logo2

ugm-logo

Blog

BPBD Manggarai Barat Susun Rencana Kontingensi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat menyusun Rencana Kontingensi (Rekon) ancaman Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, Sabtu (10/9/2022) siang.

Dalam penyusunan Rekon, BPBD Manggarai Barat  mengandeng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di Kabupaten  Manggarai Barat.

Sekertaris BPBD Kabupaten Manggarai Barat,Kasim Bura menjelaskan, rekon merupakan salah satu tahap agar upaya penanggulangan bencana menjadi lebih efektif dan efesien.Penyusunan rancanangan kontingensi itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat terkait kebencanaan khususnya bencana gempabumi dan tsunami.


Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab)  Manggarai Barat menyusun perencanaan kontingensi bencana agar lebih siap menghadapi setiap bencana yang akan terjadi wilayah Manggarai Barat.Dirinya menyampaikan ucapan terima kasih kepada BNPB yang telah membantu melakukan penyusunan rencana kontingensi di Kabupaten Manggarai Barat mengingat wilayah kabupaten yang beribukota di Labuan Bajo itu merupakan dataran rendah.

Ia mengaku, dokumen terkait rencana kontigensi menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami tersebut menjadi penting tidak hanya dalam skala nasional, akan tetapi juga untuk daerah Manggarai  Barat sendiri. Potensi bencana daerah di Kabupaten  Manggarai Barat meliputi gempa bumi, tsunami, gelombang tinggi, longsor, banjir, angin puting beliung, abrasi,kebakaran pemukiman penduduk serta kebakaran hutan dan pemukiman.

Kasim Bura menyampaikan, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk implementasi dukungan BNPB terhadap pemerinta daerah Manggarai Barat untuk bersama meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana alam Gempa Bumi dan tsunami.

Menjadi komitmen Pemerintah Pusat khususnya BNPB bahwa untuk penguatan daerah dalam penanggulangan bencana perlu dukungan yang kuat, sehingga daerah lebih siap dan lebih siaga dalam menghadapi darurat bencana.

Ia mengaku, dokumen rencana Kontingensi sangat penting bagi Manggarai Barat dikarenakan wilayah Labuan Bajo dan sekitarnya berada pada dataran rendah dan penyusunan ini tidak dapat berdiri sendiri, harus melibatkan partisipasi dari semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait karena dokumen rencana kontingensi tidak hanya milik BNPB dan BPBD semata namun merupakan dokumen milik Kabupaten Manggarai Barat.

Perhatian dan bantuan pembangunan di bidang kebencanaan yang diberikan kepada daerah  Manggarai Barat,sebagai bagian intergal dari negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ia menyampaikan, terkait ancaman bencana longsor, banjir, angin puting beliung dan gelombang tinggi, BPBD Manggarai Barat meminta kepada BNPB untuk memberikan peralatan peringatan dini atau early warning sistem.Sedangkan terkait Sumber Daya Manusia (SDM) pelayanan darurat bencana, pihaknya meminta BNPB untuk memberikan kegiatan peningkatan kapasitas SDM penanggulangan bencana.

Kasim Bura juga meminta, bantuan kepada BNPB untuk memberikan bantuan peralatan evakuasi dan mobilisasi korban dan bantuan logistik.Seperti,kapal evakuasi,Speedbot,perahu karet dan life jacket. Selain itu meminta bantuan alat berat seperti Loader dan excavator untuk penanggulangan bencana yang menutup akses jalan dan jembatan di wilayah Manggarai Barat.

Ia menyampaikan, harapan masyarakat dan Pemkab Manggarai Barat kepada BNPB terkait penyusunan Rekon Gempa dan Tsunami adalah tersusunnya rencana kontingensi menghadapi gempa bumi dan tsunami selesai dengan baik dan sempurna sesuai kebutuhan mitigasi atau pengurangan resiko bencana,jika terjadi gempa bumi dan tsunami di wilayah Manggarai Barat.

Sementara, Kasubdit Perencana Siaga BNPB, Dyah Rusmiasih mengatakan bahwa rencana kontingensi itu dibuat secara partisipatif, kolaboratif dan kesepakatan dari semua OPD di Kabupaten  Manggarai Barat. Rencana kontingensi yang telah dibuat ini dapat diaktivasi menjadi rencana operasi jika bencana benar-benar terjadi di wilayah Manggarai Barat nantinya.

Ia menyampaikan, penyusunan rencana kontingensi merupakan salah satu program prioritas BNPB.BNPB memfasilitasi pembuatan dokumen rencana kontingensi di berbagai kabupaten di seluruh Indonesia.

Ia mengatakan, seluruh pemerintah daerah memiliki kewajiban membentuk rencana kontingensi dalam menghadapi bencana alam, termasuk gempa bumi dan Tsunami.Dokumen Kontingensi lebih merupakan suatu komitmen bersama, yang harus dijalankan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana ancaman yang sewaktu waktu bisa terjadi.***

 sumber: VICTORY NEWS MANGGARAI BARAT

 

Baitul Mal latih relawan dari seluruh Aceh terkait antisipasi bencana

Banda Aceh (ANTARA) - Baitul Mal Aceh melatih sebanyak 50 relawan bencana di seluruh Aceh, dalam upaya membangun mitigasi bencana di setiap daerah sebagai bentuk ketahanan dan ketangguhan dari sebuah bangsa.

“Ini merupakan bentuk kerjasama yang partisipatif dari BAZNAS RI, Baitul Mal Aceh untuk membangun sebuah kelembagaan yang konsentrasi akan nilai kemanusiaan dan tanggap terhadap segala perubahan yang ada,” kata Ketua Baitul Mal Aceh Mohammad Haikal di Aceh Besar, Selasa.

Relawan perwakilan dari seluruh Tanah Rencong itu dilatih mitigasi bencana dalam pelatihan manajemen bencana tingkat dasar Baitul Mal Tanggap Bencana (BTB) Aceh di Kota Jantho, Aceh Besar.

Ia mengatakan kelembagaan Baitul Mal dan amil Baitul Mal dari tingkat nasional, provinsi hingga daerah menilai bahwa tanggap bencana merupakan ketahanan dan ketangguhan sebagai sebuah bangsa, sehingga masyarakat yang berdomisili wilayah itu harus tahu mengenai fisik dari daerahnya.
 
Oleh sebab itu, dia berharap pelatian itu dapat membentuk pola fikir masyarakat terhadap tanggap bencana, kemudian mempunyai manajemen, cara kerja, rencana kerja sehingga menjadi sistematis dan sesuai dengan yang diperlukan.  

Apalagi, kata dia, tanggap bencana merupakan bagian dari keseharian. Jika dilihat dari asnaf zakat itu sendiri, maka hal ini juga untuk mengatasi kedaruratan dari fakir, miskin, muallaf, ibnu sabi, yang kehabisan bekal dan lainnya.

“Kegiatan ini Insha Allah akan banyak sekali membawa kebaikan, sehingga ini akan menjadikan sebuah kelembagaan yang sangat solid bagi Baitul Mal dalam tata kelola yang hati-hati tetapi juga lincah, karena banyak permasalahan yang memang harus kita atasi dengan baik dan cepat,” kata Haikal.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Irfan Fauzi mengatakan para relawan akan mendapatkan pemahaman konsep dan upaya pengurangan risiko bencana, manajemen penanganan bencana serta membangun pola pikir tangguh bencana.

Hasilnya, kata dia, Baitul Mal Aceh dan Baitul Mal kabupaten/kota juga akan memiliki korps relawan untuk merespon bencana yang terjadi di setiap wilayah, memiliki ragam cara penyaluran dana zakat dengan program tanggap bencana dan manajemen penanganan bencana untuk membentuk ketangguhan wilayah.

Kemudian, BAZNAS RI juga akan memiliki jejaring informasi manajemen bencana yang lebih detail dan akurat tentang kejadian bencana yang lokasi jauh dari ibukota.

“Dan juga memiliki sistem koordinasi dengan BAZNAS provinsi dan atau kota/kabupaten dalam melakukan respon bencana,” katanya.

Selain itu, kegiatan ini juga mempelopori upaya peningkatan ketangguhan bangsa yang lebih menyeluruh sebagai salah satu bentuk upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Pewarta: Khalis Surry
Editor : Azhari
COPYRIGHT © ANTARA 2022

BNPB Susun Analisis pada Pembangunan Berisiko Bencana

BOGOR – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana Kedeputian Bidang Sistem dan Strategi, mengadakan rapat koordinasi penyusunan Panduan Pelaksanaan Analisis Risiko Bencana pada kegiatan / pembangunan berisiko tinggi bencana yang diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat pada Selasa (13/9) dan Rabu (14/9).

Pembahasan kali ini menitikberatkan pada penyusunan panduan analisis risiko bencana untuk setiap pembangunan yang mempunyai risiko tinggi, yang dapat menimbulkan bencana, antara lain pengeboran minyak bumi, pembuatan senjata nuklir, pembuangan limbah, kawasan wisata yang berada di darah rawan bencana dan lain sebagainya.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati menyatakan, seiring dengan perkembangan zaman dan pemenuhan hidup manusia, perlu diadakan pembangunan. Perlu diperhatikan apakah akan menimbulkan risiko bencana di kemudian harinya.

“Kita tidak bisa menolak pembangunan, pembangunan akan mendorong investasi. Bila ada pembangunan yang mana akan menimbulkan risiko baru, perlu diperhatikan terkait pengurangan risiko bencananya,” Ucap Raditya saat membuka acara secara virtual, Selasa (13/9).

Bagi wilayah yang memilki risiko tinggi perlu disiapkan mitigasinya, termasuk wilayah pariwisata yang pernah dilanda bencana.

“Termasuk Kawasan Ekonomi Khusus, sangat penting bagaimana upaya mitigasi di wilayah tersebut. Beberapa wilayah pariwisata yang sempat diterjang tsunami dan bencana lainnya dapat dijadikan pembelajaran untuk melakukan antisipasi mitigasi dengan lebih baik,” Tuturnya.

Pada akhir sambutan, dirinya mengungkap analisis risiko bencana ini sebagai salah satu upaya pemerintah untuk melindungi aset dan keberlangsungan hidup masyarakat.

“Tujuan penyusunan ini sebagai upaya dalam melindungi aset pembangunan dan  meminimalisir risiko bencana yang akan terjadi dari dampak kegiatan pembangunan, ” pungkas Raditya.

Pada kesempatan yang sama, Udrekh selaku Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, menjelaskan bahwa anaisis ini diharapkan sebagai rekomendasi bagi setiap pembangunan yang akan dilakukan wilayah berisiko tinggi.

“Analisis risiko bencana ini sebagai rekomendasi pembangunan dapat dilakukan dengan syarat adanya mitigasi bencna, asuransi bencana dan disosialisasikan kepada masyarakat,” tutup Udrekh.

Kegiatan ini dilakukan secara hybrid dihadiri oleh perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan, Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Kementerian Perindustrian, dan Kementarian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional.


Abdul Muhari, Ph.D.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB

Perbaiki Sistem Manajemen Bencana, Kemenkes dan UGM Bentuk AIDHM

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan bekerja sama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Universitas Gadjah Mada (PKMK-UGM) menggelar pertemuan pembentukan ASEAN Institute of Disaster Health Management (AIDHM) pada tanggal 2-3 Juni 2022, di Yogyakarta.

Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil The 15th ASEAN Health Ministrial Meeting (AHMM) Mei 2022 lalu di Nusa Dua, Bali yang menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah AIDHM.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan, Dr. dr. Eka Jusup Singka, M.Sc., mengatakan bahwa Kemenkes bersama PKMK-UGM akan membuat suatu proposal yang bertujuan untuk memperbaiki sistem manajemen bencana di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Ia ingin mengubah julukan Indonesia, dari ‘laboratorium bencana’, menjadi ‘negara yang memiliki banyak pengalaman dalam manajemen bencana’.

“Ini adalah upaya kita, sehingga kita harus bekerja lebih bagus lagi, lebih terintegrasi lagi,” kata dr. Eka.

Dalam kesempatan ini dr. Eka juga menyebut bahwa Kemenkes dengan dunia pendidikan, yaitu UGM dan Unsrat, sebagai cikal bakal perkembangan pendekatan pentahelix dalam manajemen bencana.

“Jadi ada NGO (Non-governmental organization) dan akademis. Ada unsur pentahelix dengan akademis. Jadi tidak hanya pekerjaan Kemenkes dan dinas kesehatan saja,” tutur dr. Eka.

Lebih lanjut, Ia menyebut bahwa Kemenkes juga telah membentuk koalisi dengan NGO seperti, Muhammadiyah Disaster Management Center, Pramuka, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Katolik, Persatuan Protestan dan Buda Tzu Chi, yang jumlahnya mencapai 22, sebagai tenaga relawan saat bencana terjadi.

selengkapnya 

https://www.liputan6.com/health/read/4978447/perbaiki-sistem-manajemen-bencana-kemenkes-dan-ugm-bentuk-aidhm

Lewat Jambore Mitigasi Bencana, FPRB dan BPBD Kabupaten Kediri Ajak Kalangan Muda Cegah Bencana

Kediri, koranmemo.com - Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kabupaten Kediri bersinergi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri, sejak Sabtu (10/9/2022) hingga Minggu (11/9/2022) mengadakan Jambore Mitigasi Bencana di Alas Secang Jugo Mojo.

Jambore Mitigasi Bencana yang diadakan FPRB dan BPBD Kabupaten Kediri di Alasa Secang Jugo Mojo ini dihadiri Dodi Purwanto Ketua DPRD Kabupaten Kediri , dan Syaifudin Zohri Plt Kepala BPBD Kabupaten Kediri.

Sebanyak 300 peserta dari kelompok pecinta alam Kediri Raya, ikut dalam Jambore Mitigasi Bencana yang diadakan FPRB dan BPBD Kabupaten Kediri ini.

Baca Juga: KPUD Kabupaten Ponorogo Temukan Puluhan Nama Masuk Dalam 2 Parpol Berbeda

Ketua FPRB Kabupaten Kediri dr Ari Purnomo Adi mengatakan, kegiatan Jambore Mitigasi Bencana ini untuk memberi bekal pengetahuan tentang potensi bencana yang mungkin terjadi di sekitar Gunung Wilis, dan cara pencegahannya.

"Lereng Gunung Wilis dipilih karena kawqsan ini sedang mendapatkan tekanan yang luar biasa karena pembangunan dan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian," ujar Ari, Minggu (11/9/2022).

"Kegiatan ini merupakan kolaborasi dari kelompok pecinta alam dengan FPRB Kabupaten Kediri dan BPBD Kabupaten Kediri. Rencananya giat ini akan menjadi agenda rutin dan digelar tiap bulan September," imbuhnya.

Reporter : Bakti Wijayanto