Hari 1
Hari Pertama, 29 Otober 2023
KSA telah banyak berinvestasi di semua bidang MGS untuk menjamin keselamatan sejumlah besar jamaah selama haji dan umrah tahunan. Penelitian akan membantu menginformasikan pengambilan keputusan sehubungan dengan rekomendasi kesehatan masyarakat untuk haji dan umrah serta acara mgs lainnya di seluruh dunia, dan akan menjadi sumber referensi informasi, keahlian dan pengetahuan kesehatan dan manajemen MGS secara nasional dan internasional. Pengakuan internasional atas keahlian dan upaya KSA dalam pengembangan bidang kesehatan dan manajemen MGS agar lebih mengantisipasi penyerbuan dan penyalahgunaan zat dalam acara olahraga dan budaya. Peristiwa dapat terjadi secara berulang pada lokasi yang sama, bergilir secara periodik, atau tunggal pada satu waktu. Analisis mendalam diperlukan untuk menarik semua pelajaran yang mungkin didapat di tengah kesulitan dalam generalisasi.
ICMGM ke-5 dibuka oleh pejabat-pejabat kementerian Kesehatan Kerajaan Saudi yaitu Dr. Hani Jokhdar, Deputi Menkes bidang Kesehatan Masyarakat dan Wakil Menteri Mr. Abdulaziz Alrumaih, dan Dr Anas Khan, Direktur GCMGM, bersama dengan pejabat WHO Regional EMRO yaitu Dr. Ahmed Almandhari sebagai Regional Director demisioner, dan Prof. Hanan H. Balkhy sebagai RD yang baru saja terpilih.
Penutupan sesi pembukaan oleh Prof Hanan Balkhy yang baru saja terpilih menjadi Regional Director WHO EMRO, beliau RD wanita pertama di regional ini.
Sesi pertama terkait tata kelola dan perencanaan keamanan kesehatan global harus kuat, terkoordinasi, dan kolaboratif agar dapat secara efektif mengatasi sifat ancaman kesehatan yang dinamis dan saling berhubungan dalam skala global. Komunitas global dapat meningkatkan kemampuan kolektifnya untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman kesehatan, yang pada akhirnya memperkuat keamanan kesehatan global dan melindungi kesejahteraan populasi di seluruh dunia. Pertimbangan tata kelola dan perencanaan dalam konteks keamanan kesehatan global meliputi: kerja sama dan kepemimpinan internasional, kolaborasi multisektoral: institusi kesehatan global, strategi keamanan kesehatan nasional, penilaian risiko dan sistem peringatan dini, peningkatan kapasitas, penelitian dan pengembangan, kolaborasi regional, transparansi dan akuntabilitas, komunikasi dan komunikasi risiko, pembiayaan berkelanjutan, serta inklusivitas dan kesetaraan. Moderator: Dr. Hani Jokhdar – Deputi Menteri Kesehatan Masyarakat, dengan materi dan para panelis “Data Driven Decision Making” oleh Dr. Mohammed K. Alabdulaali, “MG & GHS: Competing Interests” oleh Dr. Saleh Al Marri, dan “International & Multilateral Coooperation” by Dr. Mohamed Hassani.
Sesi kedua terkait arah global health security yang harus bersifat komprehensif, kolaboratif, dan proaktif agar dapat secara efektif mengatasi tantangan kesehatan dunia yang kompleks dan saling berhubungan. Prinsip dan pendekatan utama yang dapat memandu arah global menuju ketahanan kesehatan mencakup kolaborasi multilateral dengan pendekatan terpadu, kesiapsiagaan dan ketahanan, diplomasi kesehatan, pembagian informasi yang tepat waktu, penelitian dan inovasi, peningkatan kapasitas dan pelatihan, pendekatan One Health, akses layanan kesehatan yang inklusif dan adil, Kemitraan pemerintah-swasta, peraturan dan kepatuhan internasional, mekanisme pembiayaan yang efektif, serta pendidikan dan komunikasi kesehatan. Global health security harus adaptif, seragam dan berwawasan ke depan, mengantisipasi tantangan masa depan sambil belajar dari pengalaman masa lalu untuk terus meningkatkan upaya kesiapsiagaan dan respons. Moderator: Dr. Tareef Alaama – Wakil Menteri Pelayanan Kuratif dengan materi dan para panelis: “IHR Future Direction” oleh Dr. Abdullah Assiri, “Building the Evidence Base for GHS” oleh Dr. Tina Endericks, “Decision Making Finesse and Early Interventions” oleh Dr. Pasi Penttinen, “Process, Challenges and impact” oleh Dr. Douglas L. Hatch, kemudian ditutup dengan sambutan oleh Prof Paul Arbon terkait bagaimana mass gatherings menjadi salah satu ancaman terhadap global health security yang sifatnya massif dan harus dicegah bersama-sama.
Peneliti PKMK FK-KMK UGM, apt. Gde Yulian, M.Epid. berfoto bersama Dr Tina Enderics dari Pulic Health UK yang juga salah satu WHO-CC untuk mass gatherings dan pernah membantu Indonesia menyiapkan dokumen mitigasi untuk Asian Games 2018, dan Dr Donald Donahue yang seminggu yang lalu baru kembali dari Yogyakarta untuk mengikuti ASEAN Academic Conference dan kini menyaksikan langsung bagaimana jejaring AANDHM terlibat dalam kegiatan emergency research.
Sesi ketiga pada topik membangun kapasitas dan melakukan penilaian dalam keamanan kesehatan global merupakan komponen penting dari pendekatan komprehensif untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman kesehatan secara efektif. Untuk meningkatkan kapasitas, kita perlu memperkuat infrastruktur layanan kesehatan, termasuk fasilitas medis, laboratorium, dan rantai pasokan. Pengembangan Tenaga Kerja dan upaya untuk menarik dan mempertahankan individu-individu berbakat merupakan investasi yang sangat penting. Serta melibatkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan dan tindakan pencegahan. Kegiatan yang dilakukan harus mencakup pengintegrasian keahlian dari berbagai sektor untuk mengatasi penyakit zoonosis dan tantangan kesehatan lintas sektoral lainnya. Sistem ini harus memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti solusi kesehatan digital, telemedis, dan kecerdasan buatan, untuk meningkatkan pengawasan penyakit, analisis data, dan koordinasi respons. Di sisi lain, melakukan penilaian risiko secara berkala untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan potensi ancaman kesehatan akan memulai dan mengarahkan mitigasi. Penilaian ini harus mempertimbangkan risiko yang ada dan yang akan muncul. Hal ini mencakup latihan simulasi, pemantauan kinerja, Tinjauan Setelah Tindakan (AAR), penilaian kapasitas dan analisis kesenjangan, serta tinjauan sejawat dan tolok ukur. Moderator: Prof. Saleh Almohsen – Dekan Fakultas Kedokteran KSU dengan materi dan para panelis “Global Health as a Driving Force” oleh Dr. Abdullah Alquwizani, “Global & National Integration for Capacity Building” oleh Dr. Mark Salter, “Data Sharing for GHS” oleh Prof. Lucille Blumberg, dan terakhir materi terkat “Capacity Building & Assessment” oleh Dr. Ninglan Wang.
Sesi debat oleh : Dr. Gregory Ciottone dan Dr Michael Molloy dua orang pakar terkait pengorganisasian emergency di lingkup kesehatan, keduana memiliki opini yang sangat menarik untuk mengangkat ideologinya dan “menjatuhkan” ideologi yang lain, pada akhirnya kembali kepada kapasitas instansi ataupun negara yang memilih untuk mengimplementasikan system tersebut
Sesi Debat tentang HICS (Sistem Komando Insiden Rumah Sakit) dan MIMMS (Manajemen dan Dukungan Medis Insiden Besar) keduanya merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mengelola insiden dan keadaan darurat, namun keduanya ditargetkan pada jenis organisasi dan insiden yang berbeda. Perbedaan utama mencakup audiens target, ruang lingkup, pelatihan, serta struktur dan peran komando. Karena keduanya berasal dari sistem yang berbeda, kedua pembicara membandingkan fitur-fiturnya dengan harapan dapat mencapai pemahaman yang lebih baik tentang pemanfaatannya. Kegiatan ini dimoderatori oleh Dr. Badr Al Otaibi dan pembicaranya iaah Dr. Gregory Ciottone serta Dr Michael Molloy. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah MIMMS lebih membutuhkan sumber daya untuk pelatihannya sehingga cocok di Negara maju sementara ICS lebih inklusif dan dapat diimplementasikan di berbagai instansi dan lebih interoperable.
Reporter : apt. Gde Yulian, M.Epid.
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM
Hari 2
Hari Kedua, 30 Oktober 2023.
Pada hari kedua, peneliti PKMK FK-KMK UGM memutuskan untuk mengikuti kegiatan di sesi Supply Chain & Operations, karena bidang yang lebih relevan dengan kebencanaan. Di sesi ini didiskusikan bagaimana mengatasi rantai pasokan dan rencana operasi yang akan sangat penting untuk memastikan ketersediaan dan distribusi sumber daya Kesehatan serta pasokan medis yang efektif pada kegiatan mass gathering yang berpotensi terjadinya bencana mendadak - sudden onset disaster. Kesiapsiagaan dan perencanaan terhadap akses dan rencana kontijensi yang tepat dengan menerapkan sistem untuk memantau ketersediaan dan gangguan. Perencanaan dan sistem manajemen sumber daya yang real-time merupakan hal yang wajib, dan pengulangan sangat penting untuk meningkatkan keapasitas, dan konsep “Just-in-time” mengalami hambatan di tengah pandemi, dan “Just-in-Case” pun semakin meningkat. Koordinasi multi-lembaga dan jaringan distribusi yang efisien untuk memastikan pengiriman sumber daya medis tepat waktu ke titik-titik yang ditentukan perlu direncanakan dengan cermat, dan alokasi sumber daya dinamis dengan menggunakan solusi digital dapat memastikan ketersediaan sumber daya medis dan meningkatkan ketahanan terhadap GHS.
Sesi ini dimoderatori oleh Mr. Abdulaziz Abdulbaqi, dan mengangkat topik presentasi “Prehospital Care during Hajj” oleh Dr. Fahad Al Hajjaj, “Supply and Logistics: the Human Element” oleh Dr. Donald Donahue, Moderator kedua: Dr. Bandar Muzahim, “Clinical Tricks during MG operations” oleh Dr. Jamie Ranse, “Eastern Health Cluster – World Cup preparedness” oleh Dr. Mobarak Almulhim, “Logistic Challenges and Solutions” oleh Mr. Emad Alzahrani.
Dokumentasi PKMK FK-KMK UGM: Kesiapsiagaan menghadapi mass gathering event memilika sama denganmempersiapkan kejadian bencana seperti pengalaman manajemen Piala Dunia Qatar 2022 yang dibahgikan oleh Dr. Hamad Al Romaihi.
Pada sesi selanjutnya, terkait Climate Change & Heat-Related Illnesses. Diskusi mengarahkan pada perlunya fokus pada pembangunan ketahanan sistem kesehatan dan penerapan strategi pencegahan dan pengelolaan yang efektif terhadap penyakit yang berhubungan dengan panas. Peningkatan kapasitas, melakukan intervensi kesehatan masyarakat untuk mitigasi, dan menyediakan sumber daya untuk melakukan respons merupakan hal yang sangat penting. Itu semua bermula dari kesadaran dan pendidikan bagi masyarakat dan profesional kesehatan. Meskipun perubahan iklim menempati banyak ruang media, penelitian mengenai HRI tidak mendapat banyak perhatian. Pencegahan, deteksi dini, dan penanganan penyakit terkait panas secara tepat waktu sangat penting untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan peserta, sehingga pertemuan massal menjadi lebih aman dan tangguh dalam menghadapi tantangan terkait iklim.
Sesi ini dimoderatori oleh Dr. Bandar Almutairi, denan subject “HRI Management Current Guidelines & Opportunities” oleh Dr. Majid Salamah, “Health as a Lever for Action on Climate Change” oleh Dr. Cecilia Sorensen. Moderator kedua: Dr. Abdulrahman Sabbagh, “Climate & Health Systems Resilience” oleh Dr. Revati Phalkey, “Impact of Climate Change on Health Security” oleh Prof. David Callaway, “Physiological Implications of Heatstroke” oleh Dr. Abdulrazak Bouchama
Dokmentasi PKMK FK-KMK UGM: Peneliti PKMK FK-KMK UGM apt. Gde Yulian, M.Epid. yang menjadi pembicara pertama pada sesi “Events Experience”membagikan pengalaman bagaimana Indonesia khsususnya Kementerian Kesehatan RI berbenah setelah terjadi tragedi Kanjuruhan. Meskpun hingga satu tahun kemudian keluarga korban masih mencari keadilan dari PSSI dan Kepolisian namun di sektor kesehatan sudah ada perbaikan denganpenyusunan juknis terkait mass gathering yang melibatkan sepakbola..
Pada sesi setelah makan siang, yaitu Events Experience. Para pembicara membawakan pengalaman bahwa karakteristik acara mass gathering sangat berbeda-beda dan memerlukan pertimbangan tersendiri. Acara keagamaan menghadapi risiko penyakit pernapasan menular dan desak-desakan yang lebih tinggi. Acara olah raga dan kebudayaan lebih banyak terjadi insiden terinjak-inak dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Peristiwa dapat terjadi secara berulang pada lokasi yang sama, secara periodik, atau tunggal pada satu waktu. Analisis mendalam diperlukan untuk menarik semua pelajaran yang mungkin didapat di tengah kesulitan dalam generalisasi. Pada sesi ini peneliti PKMK FK-KMK UGM memaparkan lesson learnt dari kejadian mass gathering yang berujung pada insiden korban banyak (mass casualty incident-MCI) yaitu Tragedi Kanjuruhan.
Sesi ini dimoderatori oleh: Dr. Loui Al Sulimani, dengan preentasi-presentasi: “Football Stampede in Kanjuruhan Stadium” oleh Mr. Gde Yulian Yogadhita, “Crowd Disasters and Countermeasures” oleh Dr. Heejun Shin, “Karbala Arbaen” oleh Dr. Fares Allami. Moderator kedua: Dr. Abdulaziz Alrabiah, “Papal Mass” oleh Dr. Valerio Mogini, “Ships Evacuation from Sudan” oleh Dr. Ali Alzahrani. Dan sesi Events Experience – 2 (E4) selanjutnya dimoderatori oleh Dr. Ali Alshareef. “Boston Marathons” oleh Prof. Sophia Dyer, “Qatar FIFA World Cup” oleh Dr. Hamad Al Romaihi. Moderator kedua sesi ini : Dr. Omar Othman, “Paris SAMU Events” oleh Dr. Eric Revue, “Riyadh Entertainment Seasons” oleh Dr. Saad Assiri, and “Mass gatherings in Times of Unrest” oleh Dr. Derrick Tin. Hari kedua kemudian ditutup dengan Lesson Learnt from Pandemic yang dimoderatori oleh Dr. Mehmood Khan dengan pembicara: Dr. Maria Van Kerkhove dan Prof. Jennifer Nuzzo.
Para pembicara pada konferensi ini dapat dilihat di tautan: https://5thicmgm.com/speakers/
Reporter : apt. Gde Yulian, M.Epid.
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM
Hari 3
Seperti pada hari kedua, dimana ada dua sesi parallel, hari ketiga atau hari yang terakhir ini peneliti PKMK FK KMK UGM memutuskan untuk mengikuti kegiatan di sesi Emergency Medical Team atau EMT, karena bidang ini yang lebih relevan dengan kebencanaan. Inisiatif global EMTs yang diadvokasi oleh WHO, bertujuan untuk meningkatkan kualitas, efektivitas, dan koordinasi tim medis dalam menanggapi keadaan darurat dan bencana, termasuk acara mass gathering yang berskala internasional. EMT adalah kelompok profesional kesehatan dan staf pendukung yang dikerahkan dengan cepat untuk memberikan perawatan medis darurat dan layanan kesehatan penting setelah keadaan darurat kesehatan masyarakat. Komponennya meliputi klasifikasi dan verifikasi, standardisasi dan pelatihan, penerapan cepat dan dukungan dalam acara mass gathering yang berskala internasional. Dengan mengikutsertakan EMT ke dalam perencanaan kesiapsiagaan dan respons medis untuk acara mass gathering yang berskala internasional, penyelenggara acara dapat meningkatkan keamanan kesehatan keseluruhan dari pertemuan tersebut dan lebih siap untuk mengelola potensi risiko dan keadaan darurat kesehatan. EMT memainkan peran penting dalam menyediakan perawatan medis yang tepat waktu dan menyelamatkan nyawa, mengurangi dampak keadaan darurat, dan memastikan kesejahteraan peserta acara maupun penonton.
Sesi E5 ini dimoderatori oleh: Dr. Elsakka Hammam, dengan menghadirkan beberapa topik diskusi seperti “WHO Endeaver in EMT Standardization” oleh Dr. Flavio Salio, “Standards for Emergency Medical Teams During MGs” oleh Dr. Kris Spaepan. Moderator ke-2 Dr. Yaser Alaska, mengangkat topic diskusi “Legislation on Mass Gathering Medical Response” oleh Dr. Marc-Antoine Pigeon dan “International Standards & Considerations during Sports Events” oleh Dr. Andrew Massey.
Dokumentasi PKMK FK-KMK UGM: Dr. Flavio Salio, kepala sekertariat global EMT di WHO HQ menyampaikan bagaimana EMT dapat berkontribusi dalam acara mass gathering yang berskala internasional dengan membandingkan standard rasio kebutuhan tenaga kesehatan dengan standar EMT internasional.
Pada sesi selanjutnya, Manajemen Kasus dalam Keadaan Mass Gathering dan PHE (E6). Dalam konteks mass gathering medicine, manajemen kasus mengacu pada pendekatan sistematis dalam memberikan perawatan yang komprehensif dan tepat kepada individu yang memerlukan perhatian medis selama acara berlangsung. Hal ini melibatkan penilaian, pengobatan, dan tindak lanjut kasus, serta koordinasi perawatan untuk memastikan hasil kesehatan yang optimal. Hal ini mencakup triase, penilaian, pengobatan dan stabilisasi, kesinambungan perawatan, dokumentasi, manajemen pengobatan, komunikasi, rujukan, dukungan psikologis, dan AAR-After Action Reviews. Dengan mencakup aspek-aspek manajemen kasus ini selama acara mass gathering atau pertemuan massal, penyedia layanan kesehatan dapat memberikan layanan medis yang efisien dan efektif kepada peserta, berkontribusi terhadap keamanan kesehatan secara keseluruhan pada acara tersebut, dan memastikan kesejahteraan peserta acara maupun masyarakat yang menonton. Moderator: Dr. Michael Molloy, dengan beberapa topic seperti “Emergency Departments Preparations” oleh Dr. Tariq Althubaiti, “A Day in Emergency Department during Hajj” oleh Dr. Thamer Junaid, “Mobile Medical Teams” oleh Prof. Ives Hubloue, Moderator ke-2: Prof. Ahmed Al-Jedai, “Competencies for HCPs in MGs” oleh Dr. Attila Hertelendy dan “Critical Care Operations” oleh Prof. Zohair Assiri.
Dokumentasi PKMK FK-KMK UGM: Peneliti PKMK FK-KMK UGM apt. Gde Yulian, M.Epid. bersama dr Kasemsuk Yothasamutr SpEM, anggota EMT Internasional Thailand yang juga staff di Division of Medical, Technical and Academic Affairs, Department of Medical Services di Kementerian Kesehatan Thailand. Diharapkan setelah acara konferensi ini akan ada joint research terkait mitigasi mapun manajemen mass gathering yang menjadi produk AANDHM-ASEAN Academic Network on Disaster Health Management
Pada sesi setelah makan siang, yaitu Imunisasi, dimana imunisasi memainkan peran penting dalam mencegah dan mengendalikan penyakit menular dan menjadi salah satu komponen penting GHS. Memilih vaksin dan kemoprofilaksis mana yang diamanatkan atau direkomendasikan adalah langkah pertama, diikuti dengan penanganan masalah akses dan logistik. Kampanye penyadaran, komunikasi dan dokumentasi juga merupakan kegiatan canggih yang memerlukan tim multi-disiplin. Keragu-raguan dan infodemik merupakan tantangan besar seperti yang terlihat pada masa COVID-19 dan wabah lainnya. Investasi dalam pengembangan, produksi dan distribusi vaksin merupakan infrastruktur penting bagi GHS selama masa normal dan terbukti sangat penting dalam keadaan darurat dan pandemi. Dengan menerapkan strategi ini, keamanan kesehatan global dapat ditingkatkan secara signifikan selama pertemuan massal. Imunisasi membantu melindungi peserta dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, mengurangi risiko penularan penyakit, dan berkontribusi terhadap kesehatan dan keselamatan peserta secara keseluruhan dan komunitas yang lebih luas. Sesi ini dimoderatori oleh: Dr. Junaid Bajwa, menghadirkan topic-topik seperti “Mass Vaccination” oleh Dr. Khalid Alabdulkareem, “Vaccination for travel & MG” oleh Dr. Salim Parker, “Discovieries and Regionalization of Vaccine Manufacturing” oleh Dr. Anwar Hashem, “Epidemiology of Vaccine Preventable Diseases” oleh Dr. Harunor Rashid, dan “Policies for Vaccine Recommendation” oleh Dr. Haleema Alserihi.
Kemudian acara ditutup dengan pembacaan lima belas rekomendasi dari acara konferensi ini sebagai berikut:
- Pertemuan massal adalah sarana untuk meningkatkan kapasitas dan bekerja secara terus-menerus bagi institusi untuk mendorong dampak positif dan berkelanjutan pada sistem kesehatan dan menghindari siklus "panik dan pengabaian"
- Era kita menuntut untuk memastikan kapasitas dan kesiapan fasilitas medis, laboratorium, dan rantai pasokan, kita perlu membangun kapasitas dengan layanan terintegrasi
- Kita perlu merumuskan rencana kesiapsiagaan dan respons yang komprehensif yang mencakup penilaian risiko, alokasi sumber daya, dan mekanisme koordinasi
- Kita memerlukan pendekatan gabungan, bottom-up dan top-down untuk melengkapi kerangka kerja kuat yang dirancang dengan baik seperti “pertimbangan utama” dan bukti untuk pertemuan massal dan keamanan kesehatan global
- Sangat penting untuk mengadopsi model keputusan berbasis data dan mengamankan investasi dalam infrastruktur analisis data untuk mengoptimalkan prosedur tata kelola dan hasil perencanaan
- Sudah menjadi kebutuhan untuk membentuk kelompok kerja internasional untuk mengembangkan protokol kesehatan, standar, dan pedoman terpadu untuk pertemuan massal
- Kami menganjurkan pengalokasian sumber daya dan pendanaan untuk mendukung inisiatif keamanan kesehatan global dalam konteks pertemuan massal
- Kami mendorong pengembangan inisiatif penelitian bersama, berbagi pengalaman, dan praktik terbaik untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan terkait pertemuan massal
- Kami menganjurkan strategi multidimensi, multidisiplin dan multisektoral untuk keberhasilan komunikasi risiko dan keterlibatan komunitas (RCCE) terutama untuk kelompok rentan
- Masa depan kesehatan masyarakat adalah berfokus pada kesehatan perilaku, ada banyak potensi untuk menggunakan ilmu perilaku untuk memastikan kepatuhan dan penyederhanaan prosedur
- Kita memerlukan penilaian komprehensif untuk mengidentifikasi hambatan rantai pasokan dan merancang strategi untuk memastikan ketersediaan dan distribusi yang memadai selama pertemuan massal
- Kami menganjurkan penguatan jaringan pengawasan laboratorium dan kolaborasi disiplin ilmu
- Kami menganjurkan penerapan sistem pengawasan canggih yang mampu mengumpulkan, memantau, dan menganalisis data secara real-time untuk melacak indikator kesehatan selama pertemuan massal
- Kita perlu mengintegrasikan tim medis darurat dalam proses perencanaan kesiapsiagaan dan respons untuk pertemuan massal
- Kita memerlukan imunisasi yang komprehensif dan strategi pasca masuk untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit menular
Profil para pembicara pada konferensi ini dapat diakses di tautan: https://5thicmgm.com/speakers/
Reporter : apt. Gde Yulian, M.Epid.
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM