Laporan Penanganan
Bencana Gempa Sulbar oleh Pokja Bencana FK-KMK UGM dan AHS UGM:
Pengelolaan Bencana Alam di Kala Pandemi
Rabu, 3 Februari 2021
Pokja Bencana AHS FK - KMK UGM memberangkatkan dua tim untuk penanganan bencana Sulawasi Barat, pada Rabu, 3 Februari 2021 pukul 12.30 – 14.00 WIB dilaksanakan laporan dari dua tim yang berangkat, dimana tim pelayanan Kesehatan AHS diwakili oleh ketua tim dr.Yudha Mathan Sakti, SpOT(K) dan dr. Tomo, sementara tim manajemen bencana diwakili oleh apt.Gde Yulian Yogadhita, M.Epid., dan pembahasan oleh dr.Hendro Wartatmo SpB, moderator sesi ini ialah Nenggih Sri Wahyuni, MA.
Acara dibuka oleh dr Mei Neni Sitaresmi, PhD, Sp.A(K) selaku wakil dekan FK - KMK sekaligus, dalam pembukaannya pihaknya mengepresiasi willingness dari tim yang sudah sudi diberangkatkan ke daerah bencana dengan persiapan yang singkat dan dalam masa pandemi COVID-19 ini dengan risiko yang sudah dipertimbangkan betul dan kerja keras mereka di sana dengan segala keterbatasan di daerah bencana, alhamdulillah tim pulang dengan kondisi yang baik. Adapun terdapat hasil swab PCR positif dari anggota tim didapatkan bukan selama periode bertugas di daerah bencana.
Selanjutnya laporan disampaikan oleh dr Yudha Mathan, SpOT(K) mewakili seluruh anggota tim pelayanan kesehatan yang berangkat ke sana: Wahyu Tomo, Agus Damar, Sutarno Eko, Septian Gathot, Waafiyah Rizki, laporan disampaikan secara chronological time sequence, dimulai dari fase persiapan tim untuk dipastikan bagaimana tim berangkat dengan good assessment yang tervalidasi, memiliki objective yang tepat, kesiapan penugasan secara administratif, logistik dan koordinatif dengan tim yang sudah diberangkatkan lebih dulu, dan yang paling penting segera membangun kekompakan tim agar nantinya tim pre-deployment composite EMT AHS UGM ini benar - benar self-sufficient secara materiil dan spirituil. Berbeda dengan penugasan bencana terdahulu, sebelum berangkat, tim harus mendapatkan informed consent terlebih dahulu dari para anggotanya, saat bertugas pun tanda vital anggota selalu dipantau setiap hari dan protokol kesehatan selalu dijaga ketat, termasuk harus selalu mandi sebelum dan setelah keluar basecamp, minum (membuka masker) bergantian di dalam mobil dan selalu mendapat asupan makanan yang bergizi dan vitamin/obat - obatan profilaksis secukupnya.
Tim setelah berkoordinasi dengan tim manajemen yang diberangkatkan sebelumnya di pos koordinasi Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat untuk mendapatkan gambaran lapangan, melakukan pelayanan di Dusun Galang Utara, wilayah kerja Puskesmas Tapalang di hari ke-2, Puskesmas Botteng di hari ke-3, pos - pos pengungsian di wilayah kerja Puskesmas Binanga di hari ke-4, Puskesmas Tapalang di hari ke-5, Pustu Karampuang Puskesmas Bambu di hari ke-6, dan Desa Bambangan di Malunda di hari ke-7. Menariknya, karena ini adalah composite team (gabungan) di hari ke-3 beberapa anggota tim dipecah untuk memberikan layanan ke daerah terdampak bencana sesuai dengan keahliannya, seperti bu Wafiyyah yang membantu mengaktifkan SKDR Bencana menggunakan platform DHIS2 di pos koordinasi klaster Kesehatan Mamuju Bersama tim PHEOC Kemenkes, dan dr. Yudha Mathan yang melakukan tindakan operasi bersama tim UB di RSUD regional. Bahkan di hari terakhir, tim composite EMT AHS kemudian membentuk tim composite EMT lagi bersama tim UB RSSA untuk memberikan pelayanan Kesehatan di Desa Bambangan.
Narasumber kedua yaitu dr Wahyu Tomo SpB menambahkan bahwa sungguh sebuah pengalaman yang sangat berharga diberangkatkan menjadi bagian tim yang melakukan respon bencana di saat pandemi, dari hasil penyisiran pengungsian dalam rangka mendekatkan korban terdampak bencana alam dengan fasilitas kesehatan, tim mendapatkan banyak temuan untuk dibagikan dalam sesi laporan ini. Antara lain tidak adanya awareness akan prokes terkait COVID-19, kemudian beberapa pasien menolak dirujuk dengan alasan takut gempa lagi dan alasan COVID-19, oleh karenanya tim selalu melakukan edukasi berkesinambungan prokes covid dan kebersihan lingkungan pengungsian selama melakukan pelayanan medis, protokol Kesehatan selalu dijaga dan disiplin diterapkan saat melakukan pelayanan di lapangan. Satu hari seblum penugasan berakhir, tim melakukan swab antigen di lapangan PSC 119 Mamuju dengan hasil semua anggota negatif kemudian menyerahkan perbekalan medis orthopaeedi (gips, crutch dan cane) kepada dr.Indra Sakti Sp.OT sebagai Sp.OT Organik di Sulawesi Barat dan secara administrative menyerahkan exit report ke pos koordinasi klaster Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat.
Narasumber yang ketiga, apt.Gde Yulian menyampaikan bagaimana pihaknya sebagai tim manajemen bencana mencoba melakukan RHA (kaji cepat Kesehatan) dengan memanfaatkan potensi relawan kesehatan di klaster kesehatan. Untuk itu, koordinasi klaster kesehatan diperkuat terlebih dahulu dengan penyunan struktur komanda yang sesuai dengan sumberdaya yang ada, penyusunan peta respon dengan pendekatan fasilitas layanan Kesehatan, registrasi dan mobilisasi relawan, dan penguatan laporan harian untuk mendapatkan informasi penyakit di pos -pos pengungsian. Hasil ini kemudian disampaikan ke tim relawan kesehata yang salah satunya adalah tim AHS UGM agar lebih efisien dalam bekerja.
Pembahas pada sesi ini yaitu dr Hendro Wartatmo, SpB(K) Digestive, menyampaikan pengalamannya Ketika menangani Tsunami Aceh pada 2004 lalu, sekarang koordinasi sudah jauh lebih baik, sudah ada pencatatan baik itu relawan yang datang maupun penyakit dan pasien yang ditangani sehingga tenaga Kesehatan setempat lebih mudah melakukan follow up. Sambung beliau juga waktu Tsunami Aceh banyak kebetulan kebetulan yang terjadi untuk dapat memobilisasi sumber daya, dan pesannya agar pengalaman tim yang diberangkatkan ke sana segera didokumentasikan agar menjadi pembelajaran, lesson learnt untuk bencana yang akan datang. Apalagi ini bagian dari sejarah saat melakukan penanganan bencana di masa pandemi.
Reportase oleh: apt.Gde Yulian, M.Epid.