Reportase Live Report 4:
Respons Gempa Sulbar oleh Tim Medis Gabungan PKMK FK - KMK UGM dan Sulawesi Tengah
16 Februari 2021
Selasa, 16 Februari 2021 langsung dari Kabupaten Mamuju, tim medis gabungan 3 melaporkan kegiatan dan rekomendasi pada akhir masa tugasnya. Tim ini menjadi tim penutup setelah sebelumnya ada dua tim dan tim pendahulu yang sudah hadir sejak 2 hari pasca kejadian bencana, 15 Januari lalu.
Dimoderatori oleh Madelina Ariani yang sebelumnya memimpin tim 1 dan 2, di kesempatan ini ditanyakan beberapa pertanyaan seperti bagaimana situasi bidang kesehatan di 2 minggu transisi darurat, apakah masih membutuhkan tim medis serta logsitik yang masih dibutuhkan, hingga perbedaan antara gempa Sulteng 2018 dengan Sulbar 2021 ini? Happy Pangaribuan sebagai ketua tim sekaligus bertugas untuk mendukung manajemen di bidang kesehatan menyatakan bahwa kegiatan rapat masih terus dilaksanakan oleh dinas kesehatan meski tidak sesering masa tanggap darurat, masih ada penerimaan relawan yang langsung diarahkan ke puskesmas, serta prioritas respons saat ini lebih diarahkan pada upaya pemulihan segera program - program kesehatan yang tertunda karena bencana, termasuk juga upaya kesehatan masyarakatnya tanpa meninggalkan kebutuhan kuratif dan rehabilitatif korban/pasien.
dr. Rizka sebagai ketua tim medis dari Palu yang juga berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menyatakan bahwa tim medis sudah tidak begitu diperlukan, semua layanan sudah diupayakan di fasilitas kesehatan agar sistem kesehatan kembali seperti sedia kala. Ditambahkan juga oleh perawat dari Rumah Sakit Torabelo Kabupaten Sigi bahwa rawat luka juga sudah dikembalikan ke puskesma, harapannya apa yang diajarkan atau didampingi saat respons kemarin dapat menjadi penyegaran dan bekal bagi organik puskesmas untuk follow up pasien/korban. Begitu juga dengan layanan fisioterapi yang diungkapkan oleh fisioterapis Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mamuju yang tergabung dalam tim ini, kami akan berusaha melakukan upaya untuk follow up pasien yang masih membutuhkan layanan fisioterapi pasca gempa ini karena memang masih didapati beberapa warga yang ketakutan untuk bergerak dan itu berdampak buruk pada pemulihan, ungkapnya.
Sedangkan dari ketua tim kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat, Ryman dari FKM Universitas Tadulako menyatakan bahwa edukasi tetap harus digalakkan di tingkat masyarakat dan pemukiman pengungsian karena jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka masalah lingkungan ini bisa menimbulkan masalah yang lebih serius apalagi di situasi pendemi seperti saat ini. Kami sudah advokasi ini ke level dinas kesehatan dan untungnya sudah selalu bekerja di bawah koordinasi dinas kesehatan Kabupaten Mamuju. Jelly dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menyatakan bahwa jika membandingkan dengan gempa Sulteng 2018 lalu maka situasi di Mamuju bisa dikatakan lebih kecil dan dampak yang ditimbulkan tidak sekompleks Sulteng dulu, tetapi situasi pendemi ini sangat memperberat penanganan gempa di Sulbar.
Terakhir, Gde sebagai penanggung jawab respons PKMK FK - KMK UGM bersama dengan Caritas Germany dan Sulteng ini merasakan banyak pembelajaran untuk penanggulangan bencana ke depannya dari gempa Sulbar ini, mengenai penanganan bencana alam di tengah bencana non alam. Sedangkan dr. Bella menyatakan bahwa konsep pelokalan seperti ini sangat bagus dikembangkan ke depannya. Tim medis dari tetangga provinsi yang terdekat bisa segera membantu daerah terdampak. Tidak hanya waktu lebih cepat, tetapi juga efisien untuk masalah logistik dan biaya.
drg. Pandita dari Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes memberikan tanggapannya bahwa melalui live report series seperti ini sangat membantu kita semua mengetahui situasi di lapangan. Sebagai pendamping daerah untuk penanggulangan bencana, Pandita berharap exit report dari tim medis ini bisa dikelola dengan baik oleh daerah untuk rencana strategis ke depannya.
Saksikan rekaman video selengkapnya pada https://www.youtube.com/watch?v=wAKu-fW1L5U
Reportase oleh Madelina A.