Pertemuan I
Rapat Koordinasi Persiapan Penyusunan Panduan RSAB
Selasa, 25 Januari 2022
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Rapat Koordinasi RSAB DIY”
BPBD mengundang 13 RS yang akan terlibat dalam penyusunan panduan RSAB Provinsi DIY. Pada pertemuan ini, BPBD menyampaikan tujuan penyusunan panduan RSAB, dimana proses penyusunan ini dilaksanakan melalui Forum Group Discussion (FGD) sebanyak 3 kali pertemuan. BPBD menggandeng ahli manajemen bencana kesehatan dari PKMK FK - KMK UGM untuk menfasilitasi penyusunan Panduan RSAB. dr. Bella Donna, M.Kes sebagai koordinator tim ahli dari PKMK FK - KMK UGM mengharapkan dengan adanya RSAB, ketika terjadi situasi kegawatdaruratan RS dan fasilitas kesehatan lainnya harus tetap aman dan dapat berfungsi pada kapasitas maksimum. dr. Fitri dari Dinkes DIY juga mengingatkan berdasarkan kajian indeks risiko bencana di DIY hasinya meningkat. Kegiatan penyusunan panduan RSAB ini merupakan momen untuk membenahi dan memperkuat kesiapsiagaan DIY dalam menghadapi bencana dan krisis kesehatan. Apalagi sekarang, RS harus waspada dengan kemungkinan terjadinya gelombang ketiga COVID-19. Dari hasil pertemuan awal ini terdapat 5 kata kunci yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan FGD selanjutnya yaitu MoU, manajemen krisis, manajemen risiko, pembiayaan, SOP, komunikasi dan koordinasi.
Reportase : Happy R Pangaribuan
Div. Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM
Pertemuan 2
Pertemuan II : Forum Group Discussion Pendahuluan
Rabu, 2 Februari 2022
Dok. PKMK FK-KMK UGM “Pemantik diskusi Manajemen Krisis (kiri) dan Diskusi Kelompok (kanan)
Pertemuan hari ini, sebagai FGD Pendahuluan untuk mendiskusikan lesson learn dan best practice rumah sakit dalam manajemen krisis, sistem pembiayaan dan klaim saat bencana, serta menyusun MoU dengan jejaring RS. Dinkes DIY berperan sebagai moderator menyampaikan bahwa kondisi aman di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dapat ditingkatkan setiap saat melalui upaya terpadu dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Penyusunan panduan RSAB ini merupakan salah satu bentuk komitmen dari pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana dan krisis kesehatan di DIY.
Dr. dr. Darwito SH SpB(K)Onk pemantik diskusi pembiayaan dan klaim saat bencana menekankan prinsip pendanaan harus direncanakan. Jika pemerintah daerah belum memiliki pendanaan bencana maka hal tersebut tidak sesuai dengan perundangan. Sejak 2014 pemerintah telah menyatukan sistem asuransi pemerintah menjadi “single player” yaitu BPJS. Sistem pembiayanan dalam penanganan pasien saat bencana didiskusikan bersama, sebaiknya apakah fee for service atau mengikuti sistem INA CBGs?. dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD pemantik diskusi manajemen krisis menanyakan bagaimana tim bencana RS mengelola situasi krisis, komandan dan koordinasi, aktivasi SOP? Menyiapkan RSAB boleh dimulai dari menyiapkan RS menghadapi gelombang ketiga COVID-19. RSAB adalah perencanaan untuk pendayagunaan seluruh kapasitas RS sebagai persiapan menghadapi situasi bencana : hardware (fasilitas), software (sistem-manajemen) dan brainware (SDM). Hal tersebut bisa dipenuhi dengan penyusunan dokumen hospital disaster plan. Setelah diskusi, peserta dibagi menjadi 3 kelompok untuk melanjutkan diskusi manajemen krisis dan pembiayaan saat bencana.
Reportase : Happy R Pangaribuan
Pertemuan 3
Pertemuan III : Forum Group Discussion Antara
Selasa, 1 Maret 2022
Pertemuan GD kedua membahas 2 topik yaitu bagaimana Mobilisasi SDM kesehatan dan Back up Database RS saat Bencana. Sutono, S.Kp, M.Sc, M.Kep pemantik diskusi mobilisasi SDM kesehatan menyampaikan bagaimana pengalaman FKKMK UGM mempersiapkan dan mengirimkan tim ke daerah bencana. Dalam mobilisasi tim FK-KMK UGM bekerjasama dengan mitra, lahan praktek, dan RS yang menyediakan SDM tersertifikasi. Sebelum mengirimkan tim ke lokasi bencana, dilakukan terlebih dahulu Rapid Helath Assessment (RHA), mengirimkan secara langsung tim awal untuk melakukan RHA dan dari rekanan di dinas kesehatan dan BPBD yang ada di daerah, juga dengan kementerian kesehatan. Dari hasil FGD mobilisasi SDM, fasilitas kesehatan membutuhkan tambahan SOP terkait perencanaan terkait dengan asesmen dan RHA. Setiap rumah sakit butuh perencanaan yang kemudian mengeluarkan SOP RHA apakah membutuhkan SDM dan tidak membutuhkan dengan mempertimbangkan ada tidaknya krisis kesehatan
Topik kedua terkait Back up Database RS saat Bencana disampaikan oleh dr. Guardian Yoki Sanjaya, MHlthInfo. Back up data database dibutuhkan jika ada peristiwa yang membuat sistem informasi tidak dapat digunakan dan membutuhkan recovery. Cara recovery umumnya adalah ada SOP yang bisa dibuat dan dilakukan rumah sakit dalam rangka disaster recovery nya. Bagaimana melakukan recovery sistem IT jika terjadi bencana? Ada tim yang dibentuk, ada koordinator dan ada pusatnya (command system). Misalnya kalau terjadi gempa dan menyebabkan infrastruktur hancur, bagaimana tim ini dapat bekerja di suatu tempat/ center. Disaster command center penting sekali, bagaimana membuat sistem yang rusak ada di situ sehingga menjadi tempat temporer untuk kegiatan operasionalisasi terutama untuk sistem-sistem yang krisis.
Reportase : Happy R Pangaribuan
Pertemuan 4
Pertemuan IV: Forum Group Discussion Akhir
Rabu, 23 Maret 2022
Pada pertemuan akhir ini sudah tersusun draft pedoman RSAB. dr. Hendro Wartatmo sebagai narasumber dan konsultan di pertemuan sebelumnya memberikan masukan SOP disusun objektif, berdasar, operasional, konsisten dan tidak menutup kearifan lokal. Konsep RSAB tidak bisa dilepaskan dengan standar nasional atau akreditasi RS. BPBD menyampaikan panduan ini sebenarnya berawal dari pengalaman di lapangan ketika RS cukup kesulitan dalam penanganan bencana. Ada RS yang sudah memiliki dokumen Hospital Disaster Plan (HDP) namun belum operasional, pelayanan kesehatan masih sulit untuk diakses. Khususnya dalam kondisi COVID ini, pasien non COVID kesulitas mendapatkan pelayanan kesehatan di RS. Harapannya dengan RSAB ini, sudah ada standar atau protab sebagai pedoman.
dr. Bella Donna menampilkan draft pedoman RSAB hasil dari FGD awal hingga FGD akhir. Banyak hal-hal yang perlu dilakukan agar RS bisa aman bencana. Bagaimana RSAB tercapai? Dapat dilihat melalui indikator Hospital Safety Index dan indikator Surge Capacity. RS dapat mereview kembali dokumen HDP dan memastikan adanya penambahan kegiatan dan SOP diantaranya rencana penentuan status kedaruratan di RS, pemanfaatan fungsi komando, simulasi manajemen, penguatan kapasitas RHA, SOP pembukaan keran donasi dan sebagainya. Terkait logistic saat bencana Gde Yulian Yogadhita, M.Epid menyampaikan bahwa Pengorganisasian yang baik menjadi kunci sukses keberhasilan pengembangan kapasitas fasilitas ICU dalam penanganan COVID-19. Termasuk pengorganisasian dalam pengadaan logistic, dalam alur ICS sudah terlihat alur pengadaan dan distribusi sumber daya dari rumah sakit.
Pemberdayaan masyarakat juga penting dilibatkan dalam perencanaan RSAB. Rumah sakit harus mampu membangun kemitraan yang bagus dengan masyarakat sekitar rumah sakit. Belajar dari pengalaman peserta, sering juga masyarakat yang melakukan pertolongan tidak sesuai dengan aturan saat bencana. Ini bisa dicegah dengan adanya pemberdayaan masyarakat. Peningkatan kapasitas komunitas atau masyarakat dapat dilakukan dengan melibatan mereka dalam kajian risiko bencana, menyusun perencanaan PRB berbasis, renkon teritegrasi dan simulasi.
Reporter : Happy R Pangaribuan (Divisi Manajemen Bencana Kesehatan, PKMK FK-KMK UGM)