berfungsi meredam getaran, sloff harus terkait kuat pada pondasi, dan tidak diletakkan terlalu dekat dengan dinding.