Kerangka Acuan Kegiatan
PENGANTAR
Pandemi COVID-19 sudah memasuki fase pertengahan, mayoritas negara termasuk Indonesia sudah mengalami puncak gelombang kedua yang jauh lebih tinggi dibandingkan puncak sebelumnya, staetegi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam mengatasi pandemi ini menunjukkan kelemahan sistem kesehatan yang sudah terbangun. Walaupun sudah banyak juga upaya dan sumber daya yang dikerahkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menjaga ketahanan kesehatan karena pandemi ini. Berbagai kebijakan terkait protokol kesehatan sudah diterbitkan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Ketahanan kesehatan ini akan terwujud jika setiap komunitas peduli dan konsisten menerapkan kebijakan protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran pandemi COVID-19.
Ketahanan kesehatan menjadi sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan di masa mendatang. Merujuk pada Instruksi Presiden Nomor 4/2019, secara umum ketahanan kesehatan dapat digambarkan sebagai kemampuan ketahanan nasional dalam menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau bencana non alam akibat wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklis, biologi, dan kimia yang dapat berdampak nasional dan/atau global. Adanya pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa ketahanan kesehatan masih perlu untuk ditingkatkan baik dari segi sistem kesehatan, fasilitas kesehatan maupun ketersediaan tenaga kesehatan. Salah satu aspek yang sering tidak diperhatikan saat pra bencana maupun kedaruratan masyarakat adalah penyediaan dan pengelolaan logistik medis dalam menopang ketahanan kesehatan.
Seminar ini merupakan salah satu rangkaian seminar pada Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia, dampak ketidaksiapan terhadap pemenuhan dan pengelolaan logistik medis tidak hanya pada panic buying yang berakibat kelangkaan di satu sisi dan overloaded di sisi lain, namun juga hilangnya nyawa masyarakat bahkan tenaga kesehatan. Kondisi ini menjadi dasar diselenggarakan seminar kebijakan pengelolaan logistik medis sebagai penopang ketahanan kesehatan paska gelombang kedua pandemi COVID-19. Pada seminar ini akan dibahas bagaimana kebijakan - kebijakan dalam menjaga ketahanan kesehatan khususnya selama penanganan COVID-19 ataupun situasi bencana dan krisis kesehatan lainnya. Harapannya seminar ini akan menghasilkan pembelajaran dari sekian banyak pengalaman pahit di penanganan gelombang kedua yang telah lalu dan praktik rekomendasi untuk meningkatkan ketahan kesehatan untuk menghadapi gelombang selanjutnya.
TUJUAN
Mendiskusikan kebijakan kebijakan pengelolaan logistik medis sebagai penopang ketahanan kesehatan paska gelombang kedua pandemi COVID-19.
PROSES KEGIATAN
Kegiatan ini berlangsung satu hari dimana beberapa narasumber akan menyampaikan materi atau bahas diskusi terkait topik kebijakan pengelolaan logistik medis sebagai penopang ketahanan kesehatan paska gelombang kedua pandemi COVID-19. Selanjutnya kan dibahas oleh beberapa ahli kebijakan baik dari sektor pemerintahan dan sektor swasta. Kegiatan seminar diselenggarakan secara virtual.
PESERTA KEGIATAN
Seminar ini terbuka untuk umum, diharapkan yang bergabung ialah pemerhati dan peneliti bidang bencana dan krisis kesehatan, epidemiolog, pengelola logistik medis di fasilitas kesehatan, relawan dan filantropis, ketahanan kesehatan, sistem kesehatan indonesia, serta praktisi dan mahasiswa pasca sarjana kesehatan.
OUTPUT KEGIATAN
Peserta memahami bagaimana kondisi kebijakan pengelolaan logistik medis sebagai penopang ketahanan kesehatan paska gelombang kedua pandemi COVID-19. Kemudian dari hasil diskusi seminar ada pembelajaran dan praktik rekomendasi yang mendukung peningkatan kebijakan ketahanan kesehatan ke depannya.
Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Jum’at, 24 September dan 1 Oktober 2021
Pukul : 08.30 – 11.30 WIB
Link Zoom : Meeting ID: 843 8818 7465 Passcode: PREFORNAS
Rundown Kegiatan
Waktu |
Kegiatan/Materi |
Narasumber/Fasilitator |
Hari Pertama : Jum’at, 24 September 2021 |
Moderator : apt.Gde Yulian Yogadhita, M.Epid. |
08.00 – 08.10 WIB |
Pengantar dan Pembukaan |
|
08.10 – 08.50 WIB
08.50 – 09.30 WIB
|
Memahami Kebutuhan Logistik Medis Saat Bencana Pandemi
Memahami Kekurangan Pasokan Logistik Medis di RS Vertikal Saat Bencana Pandemi
|
PKK Kemenkes
Materi
dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD
Materi
|
09.30 – 10.15 WIB
10.15 – 11.00 WIB
|
Review perencanaan dan permintaan dukungan logistik medis COVID-19 di rumah sakit
Pemaparan singkat hasil review dari perwakilan peserta
|
Fasilitator :
Tim Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM |
Hari Kedua : Jumat, 1 Oktober 2021 |
Moderator : Sutono, S.Kp, M.Sc, M.Kep |
08.00 – 08.10 WIB |
Pengantar |
|
08.10 – 08.50 WIB
08.50 – 09.30 WIB
|
Mobilisasi Logistik Medis Berbasis Masyarakat
Logistik dalam ICS Faskes/Dinkes
|
Sonjo
Materi
apt.Gde Yulian Yogadhita, M.Epid.
Materi
|
09.30 – 10.15 WIB
10.15 – 11.00 WIB
|
Review perencanaan dan permintaan dukungan logistik medis COVID-19 di masyarakat
Pemaparan singkat hasil review dari perwakilan peserta
|
Fasilitator :
Tim Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK - KMK UGM |
Reportase Hari 1
Jum’at, 24 September pukul 08.00 – 11.00 WIB

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Kebutuhan Logistik Medis untuk Penanggulangan Pandemi COVID-19”
Materi sesi pertama terkait Kebutuhan Logistik Medis untuk Penanggulangan Pandemi COVID-19 disampaikan oleh Pusat Krisis Kesehatan (PKK) Kemenkes. Dasar perencanaan logistik adalah bagaimana pengadaan dan penerimaan donasi logistik. PKK Kemenkes melakukan pengadaan logistik medis berupa coverall, masker N95, masker anak dan oxygen concentrator. Pusat Krisis Kesehatan melakukan penerimaan donasi logistik medis baik dari dalam maupun luar negeri untuk kemudian didistribusikan ke 34 provinsi. Distribusi logistik APD berdasarkan jumlah kasus, jumlah tenaga kesehatan dan ketersediaan APD di daerah. Proses distribusi dilakukan bekerja sama dengan dinas kesehatan provinsi dan dilakukan dengan menggunakan ekspedisi. Selama ini dalam mengukur APD menggunakan tools yang digunakan WHO yaitu Essential Supplies Forecasting Tool (ESFT). Melalui tools ini akan diketahui prediksi jumlah APD yang dibutuhkan daerah. Kajian kebutuhan dibuat baik secara top down (dibuat pusat) maupun secara bottom up (mengakomodasi usulan dari 34 Dinkes Provinsi).

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Pemaparan Materi Memahami Kekurangan Pasokan Logistik-Medis saat Pandemi”
dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD mengawali pemaparan terkait kekurangan pasokan dengan menyampaikan pengertian logistik medis dan RS vertikal. RS vertikal ini adalah RS yang menerima pasien rujukan pasien COVID-19 dan RS yang dikelola pusat. Istilah lain yang perlu dipahami ada surge capacity yaitu peningkatan kapasitas RS saat pasien masuk yang jumlahnya jauh di atas kemampuan RS sehari - hari. Selama penanganan COVID-19, RS sempat mengalami kekurangan oksigen, pasokan terlambat. Ada beberapa kasus yang menyebutkan terjadi pemburukan kondisi pasien secara mendadak, sementara ini bisa terjadi karena kurangnya persiapan RS untuk merespon cepat. Dalam respon ini, dalam RS harus dipikirkan siapa yang mengatur, bagaimana kebutuhan, alur komunikasi, dan melakukan assessment harian. Faktor - faktor lain yang mempengaruhi kekurangan pasokan adalah rumah sakit rujukan overload, networking dan sistem rujukan. Ketika terjadi bencana jangan pernah berpikir bisa menyelesaikan masalah sendiri, diperlukan networking baik itu dalam bentuk SDM maupun logistik. Sistem rujukan tidak hanya rujukan pasien tetapi termasuk rujukan SDM dan rujukan logistik.
Sesi Diskusi dan Review Kesiapan Logistik di RS
Peserta dari RS Undata menanyakan terkait SOP dan protokol pendistribusian logistik oleh PKK Kemenkes ke bagian dinkes. Dalam hal ini jika RS ingin meminta kebutuhan logistik ke dinas K esehatan seharusnya ke bagian instalasi farmasi atau ke bidang krisis Kesehatan. Dijelaskan bahwa PKK Kemenkes sudah mempunyai narahubung setiap dinas kesehatan yang khusus menangani krisis kesehatan. Jadi koordinasi pengiriman logistik ke narahubung tersebut. Artinya ini tergantung dengan pengorganisasian di dinkes, bagian mana yang bertanggung jawab dalam penyimpanan logistik dan siapa yang mengelola instalasi farmasi.
Kemudian peserta juga menanyakan terkait dengan antisipasi COVID-19 gelombang ketiga. Belajar dari gelombang 1 dan 2, banyak kekacauan dalam kebutuhan logistik, banyak barang kosong dan harus menunggu. Apakah ada kalkulasi untuk buffer stock untuk kesiapan menghadapi gelombang ketiga, yang nanti bisa dipertanggungjawabkan. PKK Kemenkes dalam melakukan pengadaan logistik bertumpu pada kajian kebutuhan dengan menggunakan data -data. Kajian ini harus dapat dipertanggungjawabkan, setelah dilakukan pengadaan maka akan dilakukan pemeriksaan oleh BPKP. Dalam mendistribusikan juga harus tercatat dengan baik, dilengkapai berita acara. Selama memiliki dokumen pendukung yang lengkap maka tidak akan ada permasalahan pada saat pemeriksaan.
RS Undata Palu bersedia sebagai informan untuk sesi review kesiapan logistik yang ada di rumah sakit. Dari segi tim logistik secara regular ada bagian logistik yang melakukan perencanaan dan yang membuat usulan saat pandemi. Hal itu melekat dalam instalasi farmasi termasuk kepada input pemakaian. Kepala instalasi RS Undata masuk dalam bagian Satuan Tugas (satgas) COVID-19. Untuk prioritas pengadaan logistik sudah disiapkan hingga Desember 2021. Ketika kasus sudah mulai turun prioritas bergeser untuk pasien non covid serta layanan sehari - hari. RS Undata Palu tidak memiliki mekanisme rencana tahunan untuk pengadaan logistik, perencanaan dibagi dalam triwulan karena kapasitas gudang rumah sakit kecil.
Penutup
Perencanaan pengadaan logistik ini memerlukan data yang valid untuk kaji kebutuhan. Rumah sakit harus aktif berkoordinasi dengan dinas kesehatan sehingga PKK Kemenkes dapat mendistribusikan logistik sesuai kebutugan daerah. Khusus pengadaan oksigen bisa dilakukan mapping, perusahan mana yang bisa menyediakan. Lesson learnt dari kekurangan pasokan oksigen ini adalah pandemi COVID-19 harus direspon dengan kondisi atau konsep bencana. Apapun bentuk responnya itu adalah fungsi dari preparedness. Ketersediaan oksigen ini sebenarnya ada, bukan masalah tidak memiliki, namun masalah kontrol dan koordinasi. Bagaimana solusinya? jika di rumah sakit sudah memiliki Hospital Disaster Plan (HDP), inilah yang menjadi pegangan dan panduan rumah sakit. Ketika terjadi bencana alam maupun bencana non alam, RS tinggal menjalankan HDP seoperasional mungkin.
Selengkapnya rekaman Video dapat diakses : YouTube http://ugm.id/2EF
Reporter : Happy R Pangaribuan
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan
Reportase Hari 2

Dok. PKMK FK - KMK UGM “Sesi Penyampaian Materi”
Hari ini adalah pertemuan kedua topik pre fornas kebijakan ketahanan logistik medis paska gelombang kedua COVID-19. Terdapat 2 materi pembahasan yaitu terkait bagaimana pengalaman SONJO untuk mobilasis logistik medis masyarakat dan bagaimana operability logistik medis dalam Incident Command System (ICS). Rimawan Pradipto, PhD sebagai inisiator SONJO menyampaikan bahwa pada periode pandemi COVID-19 ini adaptasi, inovasi dan mobilitas sumber daya adalah kebutuhan utama. Logistik adalah masalah utama dimana krisis, pandemi dan belajar pada pengalaman penanganan COVID-19 bagaimana memobilisasi sumber daya saat modal finansial menjadi tantangan besar. SONJO memanfaatkan WAG untuk memobilisasi sumber daya, media koordinasi dan komunikasi untuk memecahkan masalah secara cepat dan menciptakan pasar virtual serta memberikan bimbingan teknologi ke daerah lain. Sejak 24 Maret, SONJO berkembang dengan 2000 anggota dan 24 WhatApp Group (WAG). Selama pandemic, WAG dimanfaatkan secara ekstensif dan modal utama SONJO adalah kepercayaan (integritas dan transparansi).
Selanjutnya pada materi operability logistik medis dalam ICS, Gde Yulian Yogaditha Apt, M.Epid menyampaikan bahwa logistik dalam ICS tidak hanya obat - obatan dan alat kesehatan tapi bagaimana memanfaatkan resource yang ada di masyarakat dan memetakan potensi mobilisasi sumber daya. Pemenuhan sumber daya ini bisa dimobilisasi dengan sistem komando yang jelas. Penerapan healthcare incident command system dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Indonesia sudah memiliki platform permohonan bantuan online. Dalam ICS, alurnya sangat jelas dan supply chain dapat terdokumentasi dengan baik. Alur komunikasi dimulai dari end user, Bidang Operasi / Manajer Medis untuk menyampaikan ke IC, kemudian IC (dengan konsultasi bidang Perencanaan) menginstruksikan ke Bidang Logistik untuk memenuhi kebutuhan melalui jalur normal, namun jika tidak bisa (habis), maka IC meminta petugas penghubung untuk menghubungi jalur komando di luar RS, dan mengusahakan sumber daya lain/ tambahan/surge. Sumber daya tambahan yang diadakan di luar jalur normal harus didokumentasikan dan dijamin kualitasnya sebelum digunakan oleh end user yang dalam hal ini Bidang Operasi/ Manajer Medis.

Dok. PKMK FK-KMK UGM “Review Kesiapan Logistik di Dinkes/Satgas”
Sesi Diskusi dan Review Kesiapan Logistik di RS
Pada sesi diskusi, peserta menyatakan dalam penerapan penggalangan sumber potensi masyarakat, sering kali terbentur dengan pihak eksternal. Bagaimana cara menyikapi ini? karena ini berhubungan juga terhadap keberlanjutan kerja sama. Rimawan Pradipto, PhD memperjelas dan meyakinkan peserta bahwa selama menerapkan integritas dan transparan maka tidak akan ada masalah. Jika dana dari masyarakat langsung jangan menggunakan paradigma bagaimana menyerap anggaran. Namun bagaimana mencapai output, ini yang perlu dikembangkan. Tidak ada kepentingan politik di dalamnya. SONJO selalu memikirkan outcome. Seringkali ketika berbicara uang tidak relevan, banyak akhirnya fokus pada bagaimana menyerap anggaran tidak berfokus kepada outcome.
Pada sesi review, seluruh narasumber dan fasilitator memperdalam setiap poin yang dapat menilai sejauh mana kesiapan dinkes/satgas dalam merencanakan dan memenuhi kebutuhan logistik medis. Apakah dinkes memiliki pengelola khusus logistik? Apakah ada prioritas untuk pengadaan dan pendistribusian logistik? Apakah ada daftar aset logistik? Apakah ada form serah terima bantuan logistik? Apakah ada pengerahan mobilisasi sumber daya logistik? Pertanyaan - pertanyaan tersebut menjadi dasar yang kuat bagi dinkes untuk melengkapi kebutuhan logistik, karena bagaimana pun pengelolaan logistik ini bukan hanya sekedar menyediakan saja melainkan bagaimana memastikan SDM yang mengelola siap dan mekanismenya.
Selengkapnya Rekaman Video dapat Diakses : YouTube http://ugm.id/2Fg
Reportase :
Happy R Pangaribuan
Div. Manajemen Bencana Kesehtan PKMK FK-KMK UGM