logo2

ugm-logo

Blog

Pengamat: Masyarakat Harus Paham Local Risk untuk Sukseskan Mitigasi Bencana

Doktor Hendro Wardono Ketua Pusat Studi Bencana dan Lingkungan Unitomo Surabaya menyebut support dari masyarakat sangat penting dalam setiap upaya mitigasi bencana alam, khususnya bencana Hidrometeorologi. Menurutnya, peran instansi pemerintah memang penting, tapi akan lebih efektif jika masyarakat tidak abai.

Hendro menyebut, ada tiga hal yang minimal harus dilakukan pemerintah daerah beserta masyarakatnya, untuk meminimalisir dampak dari bencana tersebut.

“Pertama masyarakat harus tahu risiko lokal (local risk) di daerahnya, ancamannya bagaimana, sehingga bisa ikut mengantisipasi.Kedua, bahu membahu dengan instansi pemerintah dan terakhir harus ada local action, relawan-relawan-nya digerakkan,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (18/10/2022).

Kata Hendro, penerapan dari ketiganya masih 50 sampai 60 persen, yang artinya belum maksimal. Terutama, yang paling minim yakni terkait local risk. Padahal, di Kota Surabaya masih sering terjadi bencana seperti banjir dan angin kencang hingga puting beliung.

“Padahal BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) sudah memberi sosialisasi. Ketika masyarakat tidak memahami ancaman di sekitarnya, dampaknya akan selalu berulang, jelasnya.

Abainya masyarakat, lanjut dia, karena mindset (pola pikir) masih terkait ketanggap daruratan atau bereaksi pada kejadian, dan bukan terkait pencegahan kejadian.

Ketua Pusat Studi Bencana dan Lingkungan Unitomo itu menjelaskan, gotong royong dengan sistem pentahelix, yakni partisipasi gabungan dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media, bisa jadi solusi jangaka panjang pencegahan dampak bencana agar tidak terlalu besar.

Menurut dia, keberadaan satgas bencana di kampung tangguh Surabaya sudah tepat. Namun, masih perlu dilakukan pengoptimalan. Salah satunya, dengan diberikan pelatihan kepada setiap anggotanya, yang dinilai masih belum cukup berkompetensi.

“Tidak berkompeten pun tidak masalah, asal kita beri pelatihan. Karena salah satu kendala dalam penanganan bencana itu ya di komunikasinya. Bagaimana mereka mengedukasi masyarakat untuk memahami local risk, itu yang terpenting,” pungkasnya. (bil/ipg)

Pakar: Mitigasi banjir perlu berfokus pada faktor dominan

Jakarta (ANTARA) - Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Yanto, Ph.D mengatakan program mitigasi banjir perlu berfokus pada faktor dominan penyebab terjadinya bencana.

"Mitigasi perlu berfokus pada faktor dominan penyebab banjir agar tepat sasaran," kata dia dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Dosen Fakultas Teknik dan Jurusan Teknik Sipil Unsoed Purwokerto tersebut menjelaskan persoalan banjir selalu melibatkan dua wilayah yakni wilayah hulu yang merupakan sumber air dan wilayah hilir sebagai penerima.

"Faktor dominan tiap-tiap wilayah bersifat unik. Di sebagian wilayah, faktor hulu lebih dominan dan di sebagian yang lain faktor hilir lebih dominan," katanya.

Kendati demikian, jika bencana banjir pada suatu wilayah cukup sering terjadi, kemungkinan besar penyebabnya adalah kombinasi faktor hulu dan hilir.

"Baik pada wilayah hulu maupun hilir, masalah penyebab banjir dapat berasal dari karakteristik alam maupun campur tangan manusia," katanya.

Dia menyebutkan bentuk daerah aliran sungai (DAS), perubahan kemiringan lahan dari hulu ke hilir, kerapatan jaringan sungai adalah contoh faktor alam yang memengaruhi besarnya banjir.

"Sementara perubahan tata guna lahan, metode pengolahan lahan, jenis tanaman pelindung merupakan contoh campur tangan manusia," katanya.

Meskipun mitigasi yang berfokus pada faktor dominan penyebab banjir akan memberikan solusi yang lebih hemat, kata dia, mempersiapkan upaya mitigasi banjir dari hulu ke hilir akan memberikan solusi yang lebih menyeluruh.

"Mitigasi banjir yang komprehensif sangat diperlukan guna memberikan solusi yang dibutuhkan dengan tingkat risiko yang lebih kecil," katanya.

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya mencegah bencana banjir dengan melakukan optimalisasi pada sistem drainase.

Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Letjen TNI (Purn) Sudirman mengatakan optimalisasi sistem drainase dan tata air serta sistem peresapan dan tampungan air dapat mencegah terjadinya banjir dan longsor.

Khofifah: Mitigasi Bencana Harus Dilakukan Secara Komprehensif

Pacitanku.com, SUDIMORO – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta semua pihak untuk melakukan upaya mitigasi secara komprehensif menyikapi kejadian bencana alam yang terjadi, utama yang terjadi belakangan ini di sejumlah daerah, termasuk Pacitan.

Hal itu disampaikan perempuan yang akrab disapa Khofifah ini saat meninjau rumah terdampak bencana di Kecamatan Sudimoro pada Jumat (28/10/2022).

“Kalau ini sepertinya wilayah pansela dari mulai Jabar, Jateng kemudian ke Jatim ini sepertinya ada fenomena pergerakan tanah, maka masing-masing harus melakukan mitigasi secara komprehensif, masyarakat komunitasnya, kemudian kami Pemkab dan Pemprov bersama-sama,”katanya.

Lebih lanjut, Khofifah mengatakan fenomena bencana alam yang terjadi utamanya pergerakan tanah ini memang membutuhkan salah satu solusi, yakni upaya relokasi yang bisa dilakukan pemerintahnya.

“Maka salah satu solusi untuk bisa bisa memberikan hunian yang aman ya asal masyarakatnya setuju jalannya ada bisa disiapkan untuk relokasi,”kata Gubernur perempuan pertama di Jatim ini.

Rencana relokasi itu, kata Khofifah, juga setidaknya juga diupayakan di sejumlah Kabupaten di Jatim lainnya terdampak bencana, seperti Trenggalek dan Blitar.

“Di Trenggalek sudah fixed (relokasi), masyarakat dan Kades memang semua siap direlokasi, kebetulan ada lahan Pemprov di desa yang sama, yakni Desa Jumurung, Kecamatan Bandengan, untuk awal November Insyaallah udah mulai melakukan groundbreaking renovasi 51 KK,”papar Khofifah.

Khofifah mengatakan di Kabupaten Trenggalek juga sudah berkomunikasi dengan 51 KK tersebut memberitahukan terkait rencana relokasi rumah terdampak bencana tersebut.

“Ini sudah kita lakukan di trenggalek awal November grounbreaking untuk 51 Kepala Keluarga (KK), mereka sudah sepakat relokasi, saya sudah kulonuwun kemasyarakat sekitar yang akan punya relokasi, bahwa akan punya tetangga baru,”tandas mantan Menteri Sosial ini.

Selain di Trenggalek, upaya relokasi juga direncanakan akan dilakukan di Blitar.

“Tadi malam di Blitar ada 75 KK yang rumahnya sudah mulai retak, kemudian tanahnya mulai retak dan bergeak jadi opsinya juga relokasi,”ujarnya.

Sema halnya di Pacitan, jika masyarakat berkenan dirinya juga membuka opsi relokasi untuk puluhan rumah warga di tiga desa terdampak, yakni Desa Ketanggung, Desa Sukorejo dan Desa Karangmulyo.

“Disini (Pacitan), kita juga melihat (rumah) yang sudah mengalami keretakan tanah atau pergerakan area ini untuk relokasi jika masyarakat nya memang berkenan,”kata Khofifah.

Saat berkunjung dan melihat dampak bencana di Sudimoro, Khofifah yang mendarat menggunakan helikopter di lapangan Sukorejo didampingi Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, Sekda Pacitan Heru Wiwoho Supardi Putra dan Camat Sudimoro Khemal Pandu Pratikna meninjau calon tempat relokasi korban terdampak bencana di Desa Sukorejo.

Selain di Desa Sukorejo, Gubernur bersama rombongan juga melihat langsung rumah warga yang retak di Desa Ketanggung serta memberikan paket kebutuhan pokok bagi warga terdampak.

BBWS Citarum Ungkap Penyebab Banjir Kerap Terjang Baleendah

Kabupaten Bandung - Meski terdapat kolam retensi di wilayah Baleendah dan Dayeuhkolot, wilayah tersebut masih kerap menjadi langganan banjir. Salah satunya adalah Kampung Muara yang berdekatan dengan sungai Cisangkuy dan sungai Citarum.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Bastari mengatakan pasca terjadinya banjir pihaknya langsung mencari penyebab terjadinya banjir di wilayah tersebut. Setelah itu langsung dilakukan pembenahan dan evaluasi.

"Misalnya di sini kemarin banjir, di RW 7, di Cisangkuy, Cibugeul banjir tinggi, kemudian satu lagi di jalan Dayeuhkolot. Nah dari adanya banjir itu teman-teman petugas ini udah ngecek semua, kemudian terlihat terdapat masih ada bocoran-bocoran, ada drain yang masih terkonek dengan sungai yang belum ditutup," ujar Bastari saat peninjauan titik banjir, di Baleendah, Kabupaten Bandung, Minggu (30/10/2022).

Pihaknya mengaku saat ini masih terdapat drain dari sungai yang masih terkoneksi ke pemukiman warga. Menurutnya kalaupun drain tersebut dibuka bisa langsung mengalir ke kolam retensi Andir.

"Jadi fungsi kolam retensi Andir akan lebih optimal dalam mengendalikan banjir di areal sini," katanya.

Bastari mengaku saat ini drainase dari pemukiman warga telah terkoneksi menuju kolam retensi Andir. Kemudian dirinya menyebutkan telah menutup beberapa saluran yang terhubung ke sungai.

"Udah kita konekkan ini, kita lihat tadi di depan ada 7 titik yang drain dari warga masih terkonek dengan sungai, ini udah kita tutup. Kemudian juga dari pemukiman udah terkonek ke sini ke Andir," ucapnya.

Menurutnya terdapat satu titik di Cibugeul yang elevasinya masih rendah. Sehingga menurutnya akan dibangun pompa pada tahun depan.

"Ke depan di Cibugeul kita harus bangun pompa," jelasnya.

Pihaknya menilai saat ini Pemkab Bandung telah melakukan pekerjaan dalam meninggikan jalan di Kampung Muara. Menurutnya penyelesaian banjir di wilayah tersebut harus dilakukan dengan bersama-sama.

"Saya mengimbau ke semua lapisan, jadi BBWS, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, sampai Desa dan masyarakat, untuk sama-sama membenahi banjir.

Dia mengklaim banjir saat ini telah tertangani dengan baik. Apalagi saat ini banjir di wilayah tersebut tidak berlangsung lama.

"Jadi kalau terjadi banjir di luar proses yang kita bangun, ya itu bencana. Tapi selagi masih di bawah batas-batas perencananan, itu masih tertangani. Jadi menurut saya kalau yang rutin-rutin tahunan sudah tertangani. Kalau banjir besar, mudah-mudahan enggak lah," kata Bastari.

Bastari menambahkan selain di Baleendah wilayah yang kerap dilanda banjir juga terjadi di Dayeuhkolot. Sehingga dirinya pun terus berupaya menangani juga wilayah banjir di Dayeuhkolot.

"Nanti kalau kolam retensi (di Dayeuhkolot) itu perlu lahan, mungkin tahun depan kita masuk ada dua pompa lagi, pompa Cibugeul dan pompa Cigede," tuturnya.

Dia berharap dengan adanya hal tersebut bisa mengurangi banjir di wilayah tersebut.

"Harapannya bisa mengurangi air yang ke Cipalasari 2, yang ada suplai dari Cigede. Ciherang juga udah kita perbaikin, kemudian sudah kerjasama juga dengan provinsi, kalau banjir, kalau bendungan Cigede itu ada bendungan di tutup. Jadi jangan di sini banjir, ada suplai air dari bendungan," ucap Bastari

"Ini juga sudah kita ingatkan kalau di sini hujan besar, ada banjir mulai naik, di sana ditutup. Jadi pengelolaan air ini merupakan langkah mengurangi banjir," tambahnya.

Rentetan Bencana yang Menyergap Jabar dalam Sepekan

Bandung - Bencana terjadi di Jawa Barat (Jabar) selama sepekan terakhir. Dari mulai gempa bumi, longsor, banjir hingga pohon tumbang. Satu orang warga Cianjur dilaporkan meninggal dunia karena bencana.

Longsor-Gempa di Garut

Longsor dilaporkan terjadi di Desa Gunamekar, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut. Empat rumah warga tertimbun tanah longsoran. Kejadian longsor ini terjadi pada Selasa, 25 Oktober 2022.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut Satria Budi mengatakan longsor di Desa Gunamekar itu terjadi karena hujan deras. Pada hari kejadian, cuaca di Garut dilaporkan hujan deras terjadi dari siang hari. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Sehari setelah longsor, gempa dilaporkan terjadi di Garut. Gempa ini berkekuatan magnitudo (M) 2,8. Gempa tektonik itu terjadi pada Rabu (26/10/2022) pukul 08:34:01 dengan titik koordinat berada di 7.27 Lintang Selatan dan 107.69 Bujur Timur atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 23 km Barat Daya Garut pada kedalaman 10 kilometer.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Garsela," kata Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan Hartanto dalam keterangannya.

Hartanto menjelaskan dampak gempa yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan (Shakemap) BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat dirasakan di beberapa wilayah seperti Cibereum, Pengalengan, Kertasari, Pasirwangi Kabupaten Bandung dan Darajat Kabupaten Garut dengan skala intensitas II MMI

"Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut," ujarnya.

Warga Cianjur Tewas

Bocah berusia 11 tahun bernama Andre asal Kabupaten Cianjur tewas akibat tertimbun longsor. Korban kala itu tengah menjaga sawah yang hendak dipanen dii Kampung Sadar Alam, Desa Jayapura, Kecamatan Cidaun, Cianjur, Rabu (26/10/2022).

Andre bersama orang tuanya dan adiknya mengecek kondisi sawah. Hujan deras mengguyur wilayah persawahan di Cianjur saat itu. Ibu Andre dan adiknya pun lebih dulu pulang karena hujan.

Andre kala itu lebih memilih berteduh di tebing batu dan tetap menjaga sawah. Namun tebing setinggi 3 meter itu tiba-tiba longsor hingga menimpa korban yang tengah duduk di samping irigasi di bawah tebing tersebut.

"Awalnya ibu korban mendengar ada suara gemuruh, ternyata tebing di dekat irigasi longsor. Material longsoran tersebut menimbun korban yang saat kejadian sedang duduk di bawah tebing untuk berteduh sementara sebelum pulang," ujar Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur Rudi Labis.

Sehari sebelum Andre meninggal, Cianjur juga diterkam bencana puting beliung. Puting beliung dilaporkan terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (25/10/2022). Akibatnya enam rumah rusak dan 8 rumah terendam.

Enam rumah yang rusak disapu angin puting beliung berasa di Kampung Parung RT 05/RW 03, Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak. "Kejadiannya sore, angin puting beliung muncul setelah hujan deras mengguyur. Total ada enam rumah yang terdampak, tiga rumah rusak berat dan tiga lainnya rusak ringan," ujar Kepala Desa Waringinsari, Nadir Muharam Abdurahman.

Bencana lainnya juga dilaporkan terjadi di hari yang sama. Banjir melanda Kampung Sukarame Desa Ciandam, Kecamatan Mande. Banjir yang disebabkan luapan sungai mengakibatkan delapan rumah terendam.

"Iya tadi banjir akibat luapan Sungai Ciandam, ketinggian air sekitar 30-50 centimeter. Ada 8 rumah yang lokasinya dekat dengan sungai terendam banjir," ujar Kapolsek Mande Iptu Dadeng.

Menurutnya banjir tidak bertahan lama, sekitar satu jam banjir sudah surut. Namun rumah warga yang terendam menjadi dipenuhi lumpur. "Kalau korban atau yang rusak akibat banjir tidak ada. Banjir juga tidak lama. Tapi akibatnya rumah warga jadi dipenuhi lumpur. Warga dibantu anggota langsung membersihkan rumah dari lumpur usai banjir," ucapnya.

Banjir Rendam Ratusan Rumah di Tasik

Hujan deras mengguyur Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya pada Rabu, 26 Oktober 2022. Akibatnya, Sungai Cikarang dan Citanduy di wilayah setempat meluap.

"Jadi ini banjir karena Sungai Cikidang dan Citanduy meluap. Ada 200 lebih rumah terendam banjir. Air masuk mulai jam satu malam tadi. Saya bantu evakuasi warga sampai ada yang dua meter di dalamah (ketinggian banjirnya)," kata Nono, petugas Linmas Desa Tanjungsari di lokasi, Rabu (26/10/22).

Warga enggan dievakuasi. Ia memilih tetap bertahan. Warga yang terdampak banjir itu khawatir rumahnya jadi sasaran maling. Banjir yang tiba-tiba datang itu membuat warga tak sempat menyelamatkan barang pribadinya.

"Air langsung cepet tinggi. Hujannya deras pak, saya bertahan aja nggak mau dievakuasi sampai surut. Ini banjir langganan buat kamimah. Kalau hujan besar pasti aja banjir. Bosen pak," kata Tohir, seorang warga.

Banjir rupanya tak kunjung surut. Bahkan, meluas. Ketinggian air di permukiman serta jalan mencapai 70 centimeter hingga 1 meter. Berdasarkan data Desa Tanjungsari, jumlah warga yang terdampak banjir mencapai 745 Kepala Keluarga. Selain permukiman, banjir juga merendam 90 hektare lahan pertanian. Alhasil, petani terancam gagal panen karena mayoritas padi siap panen.

"Sore ini air belum surut, malahan kalau hujan lagi bisa makin besar. Nah, dampaknya catatan kami jadi 745 Kepala Keluarga," kata Kepala Desa Tanjungsari, Amas.

Sehari kemudian. Banjir di Tasikmalaya itu berangsur surut. Warga pun mulai membersihkan lingkungannya yang dipenuhi lumpur.

"Alhamdulillah air sudah surut (dari) Kamis dini hari. Kebetulan nggak hujan lagi jadi sungai surut. Kami perangkat desa tetap turun ke lapangan untuk mengecek warga takut takut ada yang sakit atau diare," kata Kepala Desa Tanjungsari Amas saat dihubungi detikJabar, Kamis pagi (27/10/22).

Amas mengatakan, saat ini pihak Desa Tanjungsari masih mendata kerugian material akibat banjir. Terutama kerugian lahan sawah yang terendam banjir. "Kami masih data kerugian, terutama petani yang sawahnya mau panen terendam banjir," tambah Amas.

Banjir Ciamis

Kemudian, Banjir juga merendam sejumlah titik di Kecamatan Banjaranyar, Pamarican dan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, pada Selasa 25 Oktober 2022. Menurut informasi, ratusan rumah sempat terendam air luapan sungai. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa bencana ini.

Di Kecamatan Banjaranyar, ratusan kepala keluarga di Desa Sindangrasa, terdampak banjir luapan Sungai Ciputrahaji. Banjir luapan Sungai Ciputrahaji juga merendam sejumlah rumah di Desa Cikaso, Kecamatan Banjaranyar. Warga sementara mengungsi ke rumah kerabat terdekat sambil menunggu banjir surut.

Di Kecamatan Pamarican, Sungai Citalahab di Dusun Cisaat Desa Kertahayu meluap merendam 6 rumah warga. Para penghuni rumah sementara terpaksa mengungsi.

Di Kecamatan Panumbangan, Sungai Citanduy meluap ke jalan Raya Panumbangan-Cihauebeuti dan area persawahan di Desa Pamokolan. Ketinggian air mencapai sekitar 50 sentimeter. Banjir tersebut membuat arus lalu lintas menjadi terhambat. Sepeda motor tidak bisa melintasi jalan tersebut karena genangan air yang cukup tinggi.

Sementara itu, informasi dari BPBD Ciamis, Rabu (26/10/2022), luapan air Sungai Ciputrahaji dan Citalahab berangsur mulai surut. Sebagian rumah warga sudah tidak lagi tergenang air.

"Air surut dan rumah warga sudah tidak tergenang air. Pengungsi aman di rumah kerabatnya sambil menunggu air surut untuk membersihkan rumahnya masing-masing," ujar Kabid Darlog BPBD Ciamis Memet Hikmat.

Longsor di Sukabumi

Sebanyak lima rumah warga terancam ambruk pascalongsor yang terjadi pada Senin (24/10) kemarin. Akibat kejadian ini tiga orang meninggal dunia dan dua rumah rusak berat.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Wawan Godawan Saputra mengatakan, tim SAR telah bergerak cepat dalam penanganan bencana tersebut. Di hari kedua pascakejadian, pihaknya berfokus dalam evakuasi material longsoran yang menutup akses jalan penghubung kecamatan.

"Hari ini mulai dari pagi kita melaksanakan evakuasi terhadap material longsoran. Insyaallah mungkin kalau cuaca sampai sore ini bagus, bisa selesai artinya akses untuk kendaraan roda empat bisa terbuka," kata Wawan kepada awak media di lokasi kejadian.

"Yang terancam rumah di atas karena kalau cuaca hujan terus menerus juga dikhawatirkan yang atas ada longsoran susulan. Ada lima hitungan kita, tapi kita juga melakukan assessment lagi apakah disekitarnya juga menjadi terancam atau tidak," jelasnya.

Rumah Ambruk Lukai Warga Cirebon

Sementara itu, di Kota Cirebon salah satu rumah porak poranda karena hujan deras yang disertai angin. Rumah yang ambruk itu milik warga di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Pemilik rumah Wanda (35) dan Ani Noviani (24) alami luka akibat terkena reruntuhan bangunan.Wanda pun menceritakan kronologi kejadian ambruknya bangunan rumah yang ia tempati bersama istri dan anaknya.

Sebelum kejadian, Wanda mengatakan, saat itu ia sedang beristirahat sambil berbincang dengan istrinya di dalam rumah. Sementara anaknya sedang berada di ruang depan bersama dengan pamannya.

"Jadi waktu kejadian itu keadaan sedang hujan gede. Kejadiannya itu kemarin sekitar setengah 7 (malam) abis Maghrib. Waktu itu saya sama istri lagi ngobrol di dalam rumah abis pulang jualan. Sebagian lagi ada di ruang depan. Waktu lagi ngobrol tiba-tiba aja bangunan ambruk," kata Wanda, Rabu (26/10/2022).

"Kondisi waktu itu langsung gelap. Saya langsung inget ke anak yang baru disunat. Saya langsung lari nyari anak saya. Beruntungnya anak saya selamat karena langsung dibawa sama pamannya keluar," kata Wanda menambahkan.

Akibat tertimpa reruntuhan bangunan, Wanda sendiri nampak mengalami luka di bagian pelipis mata, kepala, tangan dan di beberapa bagian tubuh lainnya. Sementara istrinya, yakni Ani Noviani mengalami luka ringan.

Wanda bersama keluarga pun untuk sementara harus mengungsi ke kediaman orang tua istrinya. "Sementara tinggal dulu di rumah mertua. Sambil nunggu rumah beres lagi," kata Wanda.

Sementara itu, Lurah Argasunya Mardiansyah mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait untuk memberikan bantuan kepada Wanda yang rumah ambruk.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Polsek, BPBD dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Cirebon. Tadi bantuan materi sudah kita sampaikan. Kedepannya, InsyaAllah Dinsos akan mengusahakan bantuan untuk membangun rumah itu," kata Mardiansyah.