logo2

ugm-logo

Blog

Mitigasi Bencana, Inilah Cara Cegah Banjir di Jember

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Sejumlah wilayah di Jember disorot. Pasalnya, di wilayah tersebut menjadi langganan banjir tiap tahunnya. Anggota DPRD Jawa Timur Hermin berharap pemerintah berupaya semaksimal mungkin terlebih melakukan mitigasi bencana terhadap sejumlah daerah di Jember yang rawan bencana terlebih bencana banjir.

Sekedar diketahui,Hujan deras yang mengguyur Jember hingga malam memicu luapan air yang merendam permukiman warga dan menyebabkan kemacetan di sejumlah jalan. Tercatat dari data BPBD Jember diketahui kalau sebanyak 479 kepala keluarga (KK) atau 1.297 jiwa terdampak banjir yang melanda empat kecamatan di wilayah tersebut.

Empat kecamatan tersebut diantaranya Kecamatan Sumbersari, Kaliwates, Rambipuji, dan Bangsalsari.” Ini merupakan jadi langganan di Jember. Kami berharap ke depan perlu diminimalisir agar kejadian serupa bisa ditekan, “jelas politisi Gerindra ini, senin (20/1/2025).

Hermin mengatakan banjir yang terjadi di Jember yang merupakan bencana
langganan disebabkan karena penyempitan drainase akibat material tanah, sampah, dan bangunan, menjadi penyebab utama meluapnya air di sejumlah lokasi yang menjadi langganan banjir. “Terutama di wilayah kota juga,” sambungnya.

Tak hanya itu, lanjut dia, dirinya juga berharap agar Pemprov melalui BPBD Jawa Timur untuk menggelontorkan bantuan kemanusiaan kepada warga terdampak dari bencana banjir tersebut.” Warga terdampak butuh bantuan. Perlu gercep untuk memberikan bantuan untuk mereka,” tandasnya.

BMKG Juanda menyampaikan curah hujan tinggi di Jawa Timur, termasuk di Kabupaten Jember, saat ini disebabkan oleh adanya beberapa fenomena gelombang atmosfer yang melintasi Jawa Timur seperti Kelvin, Equatorial Rossby, dan La Nina. Suhu muka laut di perairan sekitar Jawa Timur yang hangat dan angin monsunal yaitu Monsun Asia baratan turut mendukung pertumbuhan awan konvektif selama musim hujan. BMKG mengimbau untuk selalu waspada terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor. Selain itu, masyarakat juga harus menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar. (setya)

Kebakaran Los Angeles dan kompleksitas bencana di era informasi

Jakarta (ANTARA) - Kebakaran yang melanda tiga distrik di Los Angeles, Amerika Serikat, baru-baru ini kembali menarik perhatian global.

Padahal sebagai negara bagian yang akrab dengan bencana kebakaran hutan, sebenarnya California tidak asing dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh api.

Namun, tragedi kali ini tidak hanya soal kobaran api yang menghanguskan lahan, rumah, dan kehidupan.

Kebakaran ini mencerminkan kompleksitas masyarakat modern yang hidup di era informasi di mana realitas bercampur dengan manipulasi, dan empati berhadapan dengan bias sosial.

Setiap tahun, negara bagian California kerap mengalami kebakaran, terutama karena iklimnya yang kering, angin kencang, dan kondisi vegetasi yang mudah terbakar.

Bencana alam ini sering kali dianggap sebagai siklus tahunan, bahkan menjadi bagian tak terhindarkan dari lanskap ekologi kawasan tersebut.

Namun, kebakaran di Los Angeles kali ini menjadi pembicaraan dunia karena lokasi terdampaknya. Tiga distrik yang terbakar berada di kawasan yang dihuni oleh para selebritas Hollywood, tokoh kaya, dan figur terkenal.

Eksposur media yang luas terhadap tragedi ini, dibandingkan dengan kebakaran serupa di kawasan miskin yang sering kali terabaikan, membuka kembali diskusi tentang bias sosial dan rasisme sistemik di Amerika Serikat.

Ketika kebakaran serupa terjadi beberapa tahun lalu di perkampungan Hispanic di California, hanya sedikit yang peduli.

Kawasan tersebut, yang mayoritas dihuni oleh warga berpenghasilan rendah, tidak mendapat perhatian besar dari media maupun masyarakat.

 

Sebaliknya, kebakaran kali ini menarik perhatian luar biasa karena melibatkan korban dari kalangan kelas atas.

Fenomena ini mencerminkan bagaimana nilai sosial dan ekonomi sering kali menjadi faktor penentu dalam tingkat perhatian publik terhadap sebuah tragedi.

Tidak hanya itu, perhatian besar terhadap kebakaran ini juga menunjukkan bagaimana media, terutama media sosial, memainkan peran penting dalam membentuk persepsi publik.

Gambar dan video tentang kebakaran di Los Angeles menyebar dengan sangat cepat, sering kali dibumbui dengan narasi dramatis yang mempengaruhi cara orang memandang peristiwa tersebut.

Teknologi seperti artificial intelligence (AI) digunakan untuk mengedit gambar dan video sehingga tampak lebih mengerikan. Manipulasi semacam ini mempertegas bahwa manusia kini sedang hidup di zaman di mana fakta dapat dengan mudah bercampur dengan fiksi.

Sayangnya, dalam banyak kasus, informasi yang salah atau berlebihan sering kali lebih menarik perhatian dibandingkan kebenaran yang sederhana.


Penghakiman Teologis

Salah satu narasi yang berkembang di beberapa kalangan tentang kebakaran ini adalah penghakiman teologis.

Ada pihak-pihak yang menganggap kebakaran tersebut sebagai "azab" atau hukuman ilahi atas kebijakan Amerika Serikat yang mendukung genosida di Gaza.

Meskipun pandangan ini mungkin muncul dari rasa frustrasi terhadap ketidakadilan global, pendekatan seperti ini berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.

Menggunakan tragedi alam untuk mendukung narasi politik atau teologis tertentu bukan hanya tidak etis, tetapi juga bisa merusak upaya untuk memahami akar masalah yang sebenarnya.

Ketika musibah terjadi, fokus utama seharusnya adalah pada bantuan dan solidaritas. Menggunakan tragedi untuk merayakan penderitaan orang lain, bahkan jika mereka adalah bagian dari kelompok yang dianggap "musuh," bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.

Lebih dari itu, penghakiman teologis terhadap bencana alam sering kali mengabaikan faktor-faktor ilmiah dan sosial yang jauh lebih relevan.

Dalam konteks kebakaran di California, misalnya, perubahan iklim, urbanisasi yang tidak terkontrol, dan kurangnya langkah pencegahan adalah isu-isu yang perlu mendapat perhatian lebih.

Kebakaran Los Angeles juga memunculkan refleksi tentang posisi Amerika Serikat di mata dunia, khususnya di kalangan umat Islam.

Respons besar-besaran terhadap tragedi ini menunjukkan bagaimana Amerika masih menjadi pusat perhatian global.

Dalam banyak kasus, perhatian ini lebih merupakan hasil dari dominasi budaya dan ekonomi Amerika di dunia, bukan semata-mata karena tragedi itu sendiri.

Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: mengapa peristiwa di Amerika sering kali mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan tragedi serupa di negara lain?

Sebagai contoh, kebakaran besar di Bangladesh yang pernah menewaskan ratusan orang tidak mendapat sorotan sebesar kebakaran di Los Angeles.

Ini menunjukkan adanya hierarki perhatian global yang sering kali bias. Tragedi di negara-negara maju atau kawasan yang lebih "terlihat" di peta geopolitik dunia cenderung mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan tragedi di negara-negara berkembang.

Ketidakadilan ini mencerminkan ketimpangan dalam cara dunia merespons penderitaan manusia.

Namun, Amerika juga menawarkan pelajaran penting tentang bagaimana masyarakatnya menghadapi bencana. Kebebasan beragama dan solidaritas sosial, misalnya, adalah nilai-nilai yang layak diapresiasi.

Setelah bencana tsunami yang melanda Aceh pada Desember 2004, dua mantan Presiden Amerika Serikat, George H.W. Bush dan Bill Clinton, melakukan kunjungan ke wilayah terdampak di Indonesia pada Februari 2005. Mereka ditunjuk oleh Presiden George W. Bush untuk memimpin upaya penggalangan dana bantuan bagi korban tsunami.

Komunitas internasional, termasuk masyarakat dari Amerika Serikat juga menunjukkan solidaritas yang nyata.

Hal ini membuktikan bahwa di balik kebijakan luar negeri Amerika yang sering kali kontroversial, ada sisi lain dari masyarakatnya yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan.

Tragedi kebakaran di Los Angeles juga seharusnya menjadi pengingat bagi semua tentang pentingnya memahami sebuah peristiwa secara holistik.

Di satu sisi, semua perlu kritis terhadap bias media dan manipulasi informasi yang dapat membentuk persepsi keliru.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu menjaga agar respons terhadap sebuah tragedi tidak melupakan nilai-nilai kemanusiaan.

Daripada terjebak dalam asumsi atau narasi yang tidak berdasar, lebih baik menggunakan momen seperti ini untuk merefleksikan apa yang benar-benar penting di antaranya mengedepankan solidaritas, empati, dan tanggung jawab bersama untuk menjaga bumi dan sesama manusia.


*) Penulis adalah Dosen UCIC, Cirebon.

sumber: antara

Berkaca pada Los Angeles, Mitigasi Karhutla Harus Tetap Kuat kendati Dibayangi Fenomena La Nina

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut kebakaran yang melalap Los Angeles menjadi yang terburuk sepanjang sejarah. Di tengah dampak perubahan iklim, bila manusianya tidak siap, hal serupa rentan terjadi di belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia.

Hingga Sabtu (11/1/2025) dini hari waktu setempat, kebakaran di Los Angeles menghanguskan sekitar 20.000 bangunan. Kebakaran dahsyat itu juga telah menewaskan 10 orang.

Jumlah korban jiwa masih bisa bertambah. Masih banyak area belum aman didatangi tim penyelidik dan penyelamat.

Untuk pemadaman, mulai dari pemerintah kota sampai federal telah mengerahkan setidaknya 7.500 personel pemadam kebakaran. Ratusan mobil pemadam juga diturunkan.

Selain itu, sedikitnya 50 pesawat dan helikopter dipakai untuk memadamkan api dari udara. Namun, berbagai upaya itu belum berhasil karena terkendala angin kencang yang kering 

Sama seperti di Indonesia, kebakaran hutan dan lahan adalah fenomena yang umum di Amerika Serikat, terutama di negara-negara bagian California, Nevada, dan Arizona.

Akan tetapi, kebakaran pada tahun ini begitu besar dan dahsyat. Penyebab utama, penyebaran api yang begitu masif adalah embusan kencang angin tahunan Santa Ana. Peran manusia yang tidak siap menghadapi bencana ikut membuat kebakaran semakim sulit diredakan.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, pada 2023 terjadi fenomena El Nino di Indonesia sehingga kejadian bencana terbanyak adalah karhutla. Ketika berada pada periode El Nino, intensitas dan frekuensi hujan di sebagian besar wilayah Indonesia sangat rendah sehingga intensitas kejadian karhutla lebih tinggi.

”Di 2023, untuk pertama dalam 20 tahun, data BNPB menunjukkan dalam setahun itu kejadian karhutla mengalahkan banjir,” kata Muhari dalam konferensi pers Kaleidoskop Bencana 2024 dan Outlook Potensi Bencana 2025 yang disiarkan melalui BNPB TV, Selasa (7/1/2025).

Sepanjang tahun 2023, BNPB mencatat ada sekitar 5.400 kejadian bencana di Indonesia. Rincian kejadian bencana tersebut terdiri dari karhutla (2.051 kejadian), cuaca ekstrem (1.261), banjir (1.255), tanah longsor (591), kekeringan (174), gelombang pasang dan abrasi (33), gempa bumi (31), serta letusan gunung api (4).

”Di 2023, jumlah kejadian karhutla sangat tinggi, tetapi dampaknya lebih rendah ketimbang luasan lahan yang terbakar akibat karhutla di periode El Nino sebelumnya tahun 2019 dan 2015,” katanya.

Menurut Muhari, hal itu menjadi catatan BNPB bahwa pola pendekatan dan penanganan karhutla dari tahun ke tahun semakin baik. Dengan demikian, meskipun kejadiannya lebih tinggi dari periode El Nino sebelumnya, dampak pada luasan lahan terbakar bisa lebih rendah dari puncak kejadian El Nino periode sebelumnya.

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT

Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus pada Senin (04/11) dini hari. Saat ini Divisi Manajemen Bencana Kesehatan masih mengumpulkan informasi terkait kejadian tersebut dan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Prov NTT. Sedikitnya 10 orang tewas, puluhan lainnya luka-luka, serta sejumlah bangunan terbakar akibat 'hujan material' dari letusan. Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin (04/11) pukul 10.20 WIB, jumlah korban jiwa akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki bertambah menjadi 10 orang dan diperkirakan akan bertambah. Pemerintah Daerah sudah menetapkan status tanggap darurat selama 58 hari terhitung sejak 4 November sampai 31 Desember 2024. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur, Redynandus Misenti Moat Aeng, mengatakan wilayah yang paling terdampak letusan adalah Desa Dulipali, Desa Klatanlo dan Desa Hokeng Jaya. Redynandus juga menambahkan hampir semua fasilitas umum seperti puskesmas, sekolah, dan kantor camat rusak karena erupsi letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki. Pemerintah Kabupaten Flores timur mengirim Tim Evakuasi dari satuan TNI/POLRI, TAGANA, POL PP ke lokasi terdampak guna evakuasi warga yang masih terjebak di rumah-rumah ke daerah yang lebih aman

Selengkapnya

Pernyataan Kemenkes tentang HMPV yang Merebak di Cina, Berbahayakah Virus Ini?

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyatakan saat ini di Indonesia belum ada laporan kasus penyakit pernafasan Human Metapneumovirus (HMPV), yang kini tengah merebak di Cina. Namun masyarakat diingatkan untuk waspada, tidak panik dan melakukan langkah-langkah preventif.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, 4 Januari 2025, Juru Bicara Kemenkes, Widyawati menyebutkan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, terdapat pemberitaan tentang HMPV di Cina.

Virus ini menyebar dengan sangat luas dan cepat, menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan di wilayah Cina bagian utara.

Cina Dihebohkan Wabah Virus Mirip Covid-19: Mengenal Virus Influenza A, HMPV, dan Akankah Pandemi?

Hal tersebut, kata Widyawati, menjadi perhatian global. Oleh karena itu, pemerintah mengingatkan sejumlah langkah preventif, seperti menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker di tempat umum dapat membantu mengurangi risiko tertular penyakit tersebut.

Indonesia juga terus memantau perkembangan situasi wabah HMPV di China dan negara-negara lain, dan langkah antisipasi dilakukan melalui peningkatan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara, termasuk pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).

Apa itu HMPV yang Mewabah di Cina? Ketahui Gejala dan Cara Mencegahnya
HMPV: Gejala Terinfeksi dan Mengenali Jenis Virus Ini

“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif. Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” katanya.

Dia menjelaskan HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa, seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis, seperti diabetes, gangguan pernapasan atau penyakit jantung.

Reuters melaporkan, otoritas pengendalian penyakit Cina mengatakan pada hari Jumat, 27 Desember 2024, bahwa mereka sedang menguji coba sistem pemantauan untuk pneumonia yang tidak diketahui asalnya, dengan kasus beberapa penyakit pernapasan diperkirakan akan meningkat selama musim dingin.

Langkah untuk membangun sistem khusus ini ditujukan untuk membantu otoritas menyiapkan protokol untuk menangani patogen yang tidak diketahui, berbeda dengan tingkat kesiapan yang lebih rendah lima tahun lalu ketika virus corona baru yang menyebabkan Covid-19 pertama kali muncul.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional Cina akan menetapkan prosedur bagi laboratorium untuk melaporkan dan bagi badan pengendalian dan pencegahan penyakit untuk memverifikasi dan menangani kasus, televisi pemerintah CCTV melaporkan, mengutip seorang pejabat pemerintah pada konferensi pers.

Data untuk penyakit pernapasan akut menunjukkan tren peningkatan infeksi secara keseluruhan pada 16 hingga 22 Desember 2024, menurut pernyataan resmi yang dirilis pada hari Kamis.

Cina kemungkinan akan terkena berbagai penyakit infeksi pernapasan pada musim dingin dan semi, Kan Biao, pejabat lainnya, mengatakan pada konferensi pers.

Dia mengatakan tanpa merinci bahwa jumlah keseluruhan kasus tahun ini akan lebih sedikit daripada tahun lalu. Kasus terkini yang terdeteksi meliputi patogen seperti rhinovirus dan human metapneumovirus (HMPV), dengan kasus human metapneumovirus di antara orang di bawah usia 14 tahun menunjukkan tren peningkatan, terutama di provinsi utara.

Belum Ada Vaksin untuk HMPV

Hingga saat ini, katanya, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. Meski demikian, Widyawati menilai perawatan suportif, seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini. Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan dan segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.

Icosavax tengah mengembangkan kandidat vaksin kombinasi yang menargetkan RSV dan human metapneumovirus (HMPV). RSV merupakan penyebab utama pneumonia pada balita dan lansia, sedangkan HMPV menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang sangat mirip.

Apa Itu HMPV

Mengutip Independent, Human metapneumovirus atau HMPV adalah virus pernapasan yang menyebabkan gejala mirip dengan flu biasa dan influenza. Meskipun penyakit ini biasanya ringan, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi parah seperti pneumonia, terutama pada bayi, orang tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Virus ini bukanlah virus baru tetapi telah menarik perhatian di tengah lonjakan kasus, terutama pada anak-anak di bawah 14 tahun di Cina utara.

Pertama kali diidentifikasi pada tahun 2001, HMPV adalah virus RNA untai tunggal yang menyebar melalui droplet pernapasan atau kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Infeksi ini sebelumnya telah diidentifikasi di berbagai negara, termasuk Inggris Raya.

Gejalanya meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan kelelahan, dengan masa inkubasi tiga hingga enam hari. Tidak seperti Covid-19, tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk HMPV; pengobatan utamanya melibatkan penanganan gejala.

Meningkatnya kasus HMPV di Cina

Lonjakan kasus bertepatan dengan cuaca yang lebih dingin dan peningkatan aktivitas dalam ruangan, kondisi yang biasanya memicu penyebaran virus pernapasan. Pejabat kesehatan menekankan bahwa lonjakan ini konsisten dengan tren musiman.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional Cina baru-baru ini melaporkan peningkatan infeksi pernapasan, termasuk HMPV, selama musim dingin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum menandai situasi tersebut sebagai darurat kesehatan global, tetapi peningkatan kasus telah mendorong pihak berwenang untuk memperkuat sistem pemantauan.

Sebuah program percontohan telah diluncurkan untuk melacak pneumonia yang tidak diketahui asalnya, memastikan laboratorium dan badan kesehatan melaporkan dan mengelola kasus secara lebih efektif, demikian laporan penyiar negara CCTV, mengutip seorang pejabat pemerintah dalam sebuah konferensi pers.

Menurut kantor berita Bernama, di Malaysia pada 2024, terdapat 327 kasus HMPV, meningkat dari 225 kasus di 2023. Namun Kementerian Kesehatan Malaysia menyatakan bahwa infeksi HMPV tidak memerlukan pelaporan wajib berdasarkan Undang-Undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular 1988 karena ini bukanlah jenis penyakit baru.