Gresik - Gempa mengguncang Pulau Bawean pada Jumat (22/3/2024). Gempa tersebut dianggap tidak lazim karena berada di zona aktivitas kegempaan rendah (low seismicity).
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut gempa Bawean terjadi karena sesar aktif lokal di Laut Jawa. Dia menilai gempa tersebut tidak lazim lantaran berada di wilayah low seismicity.
"Gempa Bawean berpusat di zona aktivitas kegempaan rendah (low seismicity). Sehingga masyarakat awam menilai gempa Bawean sebagai 'gempa tidak lazim', karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal," kata Daryono dalam keterangannya, Minggu (24/3/2024).
Aktivitas gempa di Laut Jawa itu, kata Daryono, menjadi peringatan bahwa sesar lokal yang masih aktif harus tetap diwaspadai. Sebab, bisa menimbulkan gempa berkekuatan besar.
"Selama ini wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam (deep focus) akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia, tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500-600 kilometer," terangnya.
BMKG mencatat setidaknya ada 149 kali gempa susulan yang terjadi di Bawean hingga Sabtu 23 Maret 2024. Gempa pertama terjadi pukul 11.22 WIB berkekuatan M 5,9 dengan kedalaman 10 kilometer. Kemudian, gempa terkencang terjadi pukul 15.52 WIB dengan kekuatan M 6,5 kedalaman 12 kilometer.
Gempa tersebut menyebabkan ribuan bangunan di Pulau Bawean mengalami kerusakan. Hingga saat ini tercatat ada sekitar 2.000 lebih bangunan rusak.
"Kami sudah satu hari ini di Pulau Bawean. Total ada sekitar 2.000 lebih bangunan rusak, baik itu kerusakan ringan, sedang, maupun berat," ujar Kalaksa BPBD Gresik Sukardi ketika dihubungi detikJatim.
Sukardi menjelaskan, dari 2.000 lebih bangunan rusak itu ada sekitar ratusan bangunan yang mengalami kerusakan berat. Kerusakan itu terjadi di dua kecamatan, yakni Sangkapura dan Tambak.
Menurutnya, kerusakan paling parah terjadi di Kecamatan Tambak. Kerusakan tidak hanya menimpa rumah warga, tetapi juga gedung perkantoran, sekolah, puskesmas, masjid, dan fasilitas umum lainnya.
"Bangunan yang mengalami rusak berat ada 387 di Kecamatan Tambak. Sedangkan di Sangkapura ada 44 bangunan yang rusak berat," ujar Sukardi.
Dampak gempa bumi ini membuat warga Bawean memilih meninggalkan rumahnya sementara waktu dan memutuskan tinggal di tempat terbuka. Sudah dua hari warga mengungsi di lapangan sepak bola, sawah, hingga pegunungan. Mereka membangun tenda dengan peralatan seadanya.