logo2

ugm-logo

Blog

BPBD: 63 rumah rusak akibat bencana banjir dan longsor di Purabaya

Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat jumlah rumah yang rusak akibat bencana banjir dan tanah longsor di Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada Jumat, (7/10) hingga Minggu, (9/10) mencapai 63 unit.

"BPBD bersama relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sukabumi hingga saat ini masih berada di lokasi untuk melakukan pendataan sekaligus memberikan bantuan kepada warga yang rumahnya terdampak bencana banjir dan tanah longsor di Kecamatan Purabaya," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Wawan Godawan Saputra di Sukabumi, Minggu.

Adapun rincian jumlah rumah yang rusak sesuai data dari BPBD setempat untuk bencana banjir di Desa Purabaya yakni jumlah rumah terendam sebanyak 152 unit dengan jumlah warga yang terdampak 183 kepala keluarga (KK) atau 586 jiwa. Kemudian rumah yang rusak pada kategori rusak ringan sebanyak 17 unit, rusak sedang enam unit dan rusak berat dua unit.

Selanjutnya di Desa Neglasari jumlah warga yang terdampak bencana banjir sebanyak 102 KK atau 374 jiwa dan untuk kerusakan rumah sebanyak 18 unit rusak ringan, tujuh unit rusak sedang dan delapan unit rusak berat.

Sementara bencana tanah longsor terjadi di Desa Margaluyu dengan jumlah warga yang terdampak 18 KK atau 43 jiwa kemudian untuk rumah yang rusak sebanyak tiga unit dan rusak berat dua unit.

Di tempat yang sama Staf Humas PMI Kabupaten Sukabumi Ariel Solehudin, mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan ada korban jiwa akibat bencana banjir maupun tanah longsor yang terjadi di wilayah Kecamatan Purabaya tersebut. Bantuan darurat untuk para penyintas bencana sudah mulai berdatangan dari berbagai lembaga dan komunitas warga.

Dari total warga yang terdampak 204 orang di antaranya merupakan anak-anak, ibu hamil dua orang dan warga yang sudah lanjut usia (lansia) sebanyak 70 orang. Beberapa warga yang rumahnya rusak mengungsi ke rumah kerabatnya terdekat, namun demikian Forkopimcam Purabaya pun sudah menyiapkan pengungsian di Gedung Olah Raga (GOR) Desa Purabaya.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Universitas Brawijaya Kembangkan IoT GIS untuk Mitigasi Bencana di Semeru

 REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan Internet of Things (IoT) berbasis Geographic Information System (GIS) untuk melakukan mitigasi bencana di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim). Wilayah tersebut merupakan daerah terdampak erupsi Gunung Semeru pada beberapa waktu yang lalu. 

Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik UB, Adipandang Yudono mengatakan, metode itu sebenarnya sudah diterapkan setelah erupsi Gunung Semeru hingga masa-masa pemulihan. Setelah erupsi Semeru, teknologi IoT digunakan untuk memasukkan data seperti jumlah pengungsi dan logistik, sebaran penyintas. "Kemudian juga data lokasi posko, obat-obatan dan makanan," katanya di Kota Malang, Kamis (29/9/2022).

Sementara itu, pada masa-masa pemulihan, teknologi IoT berbasis GIS digunakan untuk memetakan wilayah yang terdampak untuk pertanian dan peternakan. Kemudian juga untuk memetakan sektor lain seperti sekolah yang rusak.

Menurut Adipandang, data-data yang dihasilkan oleh IoT bisa menjadi informasi krusial. Hal ini terutama dalam menangani lokasi terdampak sehingga bisa dijadikan sistem pendukung untuk penentuan kawasan yang layak huni kembali. Kemudian juga untuk didelineasi sebagai kawasan lindung ke depannya.

Pada kesempatan sama, Pakar Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya (UB) Profesor Sukir Maryanto mengatakan, sistem IoT bisa bekerja dengan dua metode, yakni melalui media manusia dan sensor. Untuk media manusia, sistem kerja IoT menggunakan tiga tahapan.

Tahapan pertama, yakni IoT memasukan data untuk kemudian dilakukan pengelolaan . Dari Manajemen database akan diteruskan ke operasional dashboolard. Operasional ini akan berisi infografis berisi sebaran kegiatan, jumlah kegiatan serta grafiknya.

"Sedangkan secara elektronik, IoT melakukan pemasukan data berdasarkan sensor-sensor secara elektronik yang dipasang di suatu tempat," ucapnya.

Selanjutnya, penggunaan IoT berbasis geospasial ini bisa digunakan untuk kegiatan perencanaan pemulihan area terdampak erupsi semeru. Beberapa di antaranya seperti reboisasi atau penanaman kembali untuk hutan yang gundul karena longsor atau karena dampak bencana.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Semeru, Sujarwo, mengakui, IoT untuk mitigasi bencana ini memudahkan aktivitas mahasiswa yang terlibat dalam proyek kemanusiaan Semeru. Hal ini lebih khususnya ketika hendak mengidentifikasi kerusakan dan suplai informasi secara lebih baik. Beberapa di antaranya seperti jumlah bangunan yang rusak dan data-data wilayah terdampak.

Selain pemanfaatan IoT untuk mitigasi bencana, dalam Proyek Kemanusiaan MBKM Semeru juga dilakukan School and Town Watching System. Target sasaran program ini antara lain sekolah dan warga masyarakat.

Menurut dia, upaya mitigasi bencana di sekolah (School Watching) termasuk suatu metode atau proses untuk mengidentifikasi elemen-elemen sekolah yang berisiko. Lalu juga untuk menganalisis dampak risiko dan menemukan solusi dari permasalahan ketika terjadi bencana.

Ada pun town watching penanggulangan bencana merupakan program bagi orang yang bermukim di suatu wilayah. Lebih tepatnya kepada warga, anak-anak, atau mahasiswa dengan cara berkeliling wilayah melihat dan memahami tempat-tempat berbahaya ketika terjadi bencana maupun fasilitas untuk keselamatan. Kemudian memikirkan sendiri langkah antisipasi terhadap bahaya jika terjadi bencana.

Town Watching, kata dia, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan bencana. Lalu mengidentifikasi kerentanan lingkungan dan sekitarnya serta mengidentifikasi kapasitas atau sumber daya masyarakat yang dapat digunakan ketika terjadi bencana. Selanjutnya, juga untuk mengidentifikasi permasalahannya utama di lingkungan masyarakat serta menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

"Dengan adanya town watching masyarakat bisa sadar dan punya solusi jika terjadi bencana," ungkapnya.

524 Bencana Landa Bogor Sepanjang 2022, Diprediksi Meningkat hingga Akhir Tahun

Merdeka.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, mencatat 524 bencana alam hingga Agustus 2022. Dari jumlah itu terdapat 228 kali tanah longsor, 165 angin kencang dan 71 bencana banjir, dan pergerakan tanah yang belakangan terjadi di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakanmadang.

Wilayah Kabupaten Bogor secara geografis dan topografis cukup labil dan rawan longsor, angin puting beliung dan banjir. Setelah datangnya musim penghujan , potensi bencana alam diperkirakan kian tinggi.taboola mid article

Untuk mengantisipasi bencana itu, apel siaga bencana pun digelar, Kamis (29/9). "Apel ini kami lakukan untuk memantapkan kesiapsiagaan personel dan materiil, dalam mengantisipasi bencana alam, mengingat kian tingginya intensitas hujan dan angin di Kabupaten Bogor," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Burhanudin saat memimpin apel kesiapsiagaan bencana.

Cegah Korban Jiwa

Dia berharap, BPBD dan unsur-unsur terkait dapat meningkatkan mitigasi bencana agar bisa mencegah timbulnya korban jiwa.

"Kami apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya pada seluruh jajaran personel gabungan yang terlibat dalam upaya menghadapi ancaman dan penanggulangan bencana alam pada tahun 2022 di Wilayah Kabupaten Bogor," jelas Sekda.

Sementara Kepala BPBD Kabupaten Bogor Yani Hasan menuturkan, Pemkab Bogor senantiasa bergerak cepat dalam menangani berbagai peristiwa bencana alam di Kabupaten Bogor.

"Kita sudah belajar melalui berbagai peristiwa, berkat kebersamaan aparat Alhamdulillah kita bisa menangani bencana alam di Kabupaten Bogor dengan baik. Melalui apel siaga hari ini kita mantapkan kesiapan, mengingat curah hujan yang tinggi di Oktober dan November ini," tandasnya. [yan]

Bencana Mengancam, Kementan Ingatkan Petani Palembang Siapkan Mitigasi

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pertanian mengajak para petani dan stakeholder terkait di Palembang, Sumatera Selatan, untuk menyiapkan mitigasi bencana. Pasalnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menetapkan Palembang dalam status bencana hidrometeorologi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan status bencana hidrometeorologi bisa berdampak buruk buat pertanian.

"Dampak yang paling buruk adalah membuat pertanian menjadi gagal panen. Hal ini bisa mengganggu ketahanan pangan," tutur Mentan SYL.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil, mengatakan mitigasi adalah hal penting.

"Bencana alam adalah hal yang tidak bisa diprediksi. Oleh sebab itu, petani harus menyiapkan langkah atau mitigasi untuk mengatasinya," katanya.

Ali menjelaskan, langkah terbaik untuk menjaga lahan adalah mengasuransikannya. "Asuransi akan membuat petani tetap tenang meski cuaca sedang tidak bersahabat," terang Ali.

Dijelaskannya, asuransi memiliki klaim yang akan dikeluarkan saat lahan gagal panen.

"Dengan klaim itu, petani tetap memiliki modal untuk tanam kembali. Sehingga petani terhindar dari kerugian dan kebutuhan tetap terpenuhi," katanya.

Status bencana hidrometeorologi merupakan kondisi daerah yang berpotensi mengalami banjir dan puting beliung akibat anomali cuaca. Kondisi alam tak menentu itu bisa memicu gagal panen saat musim tanam kedua berlangsung.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Palembang, Sayuti, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang masif menyosialisasikan mitigasi kebencanaan kepada petani. Pemkot mengantisipasi persoalan gagal panen akibat status bencana hidrometeorologi.

"Peningkatan curah hujan hingga awal tahun depan berpotensi memicu gagal panen. Petani di Palembang mulai diedukasi pencegahannya," ujarnya.(*)

Jabar tingkatkan kemampuan sukarelawan dalam penyelamatan bencana air

Garut (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat meningkatkan kemampuan sukarelawan dalam melakukan penyelamatan (rescue) bagi masyarakat ketika terjadi bencana air melalui kegiatan perlombaan penyelamatan di Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut selama empat hari.

"Kegiatan ini upaya untuk peningkatan kapasitas dan potensi di daerah masing-masing," kata Asisten Daerah (Asda) 3 Bidang Administrasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, Ferry Sofwan Arif saat acara pembukaan Jabar Quick Response (JQR) River Rescue Challenge Piala Gubernur Jabar 2022 di Situ Bagendit, Kabupaten Garut, Kamis.

Ia menuturkan Pemerintah Provinsi Jabar mendukung program Jabar Quick Response sebagai organisasi kemanusiaan dalam rangka membantu penanggulangan bencana alam, sehingga harus terus didukung dan berkelanjutan.

Apalagi di Jabar ini, kata dia, tercatat ada 2.265 sungai yang perlu dipahami berbagai ancaman potensinya oleh semua pihak, termasuk sukarelawan dalam memberikan bantuan pertolongan apabila ada musibah di sungai.

"Pelaksanaan kegiatannya di sungai untuk meningkatkan kemampuan relawan melakukan 'search' dan 'rescue', agar memiliki kemampuan yang baik menolong apabila ada bencana sungai," katanya.

Ketua Panitia Jabar Quick Response (JQR) River Rescue Challenge, Sandi Prisma Putra mengatakan alasan memilih Garut sebagai lokasi acara kegiatan perlombaan pertolongan di air karena berdasarkan laporan memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi khususnya kebencanaan hidrometeorologi.

Ia menyebutkan peserta yang ikut dalam kegiatan itu sebanyak 420 partisipan dari berbagai daerah di Provinsi Jabar, bahkan ada juga yang dari luar provinsi yang dibagi dalam klasifikasi yakni instansi pemerintah, kemudian umum atau komunitas, lalu mahasiswa seperti pecinta alam dan pramuka.

Hasil dari kegiatan itu, kata dia, nanti akan ketahuan siapa saja sukarelawan maupun peserta yang ikut dalam kegiatan tersebut memiliki kemampuan melakukan penyelamatan terhadap orang yang membutuhkan bantuan.

"Kita punya data dari mana saja yang kira-kira mempunyai kemampuan secara 'expert' untuk melakukan penyelamatan terhadap 'survivor' dalam kondisi kebencanaan yang menyangkut bencana hidrometeorologi ataupun kondisi luar biasa kecelakaan di sungai seperti halnya ada survivor yang hanyut atau hilang di sungai," katanya.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman yang hadir dalam acara pembukaan tersebut menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan tersebut karena bisa memperkuat tenaga-tenaga yang siap membantu memberikan pertolongan apabila terjadi bencana alam.

Apalagi wilayah Garut, kata dia, merupakan daerah yang memiliki potensi bencana banjir, seperti yang baru terjadi banjir melanda wilayah perkotaan kemudian di selatan Garut dengan daerah terdampak cukup luas.

"Memang ini adalah sarana bagi Garut untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang dalam hal ini 'rescue', apalagi Garut ini sering terjadi banjir," katanya.